Dahulu di masa al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang masih hidup, ada
seseorang yang sangat membencinya dan orang itu tinggal di Kwitang. Kelakuan
orang itu terhadap al-Habib Ali al-Habsyi sunggah tidak terpuji. Bila lewat di
hadapannya dengan sengaja meludah di depan al-Habib Ali al-Habsyi, sampai-sampai
membuat marah para murid al-Habib Ali al-Habsyi. Hingga suatu saat, al-Habib
Ali al-Habsyi memberikan jatah sembako berupa beras kepada orang itu.
Dengan memanggil muridnya, al-Habib Ali al-Habsyi
memerintahkan agar beras itu diberikan kepada orang itu. Hal ini membuat
bertanya-tanya sang murid. Namun belum sempat ditanyakan, al-Habib Ali
al-Habsyi berkata: “Berikan ini, tapi jangan bilang dari saya. Bilang saja dari
kamu.” Lebih dari 2 tahun orang itu menikmati jatah sembako yang diberikan
al-Habib Ali al-Habsyi kepadanya melalui perantaraan sang murid.
Sampai pada saatnya al-Habib Ali al-Habsyi berpulang ke
rahmatullah, maka berhentilah kiriman jatah sembako kepada orang itu. Orang itu
pun bertanya kepada murid al-Habib Ali al-Habsyi yang biasa mengirimkan sembako
kepadanya: “Engkau yang biasa mengirimiku beras kenapa berhenti? Apa masih
ada?”
Murid al-Habib Ali al-Habsyi itu menjawab: “Perlu kamu
ketahui, semua yang aku kirimkan kepadamu itu sesungguhnya bukan dariku
melainkan dari guruku al-Habib Ali al-Habsyi yang dulu sering kau ludahi. Andai
saja guruku tidak menahanku mungkin kamu sudah kubikin babak belur!”
Mendengar jawaban murid al-Habib Ali al-Habsyi membuat orang
tersebut menangis menyesali perbuatannya selama ini. Dan atas kejadian itu, orang
tersebut jadi rajin menghadiri majelisnya al-Habib Ali al-Habsyi di Kwitang.
Pada waktu sang cucu yang menggantikan kakeknya di dalam memimpin majelis
taklim al-Maghfurlah al-Habib Ali al-Habsyi, beliau didatangi oleh seseorang
yang sudah lanjut usianya dengan badan yang tergopoh-gopoh. Orang itu mendekati
cucu al-Habib Ali al-Habsyi itu sambil menangis seraya berkata: “Ya Habib, saya
ini bila melihat engkau jadi teringat dengan kakekmu. Yang dulunya sering saya
ludahi, ya Habib.” Orang itu menuntaskan ceritanya sambil menangis menyesali
diri atas perbuatannya kala itu.
No comments:
Post a Comment