Photo

Photo

Monday 1 January 2024

Tawasul, Kenapa Tahlilan Dan Doa Arwah Selalu Diawali “ Ilaa Hadhrati ”


Pada saat ziarah kubur dan tahlilan untuk mendoakan orang yg mati, sesuai yg tertulis dalam buku Yasin dan sejenisnya, biasanya kita terlebih dulu membaca lafadz “ ila Hadhratir-ruh ”. Pertanyaannya ; Apa praktik semacam itu sama dengan memuja ruh….?

 

Untuk menjawab masalah itu, Al Ghazali dalam Kitab Sual al-Qabri Rihlah ila al-Alam al-Akhir menjelaskan masalah itu dengan menukil cerita Basyar bin Ghalib al-Najrani ( halaman 107 ).

Kata Basyar : “ Aku melihat Rabiah al-Adawiyah yg ahli ibadah itu dalam mimpiku sebab aku sering berdoa untuknya. Lalu Rabiah berkata padaku : Hai Basyar…! hadiah darimu telah sampai kepadaku seperti mendali yg teruntai sutera yg berpijar dari warna dalamnya menyerupai susunan cahaya yg kemerah²an. ”

 

Aku bertanya kepada Rabiah : “ mengapa begitu…? ”. Rabiah lalu menjawab : “ begitulah wujud doa yg dipanjatkan oleh orang yg masih hidup untuk dihadiahlan kepada orang yg sudah mati. Pada saat Allah mengabulkannya, doa itu menjadi mendali yg teruntai sutera dan memancarkan cahaya yg kemerah²an untuk diserahkan kepada ahli kubur. Malaikat yg menyerahkanpun berkata : Ini hadiah si fulan untukmu. ”

 

Yah, sumbernya dari hasil mimpi…? Masih menurut al-Ghazali, bahwa mimpi melihat kondisi alam barzah dan berjumpa dengan orang sudah mati adalah kebenaran yg sudah berlaku semenjak jaman Nabi Muhammad. Firman Allah Swt : Sungguh Allah membenarkan rasulnya yg bermimpi dengan haq ( QS. al-Fath : 27 ).

Contohnya Rasulullah sering mengabarkan berjumpa dengan Saad b. Muadz dan Zainab putri beliau yg sudah wafat.

 

Kemampuan melihat kondisi ahli kubur di alam barzah juga dimiliki oleh generasi² yg sholeh setelah Rasulullah. Allah Swt berfirman : dan Allah menampakkan secara jelas segala sesuatu yg tidak pernah disangka² ( QS. al-Zumar : 47 ).

Mereka adalah bersih hatinya. Dengan mata hatinya dapat dilihat segala sesuatu yg tidak tampak oleh mata. Dengan kata lain Al-Ghozali membenarkan pengalaman dalam mimpi Basyar bin Ghalib al-Najrani sebab beliau hatinya sudah mampu mukasyafah ( membuka tabir misteri ).

Lebih jelasnya lagi pada halaman 108, Al-Ghazali juga menyebutkan pendapat Said bin Abdullah al-Azdi yg pernah bertemu dengan Abu Umamah al-Bahali. Kata beliau : “ Lakukan apa yg pernah Rasulullah perintahkan kepadaku, yakni sebutlah nama orang yg meninggal fulan bin fulanah. Jika tidak diketahui nama ibunya maka nisbatkan orang yg meninggal itu kepada Siti Hawa. ” ( HR. al-Thabrani ).

 

Untuk menguatkan pentingnya bacaan “ ila hadhratir ruh ”, seorang ulama bernama Muhammad bin Ahmad al-Marwazi berkata : “ Aku mendengar Ahmad bin Hanbal berkata : Jika kalian masuk komplek kuburan maka bacalah surat al-Fatihah, surat al-ikhlas, dan dua surat mu’awwidzatain ( qul a’uzhu bi rabbil falaq dan an-naas ). Jadikan pahala bacaan itu sebagai hadiah untuk ahli kubur..! karena akan disampaikan kepada mereka ”. ( Kitab Sual al-Qabr halaman 109 ).

 

Mengapa Kirim Fatihah Dengan " Ila Ruhi... " ?

 

(مَسْأَلَةُب) اْلأَوْلَىبِمَنْيَقْرَأُالْفَاتِحَةَلِشَخْصٍأَنْيَقُوْلَإِلَىرُوْحِفُلاَنِبْنِفُلاَنٍكَمَاعَلَيْهِالْعَمَلُوَلَعَلَّاخْتِيَارَهُمْذَلِكَلِمَاأَنَّفِيذِكْرِالْعَلَمِمِنَاْلاِشْتِرَاكِبَيْنَاْلاِسْمِوَالْمُسَمَّىوَالْمَقْصُوْدُهُنَاالْمُسَمَّىفَقَطْلِبَقَاءِاْلأَرْوَاحِوَفَنَاءِاْلأَجْسَامِ (بغيةالمسترشدينلعبدالرحمنباعلويالحضرمي 1 / 201)

 

Fatwa Syaikh Bafaqih : " Yang paling utama bagi seseorang yg membaca al-Fatihah untuk orang lain adalah mengucapkan : Untuk Ruh Fulan bin Fulan, sebagaimana yg telah diamalkan.

Para ulama menggunakan hal tersebut karena dalam menyebutkan nama akan ada kesamaan antara nama dan orangnya, dan yg dimaksud disini adalah orangnya, sebab yg kekal adalah arwahnya, sementara jasadnya akan hancur " ( Sayyid Abdurrahman Ba 'Alawi dalam kitab Bugyah al-Mustarsyidin fi Talkhishi Fatawi ba’dl al-A’immah min al-‘Ulama al-Muta’akhkhirin dan Ghayatu Talkhish al-Murad fi Fatawi Ibni Ziyad,  I/201 ). Abdurrahman Ba’alawi wafat setelah tahun 1251 H.

 

Hal ini menunjukkan bahwa kirim pahala Fatihah juga sudah diamalkan oleh para ulama Aswaja di Negeri Yaman.

Ada yg berpendapat, Kalimat " Ila Hadroti " di sini diartikan " hakekat keagungan ". Sebenarnya dalam hal ini, kalimat " Ila Hadroti " sama dengan kalimat " Ila Ruhi…", perbedaannya hanya karena derajatnya orangnya. Kalimat " Ila Hadroti " untuk orang² yg dicintai Allah SWT dan orang² yg dekat dengan Nya, disandarkan sebagai bentuk penghormatan dan memuliakan. Sedangkan " Ila Ruhi " untuk orang² yg dianggap biasa.

 

Maksud lafadz " man ijtama'na hahuna bisababihi waliajlihi " adalah orang yg menjadikan kami sebab bisa berkumpul di majlis ini. Dalam hal ini adalah shohibul hajjah atau orang yg mempunyai hajat.

 

Semoga penjelasan ini bermanfaat buat kaum muslimin yang mengamalkannya. aamiin

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...