Bagi seorang murid, takzim (memberikan penghormatan) kepada
Guru merupakan kewajiban dan wujud akhlak yang baik. Nabi SAW menganjurkan
ummat untuk menghormati ulama dan ini sudah berlangsung sejak lama dan tradisi
ini terpelihara tanpa dipermasalahkan oleh seluruh ummat Islam di dunia. Dalam
tarekat, takzim sangat di utamakan karena itu merupakan bagian dari Adab dan
Adab kedudukannya lebih tinggi dari amalan itu sendiri.
“ Dahulukan adab mu sebelum engkau berdzikir”, demikian Guru
memberikan nasehat kepada para muridnya agar senantiasa menjaga akhlak dan
tingkah laku terpuji karena itu merupakan ajaran pokok dari Islam. Ketika anda masuk
ke dalam mesjid, di sunnatkan melaksanakan sunnat tahiyatul mesjid, sebagai
wujud takzim kita kepada mesjid dan wujud takzim kita kepada sang pemilik
mesjid yaitu Allah SWT.
Di dalam tarekat dikenal berbagai macam adab; Adab murid
kepada guru, Adab murid kepada sesama, Adab melaksanakan suluk, Adab berzikir
dan kesemuanya sudah pernah saya uraikan dengan lengkap di dalam buku, “Perjalanan Sufimuda Menemukan Tuhan Dalam Keseharian”.
Para Wali menempati derajat tinggi disisi Allah SWT bukan
karena ibadahnya, akan tetapi kareka akhlak dan ketakziman-Nya. Coba baca
riwayat Syekh Abdul Qadir Jailani yang diangkat menjadi seorang Wali karena
tidur didepan pintu rumah Gurunya sepanjang malam disebabkan dia segan untuk membangunkan
gurunya, begitu juga Sunan Kalijaga menjadi wali dikarenakan kepatuhan dia
mengkhidmat dalam menjaga amanah guru berupa sebuah tongkat.
Secara ilmiah aliran listrik mengalir dari positif kepada
negatif bukan sebaliknya dan air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.
Hukum universal mengatur hal demikian dengan teratur, inilah yang kita sebut
dengan sunatullah. Begitu juga dengan karunia Allah SWT akan mengalir dari
tempat Maha Tinggi ke hati hamba-Nya yang mau merendahkan diri, bukan
sebaliknya.
Jika Allah SWT kita dekati dengan kesombongan, baik
kesombongan hati maupun kesombongan zahir, maka secara otomatis akan tertolak.
Iblis terusir dari surga bukan karena dia berbuat maksiat, bukan pula malas
ibadah akan tetapi karena di hatinya bersemayam rasa sombong, dengan
kesombongan itu pula dia terlempar dari rahmat Allah SWT. Iblis enggan
bertakzim kepada Adam, walaupun itu perintah dari Allah SWT
Atas kejadian Iblis dimasa lalu inilah, setiap Nabi di utus
kedunia tidak terkecuali Nabi Muhammad SAW untuk mengingatkan kembali manusia
agar selalu berakhlak baik, memiliki rasa rendah hati, agar karunia Ilahi
selalu berada dalam hatinya.
Mari kita senantiasa menjaga akhlak kepada Guru, menjaga
ketakziman kita agar memperoleh keberkahan dari ilmu yang kita dapatkan. Guru
pernah berkata, “Bola tenis jika dibanting kebawah akan memantul ke atas dengan
tinggi, sementara telur jika dibanting akan pecah, tidak pernah naik ke atas,
jadilah kau seperti bola tenis jangan seperti telur”.
Bantingkan dirimu dengan serendah-rendahnya dihadapan Sang
Maha Tinggi, niscaya Dia akan mengangkat derajatmu ke tempat tinggi. Karena Dia
hanya menerima unsur yang berasal dari diriNya sendiri, maka lenyapkan dirimu
agar engkau bisa fana bersama-Nya sebagaimana firman Allah kepada Musa,
“Tinggalkan dirimu datanglah kepada-Ku”.
Belajarlah dengan baik takzim secara zahir, berupa gerakan
badan yang mengarah kepada penghormatan agar engkau nanti bisa paham takzim
secara bathin, takzim lebih tinggi lagi nilainya. Takzim bathin ini berada di
dalam hati, tempat cahaya Ilahi bersemayam, dari sanalah segalanya berasal.
Menutup tulisan ini saya mengutip Sabda Rasulullah SAW, “Abu Bakar mengungguli
kalian bukan karena banyaknya shalat dan banyaknya puasa, tapi karena sesuatu
yang bersemayam di hatinya.” (HR at-Tirmidzi ) .
No comments:
Post a Comment