Seorang
teman bertanya di inbox, "Gimana sih bang belajar ikhlas. Kok sulit sekali
?"
Dan dia
menceritakan bagaimana dia dikhianati oleh teman bisnisnya yang juga
sahabatnya, sehingga ia jatuh terpuruk dalam kesulitan.
Saya
senyum-senyum sendiri, teringat beberapa tahun yang lalu saya pun punya
pertanyaan yang sama. Dan itu dipaparkan oleh temanku dalam obrolan di warung
kopi.
"Ikhlas
itu ilmu tingkat tinggi.." Katanya.
"Mengucapkannya
seringan meniup kapas, tetapi mengerjakannya seberat memindahkan bukit..
Pada
intinya, tidak ada orang yang mampu menerapkan konsep ikhlas tanpa melalui
proses yang menyakitkan hati.
Pada diri
manusia selalu ada rasa kepemilikan terhadap sesuatu.
Rasa
memiliki harta, rasa memiliki keluarga yang bahagia, rasa memiliki paras yang
bagus dan kesehatan yang sempurna dan banyak perasaan lain yang membuat kita
terjebak dalam kepemilikan duniawi..
Dan rasa
memiliki itu perlahan-lahan menjadi berhala. Berhala yang kita bangun dan kita
pamerkan kepada orang lain.."
Ia
menyeruput kopinya sambil memandang jauh, mungkin mengingat perjalanan hidupnya
yang sudah melalui banyak tekanan sebelum akhirnya ia mendapat banyak
kemudahan.
"Ada
saat Tuhan menunjukkan sayangnya kepada kita dengan merenggut dan menghancurkan
berhala itu. Melalui peristiwa pengkhianatan, kehilangan, penyakit dan segala
macam penderitaan yang tekanannya semakin lama semakin besar.
Kebanggaan
diri kita luluh lantak. Kita harus menerima segala macam hinaan, pandangan
meremehkan, cacian dan segala bentuk hantaman pada mental.
Sampai pada
titik kita menyerah. Dan menyerahkan semua masalah kepada Tuhan. Bawalah aku
kemanapun Engkau mau, wahai Engkau pemilik segala rencana..
Kita dikupas
dari kepemilikan duniawi setahap demi setahap. Berhala kita hancur keping demi
keping. Sekaligus dosa kita dikikis kulit demi kulit..
Pada mereka
yang lulus dengan memahami semua proses ini, akhirnya tumbuhlah jiwa baru. Jiwa
yang lebih tenang karena sudah mengalami semua hal. Ia lebih pasrah dalam berusaha
dan menyerahkan semua hasil kepada Sang Penguasa.
Itulah
ikhlas...
Ikhlas itu
adalah pemahaman bahwa dunia ini seperti jalan lurus yang harus kita lalui.
Bahwa orang-orang yang kita temui dalam perjalanan - baik itu anak dan istri -
hanyalah sekedar teman seiring. Mereka bukanlah harta, tetapi kebanyakan
menjadi godaan dan cobaan.
Ikhlas itu
adalah pemahaman bahwa tubuh kita ini hanya kendaraan saja. Dengan begitu jiwa
kita yang harus mengendalikannya dengan baik dalam mengarungi arus di setiap
perjalanan..
Ketika kita
sudah sampai pada titik memahami ini semua, itulah orang-orang yang dipanggil
dengan sebutan Wahai jiwa-jiwa yang tenang...."
Awalnya
kupikir apa yang dijelaskan temanku begitu rumit dan kompleks. Dan akupun
menyerahkan diriku untuk dihajar dalam setiap tekanan. Sabar dalam menghadapi
segala kesulitan.
Dan pada
titik tertentu, tiba-tiba semua menjadi begitu sederhana. Sangat sederhana.
Berjalan sajalah ke depan dengan tenang, karena pikiran dan ketakutan kitalah
yang menjadikannya rumit...
Siap-siap
kutuliskan hal yang sama kepada temanku yang menginbox-ku tadi. Kuseruput
kopiku sebelum mengetikkan bait-bait perjalanan dari apa yang kupahami..
"Perbaikilah
akhiratmu, maka Tuhan akan memperbaiki duniamu.." Imam Ali as.
No comments:
Post a Comment