Beberapa hari yg lalu saya dapat ijazah kitab dari seorang
teman. Yang anehnya beliau sendiri TAK BISA SAMA SEKALI membaca kitab kuning
ala pesantrenan. Menurut saya hal ini sedikit lucu. Tapi begitulah fenomena di medsos
ini. Begitu mudahnya kita mendapat ijazah bahkan sampai ijazah kitab yang
seharusnya kita pelajari , kita baca dan kita telaah isinya bersama seorang
guru.
Untuk sampai bisa membaca kitab kuning dengan lancar butuh
waktu bertahun tahun. Makanya santri belajar di pondok butuh waktu panjang.
Tidak hanya sekedar bisa baca saja tapi juga harus bisa memaknai atau menerjemahkan
tiap kalimat di dalamnya.
Lebih lucu lagi ada sebagian orang yang meremehkan kemampuan
seorang santri membaca kitab. Karena di anggap bukan ilmu yang sebenarnya. Bagi
masyarakat maya ... ilmu itu apabila kita ahli mengobati orang, tarik pusaka,
manggil jin atau khodam, terawangan dan lain lain.
Ah ente salah bro .... untuk ilmu MEMBACA itulah kami harus
menghabiskan hampir separuh hidup kami di pesantren. Separuh hidup kami haeus
meninggalkan keluarga. Dan ketika pulang kerumah, kami sudah pake jenggot dan
kumis.
Antum harus tahu ... hampir rata santri indonesia ini memulai
pendidikannya di usia yang sangat dini. Usia ketika bermain masih menjadi
kesenangan masa kecil. Dan di usia itulah kami berkemas meninggalkan keluarga
dan kesenangan bermain demi sebuah ilmu.
Antum harus tau ... RAHASIA KITAB KUNING itu ada di dalam hati
mereka para santri.
Banyak hal yang seandainya kami buka bakal mmebuat air liurmu
meleleh jatuh.
Tapi permata tetaplah permata. Di benamkan di dasar berlumpur
pun tetaplah bernama PERMATA.
No comments:
Post a Comment