Pada suatu
hari di sebuah warung kopi seorang Wahhabi secara kebetulan duduk satu meja
dengan seorang Sunni, ketika pisang goreng disajikan oleh si pelayan warung si
Sunni mengambil pisang goreng tersebut, sebelum menyantap makanan si Sunni
berkata: “Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, Allahumma Hadza Minka Wa Min Rasulika Shallallahu
Alaihi Wa Sallam” ( Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Ya Allah Tuhan
kami, makanan ini merupakan anugrah dari-Mu dan dari Rasulullah ).
Mendengar
ucapan si Sunni tersebut si Wahhabi berkata dengan nada keras: “Heiy Sunniy!
apa ngga salah itu ucapan….? Kalimat itu mengandung kemusyrikan, ente telah
jadikan sekutu bagi Allah !!!
Si Sunni
menjawab dengan santai: “ Ya akhi, kalo ngomong jangan seenak jidat gitu
achhh..! Dimana letak kemusyrikkannya?
Si Wahhabi
berkata:” Itu tadi ente sebut “pisang goreng yang ente makan merupakan anugrah
dari Allah dan Rasulullah. ”
Si Sunni
menjawab: “ Bukankah dalam ayat al-Qur’an Allah Taala berfirman:
مَا
قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِھِمْ وَھَمُّوا بِمَا لَمْ یَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلَّا أَنْ أَغْنَاھُمُ للهَُّ وَرَسُولُھُ مِنْ فَضْلِھِ فَإِنْ یَتُوبُوا یَكُ خَیْرًا لَھُمْ وَإِنْ یَتَوَلَّوْا یَحْلِفُونَ بِا َِّ
. یُعَذِّبْھُمُ للهَُّ عَذَابًا أَلِیمًا فِي الدُّنْیَا وَالْآَخِرَةِ وَمَا لَھُمْ فِي الْأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِیرٍ
Artinya:
Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka
tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah
mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan
mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela
(Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan
karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik
bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka
dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak
mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (surat at-Taubah
ayat: 74).
Pada ayat
lain Allah Taala berfirman:
وَلَوْ أَنَّھُمْ رَضُوا مَا آَتَاھُمُ للهَُّ وَرَسُولُھُ وَقَالُوا حَسْبُنَا للهَُّ سَیُؤْتِینَا للهَُّ مِنْ فَضْلِھِ وَرَسُولُھُ إِنَّا إِلَى للهَِّ رَاغِبُونَ
Artinya:
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan
Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian
itu lebih baik bagi mereka). (surat at-Taubah ayat: 59)
Si Wahhabi
langsung menyangkal: “Demi Allah, karunia itu terjadi di zaman Rasulullah saat
beliau masih hidup. Kalau sekarang Rasulullah sudah meninggal, jadi mengatakan
karunia dari Rasulullah sudah dikategorikan syirik.
Si Sunni
menjawab:” kalau begitu maksud ente, berarti seseorang dibolehkan menyekutukan
Allah dengan sesuatu yang hidup, tidak boleh dengan yang sudah meninggal ??
Wahh..ente udah bener-bener linglung, kalau sesuatu disebut syirik itu tetap
syirik, dengan sesuatu apapun baik dengan yang masih hidup atau yang sudah
meninggal!!
Mendengar
ucapan Si Sunni, mendadak muka kusem si Wahhabi berubah pucat pasi. Entah di
sengaja atau tidak Si Wahhabi ngeloyor dengan cepatnya pergi tanpa membayar
kopi dan tiga goreng tempe yang di makannya.
Melihat si
Wahhabi ngeloyor, si Sunni berkata : ” Woiy…. ente mau kemana ? ”
Si Wahhabi
menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke si Sunni : ” Ane ada urusan mendadak,
takut ketinggalan pesawat…!!! ”
”Hehehe…alasannya
kayak F**** waktu debat dibatam dengan Ust I*****. Dasar Wahhabi edan, emangnya
dibandara cuma ada satu pesawat dan cuma sekali jadwal penerbangannya….??!”
No comments:
Post a Comment