Photo

Photo

Wednesday 18 October 2017

TAKZIM KEPADA GURU

Bagi seorang murid, takzim (memberikan penghormatan) kepada Guru merupakan kewajiban dan wujud akhlak yang baik. Nabi SAW menganjurkan ummat untuk menghormati ulama dan ini sudah berlangsung sejak lama dan tradisi ini terpelihara tanpa dipermasalahkan oleh seluruh ummat Islam di dunia. Dalam tarekat, takzim sangat di utamakan karena itu merupakan bagian dari Adab dan Adab kedudukannya lebih tinggi dari amalan itu sendiri.

“ Dahulukan adab mu sebelum engkau berdzikir”, demikian Guru memberikan nasehat kepada para muridnya agar senantiasa menjaga akhlak dan tingkah laku terpuji karena itu merupakan ajaran pokok dari Islam. Ketika anda masuk ke dalam mesjid, di sunnatkan melaksanakan sunnat tahiyatul mesjid, sebagai wujud takzim kita kepada mesjid dan wujud takzim kita kepada sang pemilik mesjid yaitu Allah SWT.

Di dalam tarekat dikenal berbagai macam adab; Adab murid kepada guru, Adab murid kepada sesama, Adab melaksanakan suluk, Adab berzikir dan kesemuanya sudah pernah saya uraikan dengan lengkap di dalam buku, “Perjalanan Sufimuda Menemukan Tuhan Dalam Keseharian”.

Para Wali menempati derajat tinggi disisi Allah SWT bukan karena ibadahnya, akan tetapi kareka akhlak dan ketakziman-Nya. Coba baca riwayat Syekh Abdul Qadir Jailani yang diangkat menjadi seorang Wali karena tidur didepan pintu rumah Gurunya sepanjang malam disebabkan dia segan untuk membangunkan gurunya, begitu juga Sunan Kalijaga menjadi wali dikarenakan kepatuhan dia mengkhidmat dalam menjaga amanah guru berupa sebuah tongkat.

Secara ilmiah aliran listrik mengalir dari positif kepada negatif bukan sebaliknya dan air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Hukum universal mengatur hal demikian dengan teratur, inilah yang kita sebut dengan sunatullah. Begitu juga dengan karunia Allah SWT akan mengalir dari tempat Maha Tinggi ke hati hamba-Nya yang mau merendahkan diri, bukan sebaliknya.

Jika Allah SWT kita dekati dengan kesombongan, baik kesombongan hati maupun kesombongan zahir, maka secara otomatis akan tertolak. Iblis terusir dari surga bukan karena dia berbuat maksiat, bukan pula malas ibadah akan tetapi karena di hatinya bersemayam rasa sombong, dengan kesombongan itu pula dia terlempar dari rahmat Allah SWT. Iblis enggan bertakzim kepada Adam, walaupun itu perintah dari Allah SWT

Atas kejadian Iblis dimasa lalu inilah, setiap Nabi di utus kedunia tidak terkecuali Nabi Muhammad SAW untuk mengingatkan kembali manusia agar selalu berakhlak baik, memiliki rasa rendah hati, agar karunia Ilahi selalu berada dalam hatinya.

Mari kita senantiasa menjaga akhlak kepada Guru, menjaga ketakziman kita agar memperoleh keberkahan dari ilmu yang kita dapatkan. Guru pernah berkata, “Bola tenis jika dibanting kebawah akan memantul ke atas dengan tinggi, sementara telur jika dibanting akan pecah, tidak pernah naik ke atas, jadilah kau seperti bola tenis jangan seperti telur”.

Bantingkan dirimu dengan serendah-rendahnya dihadapan Sang Maha Tinggi, niscaya Dia akan mengangkat derajatmu ke tempat tinggi. Karena Dia hanya menerima unsur yang berasal dari diriNya sendiri, maka lenyapkan dirimu agar engkau bisa fana bersama-Nya sebagaimana firman Allah kepada Musa, “Tinggalkan dirimu datanglah kepada-Ku”.

Belajarlah dengan baik takzim secara zahir, berupa gerakan badan yang mengarah kepada penghormatan agar engkau nanti bisa paham takzim secara bathin, takzim lebih tinggi lagi nilainya. Takzim bathin ini berada di dalam hati, tempat cahaya Ilahi bersemayam, dari sanalah segalanya berasal. Menutup tulisan ini saya mengutip Sabda Rasulullah SAW, “Abu Bakar mengungguli kalian bukan karena banyaknya shalat dan banyaknya puasa, tapi karena sesuatu yang bersemayam di hatinya.” (HR at-Tirmidzi ) .

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...