Ada sebuah
kisah dari Kitab An Nawadzir yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Shihabuddin Al
Qalyubi.
Dalam kitab
tersebut dikisahkan ada seorang laki-laki kaya sedang makan didampingi
isterinya yang cantik. Mereka makan dengan lauk daging ayam bakar. Sementara
mereka sedang duduk makan tiba-tiba datang seorang laki-laki pengemis
meminta-minta makan.
Suami yang
sedang makan itu marah, lalu mengusir dengan kata-kata kasar laki-laki pengemis
itu agar pergi, karena dianggap mengganggu keasyikan mereka sedang makan enak.
Lalu laki-laki pengemis itu pergi.
Hari
berganti bulan, bulan berganti tahun dan selang beberapa tahun kemudian, Allah
subhanahu wata’ala memberikan peringatan kepada laki-laki yang kaya tetapi
kikir itu semakin hari semakin bangkrut dan akhirnya menjadi orang miskin.
Isterinya yang sholihah dicerai. Isterinya kemudian kawin lagi dengan orang laki-laki
yang baik.
Suatu hari
mereka (suami-isteri yang baru) ini sedang makan berdua. Mereka makan dengan
lauk ayam panggang juga. Ketika sedang makan itu, di luar rumahnya datang
seorang laki-laki kurus, pengemis minta makan. Suami yang baru itu kemudian
menyuruh kepada isterinya : “ Isteriku, tolong berikan ayam panggang ini kepada
laki-laki pengemis itu”. Lalu isteri membawa ayam panggang keluar pintu
rumahnya, betapa terkejutnya isterinya itu karena ternyata orang laki-laki
pengemis diluar itu adalah bekas suaminya dulu yang sekarang sudah jatuh
miskin.
Kemudian ia
kembali masuk rumah menuju meja makan sambil terlihat kesedihan wajahnya.
Suaminya lalu bertanya, mengapa isterinya itu kelihatan sedih ?. Isterinya
menjawab : “Wahai suamiku, ternyata pengemis yang di luar itu adalah bekas
suamiku yang dulu, dan sekarang sudah jatuh miskin”. Lalu sambil duduk dikursi
meja makan isterinya itu bercerita tentang suaminya yang dahulunya kaya, dan
dulu pernah mengusir seorang laki-laki pengemis dengan kasarnya. Tetapi
suaminya itu sekarang sudah jatuh miskin dan menjadi pengemis, sebagaimana
terlihat di luar rumahnya itu.
Mendengar
cerita isterinya itu, suminya langsung berkata : “Wahai isteriku, akulah
laki-laki yang diusir suamimu dulu”. Sambil berkata demikian itu suami-isteri
itu menangis berpelukan sambil mengucapkan rasa syukurnya kepada Allah
subhanahu wata’ala yang telah menjadikan mereka menjadi orang yang
berkecukupan, hidup tenang.
Dahulunya ia
menjadi seorang pengemis dan dengan idzin Allah subhanahu wata’ala sekarang ia
menjadi orang yang berkecukupan seperti sekarang.
No comments:
Post a Comment