Photo

Photo

Friday, 31 August 2018

Rumah Kita


Kita bukan penduduk bumi,
Kita adalah penduduk syurga.
Kita tidak berasal dari bumi,
Tapi kita berasal dari syurga.

Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah,
Kembali ke kampung halaman.
Dunia bukan rumah kita,
Maka jangan cari kesenangan dunia.

Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali kerumahnya.

Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah…?

Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia…?

Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu padaNya yang menanti di rumah.

Begitu beratkah memenuhi harapanNya…?

Kita tidak berasal dari bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Rumah kita jauh lebih Indah di sana.

Kenikmatannya tiada terlukiskan,
Dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita.
Ada istri sholeha serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati.

Mereka rindu kehadiran kita,
Setiap saat menatap menanti kedatangan kita.
Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail.
Kapan Keluarga mereka akan pulang.

Ikutilah peta ( Al Qur’an ) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan.
Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya iblis Laknatullah yaitu neraka

Kita bukan penduduk bumi,
kita penduduk syurga.
Bumi hanyalah perjalanan.
Kembalilah ke rumah.

Penyebab Hilangnya Barokah



من أسباب قلة البركة في زماننا هذا إعراض الكثير منا عن كثرة
الصلاة على النبي ﷺ،

Sebab-sebab sedikitnya barokah di zaman kita ini adalah enggannya sebagian dari kita untuk memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW

لقد كانت الصلاة على النبي سببًا لكثير من البركات والخيرات،
Dan sungguh bersholawat kepada Nabi Muhammad Adalah sumber turunnya barokah dan kebaikan.

فورد أن قرية في بلاد المغرب أصابها القحط والجفاف،
Dikisahkan ada sebuah desa di negara Maroko tertimpa paceklik dan kekeringan

فجاءت امرأة وجلست بجوار بئر قد غارت وقل ماؤها،
Maka datanglah perempuan duduk di sekitar sumur yang telah kering.

ودعت الله فإذا بالماء يفور،
Dan dia berdoa kepada Alloh, seketika itu terpancarlah air.

فجاءها الشيخ الجازولي رضي الله عنه، وسألها عما دعت به ربها.
Maka Syaikh Jazuli mendatanginya dan menanyakan perihal doa yang dia panjatkan.

فقالت: ما سألته إلا بالصلاة على النبي ﷺ،
Perempuan itu menjawab " Aku tidak memohon sesuatu pun kepada Alloh SWT kecuali dengan bersholawat kepada Nabi SAW. “

جلست عند البئر تصلي على النبي ﷺ،
Perempuan itu duduk disamping sumur, kemudian bersholawat kepada Nabi SAW

فنظر إليها ربها بنظر الرحمة، واستجاب استسقاءها ودعاءها ففارت البئر بالماء ونجت القرية من الجفاف.
Maka Alloh melihat perempuan tersebut dengan pandangan rahmat, dan mengabulkan doanya, sehingga sumur itu memancarkan air, dan desa tersebut selamat dari kekeringan

وبسبب تلك الواقعة قام الشيخ الجازولي رضي الله عنه بجمع كتابه (دلائل الخيرات)
Dan kejadian tersebut adalah sebab utama mengapa Syaikh Jazuli mengarang kitabnya ( Dalailul Khairot )

والذي انتشر انتشارًا واسعًا وعلم الناس في كافة أنحاء الأرض الصلاة على النبي بكثير من الصيغ المباركة،
Yang mana kitab tersebut tersebar keseluruh penjuru dunia, dan mengajarkan mereka jenis-jenis sholawat yang sangat barokah.

ولهجت به ألسنتهم بالصلاة على النبي ﷺ، فنور الله قلوبهم بذلك، وخفف الله عليهم أعباء الدنيا ومشكلاتها، وهان عليهم أمرها، وكان همهم الأكبر الآخرة، ورفقة النبي .

Dan kemudian lisan-lisan mereka menjadi terbiasa untuk bersholawat kepada Nabi SAW, dan sebab itulah Alloh SWT menyinari hati mereka, dan meringankan kepada mereka persoalan-persoalan hidup, dan diringankan pula urusan mereka, dan keinginan terbesar mereka adalah kebahagian di akherat, dan berdampingan dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah slawat fatih yang sudah sampai sanad kita kepada rasulullah salallahualaiwasallam

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَلْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَٱلْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ ٱلْحَقِّ بِالْحَقِّ وَٱلْهَادِي إِلَىٰ صِرَاطِكَ ٱلْمُسْتَقِيمِ وَعَلَىٰٓ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ ٱلْعَظِيمِ.

Rahasia Bahagia Adalah Menjadi Egois


Jika diri panjenengan ingin Berbahagia, tidak ada lainnya, panjenengan harus egois.

Ini serius, jangan pikirkan orang lain, orang lain itu bukan urusan panjenengan, apalagi bila panjenengan ingin damai dalam hidup panjenengan.

Lakukan sesuatu yang menguntungkan diri panjenengan bahkan sangat menguntungkan, Kalau perlu jadilah manusia yang paling egois yang panjenengan kenal.

Misal ini dulur, panjenengan mau beli, lalu, jika di pedagang kedua, panjenengan mengetahui bahwa mangga yang panjenengan beli di pedagang pertama harganya dua kali lipat dan panjenengan mendapatkan diri panjenengan marah, maka artinya panjenengan merugikan diri panjenengan sendiri.

Panjenengan terlalu memikirkan orang yang menipu panjenengan. sebaliknya yang harus panjenengan lakukan adalah urus dulu hati panjenengan yang terbakar itu, jangan pikir orang lain dulu.

Seperti bila ada orang yang membakar rumah panjenengan, tidak mungkin kan panjenengan mengejar orangnya dulu, pasti panjenengan akan mematikan apinya terlebih dahulu bukan…?

Abaikan suara didalam diri panjenengan yang membuat panjenengan marah, bila panjenengan mendengar suara " aku ditipu " , aku dibohongi , semoga dia mendapat balasan setimpal ". Segera rubah sudut pandang panjenengan, kata-kata itu tidak menguntungkan panjenengan sama sekali.

Susuri lebih dalam bagian hati panjenengan yang lebih teduh. bila belum berhasil, bantulah dengan pertanyaan " apa yang bisa kusyukuri dari kejadian ini…? "

Cepat atau lambat panjenengan akan menemukan suara bijaksana di dalam yang mengatakan bahwa dalam mangga yang panjenengan beli terkandung begitu banyak berkah, bukan saja kesehatan yang akan didapat, melainkan juga diri panjenengan telah berkontribusi memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang lain.

Ketika ada orang mengatakan " Sinting " pada diri panjenengan, ingatlah bahwa kata makian apapun dari orang lain tidak pernah mampu menggurat hati kita.

Kita menjadi sakit karena kata-kata kita sendiri, " aku dilecehkan, aku direndahkan, aku disamakan dengan orang gila ". jangan beri judul drama Pertemuan panjenengan dengannya dengan nama " Penghinaan " atau " Penistaan ".

Ingat, diri panjenengan telah terlatih oleh lingkungan untuk mengalami kerugian terus menerus, sekarang jangan ikuti jalan yang selalu membuat panjenengan sedih dan marah.

Kebahagiaan adalah pilihan, mengapa diri panjenengan memilih penderitaan…? sadari bahwa " menderita " bukanlah nama Tengah panjenengan.

Tidak perlu mengambil jurusan Psikologi atau S-2 human behaviour untuk mendapat kejelasan. kita semua secara instingtif tahu bahwa mereka yang suka mengeluarkan kata kasar pada orang lain cenderung memiliki ketidakseimbangan dalam batinnya.

Pasti ada sariawan, gigi berlubang, radang tenggorokan atau luka di lambung pada mereka yang mengeluarkan aroma tidak sedap dari mulutnya, begitu pula mereka yang berkata kasar, pasti ada luka menganga dalam batinnya.

SEGERA MAAFKAN DIA, karena MEMAAFKAN adalah perbuatan yang SANGAT EGOIS.

Orang yang memaki diri panjenengan mungkin sekali dalam beberapa jam sudah lupa pada apa yang dilakukannya, ia pasti tidak sadar pada tindakannya.

Mengapa panjenengan masih mau mengkoleksi dendam berupa kemarahan, kebencian…?

Lepas segera beban-beban itu, biarkan kebahagiaan yang akan mengisi ruang hati panjenengan sedari tadi masuk.

Kalau mau kaya, menabunglah rupiah, depositokan dollar, miliki aset berharga, bila ingin bahagia, koleksilah memori indah, tanam rasa bersyukur, miliki hati yang luas dan punyai kemampuan untuk berserah.

Saya akan memberikan rahasia apa yang paling baik panjenengan lakukan pada orang yang panjenengan anggap menghina atau menyakiti hati panjenengan.

Sebenarnya ini bukan rahasia, namun karena tindakan ini jarang dilakukan, ia tertumpuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang tidak menguntungkan yang selama ini kita jalankan.

Jika panjenengan berani, sekali lagi hanya kalau diri panjenengan berani,

Bertemulah dan mintalah maaf pada orang tersebut, mungkin ia akan merasa menang, merasa hebat, namun kelegaan akan ada digenggaman panjenengan.

Bila situasinya tidak memungkinakan untuk menemuinya, saran terbaik adalah berdoalah agar orang tersebut mendapat limpahan berkah dan hidupnya bahagia.

Orang yang panjenengan benci dan orang yang panjenengan sayang berada diluar diri panjenengan, namun rasa sayang dan rasa benci itu ada di dalam diri panjenengan.

Jika panjenengan berdoa untuk orang yang panjenengan benci, sadarilah sebenarnya yang paling diuntungkan adalah diri panjenengan sendiri, karena doa panjenengan bagaikan matahari yang menguapkan rasa benci yang bersarang dalam Hati panjenengan.

Jika panjenengan merasa cukup egois, silakan share status ini.

Terimakasih,

Thursday, 30 August 2018

Aku Korban Kekerasan Guru


BAHAN RENUNGAN ORANG TUA DAN SISWA SISWI

Perkenalkan, aku Tukinem. Lulusan terbaik Universitas Negeri di Sumatera

Kapan aku duduk di bangku SD…? Pada masa teknologi masih Radio dengan antena, dan Televisi masih hitam putih dikeroyok semut.

Aku korban kekerasan guru sejak kelas tiga SD. Masih segar di ingatan, wali kelasku, Pak Jono berteriak marah, “ hey, kamu…! Maju ke depan kelas…! ” Dengan wajah menantang aku berdiri, menghampiri beliau.

“ Selesaikan soal ini…! ” Lelaki empat puluh tahun itu memukul papan tulis dengan penggaris kayu. “ Salah sedikit saja, habis kamu….! ” Aku dengan yakin mengerjakan soal matematika yang ia berikan.

“ Sudah, Pak….” Aku berseru dengan sombong. Yakin kalau jawabanku pasti benar.

Tapi ….

Plak …! Penggaris dengan panjang satu meter itu mendarat di tubuh bagian belakangku. “ Kamu perempuan, tapi bengal minta ampun…! Duduk…! ” Aku kembali ke kursi sambil mengusap bagian yang sakit.

Di lain kesempatan, saat aku kelas lima, aku di panggil wali kelas dua, guru wanita yang terkenal killer, kejam dan suka menghukum. Namanya Bu Ijah, matanya menakutkan, selalu membawa rotan di tangannya.

“ Tukinem, kamu tadi memukul siswa kelas dua. Betul…? ” Aku biasanya selalu berani menghadapi guru, tapi hari itu, aku tertunduk takut. “ Jawab…! ” Wanita itu berteriak sambil memukul meja.

Aku benar-benar mati gaya waktu itu. Darah premanku menghilang. Padahal aku sudah sering dipanggil guru, tapi selalu selamat dari guru satu ini. Tapi kali ini, sepertinya adalah hari sialku.

“ Kemari…! ” Tanganku di tarik mendekat, “ buka telapak tanganmu…! ” Aku menuruti, dan tiga puluh pukulan mendarat di telapak tangan kecilku. Menangis…? Ya, aku menangis, tentu saja, kalian boleh mencobanya, kalau tidak percaya, rasanya sakit…!

“ Aku akan laporkan pada ayahku…! ” Aku menangis dan berteriak, mengambil tas di kelas dan berlari pulang.

Tiba di rumah, aku menceritakan semuanya dengan jujur. Apa tanggapan ayahku….? Dia menggandeng tanganku, dan kembali ke sekolah. Aku tersenyum penuh kemenangan.

“ Rasakan ….” kataku dalam hati.

Tapi … tiba di sekolah, Ayah menghampiri Bu Ijah, dan berkata, “ hukum dia lebih keras lagi, Bu, karena dia tidak sadar apa kesalahannya...” Ayah meraih penggaris dan memukul tanganku berulang kali. Dan Bu Ijah menghentikan tindakan Ayah. “ Di sekolah, hanya kami yang boleh menghukum. Bapak boleh pulang…! ” tegas Bu Ijah.

Setelah Ayah pulang, Bu Ijah membawaku ke lapangan. Mengumpulkan semua siswa.

“ Dengar semuanya….! Mulai hari ini, Ibu tidak mau ada yang berteman dengan Tukinem… kalau ada yang berteman, akan Ibu hukum…! Faham…? ” Tatapan Bu Ijah beralih padaku, “ dan kamu, kalau masih bersikap seperti ini. Ibu akan keluarkan kamu dari sekolah….! ” Kemudian beliau berlalu begitu saja.

Terhitung sejak hari itu, aku tidak memiliki satu orang teman pun. Semua teman menjauh setiap kali aku mendekat.

Aku sudah kelas lima menuju kelas enam waktu itu, usiaku bukan balita lagi. Aku sudah remaja, seharusnya sikapku tak seburuk itu.

Sampai pada puncak yang membuat aku terpukul lebih keras dari pukulan Bu Ijah, sore itu sepulang sekolah aku di panggil kepala sekolah. Saat aku masuk, ada Bu Ijah di sana.

“ Tukinem…. nilai kamu sejak kelas satu tidak buruk. Kelas satu sampai kelas dua, kamu selalu juara umum. Apa kamu tidak bertanya-tanya, kenapa di kelas tiga sampai kelas lima kamu tidak juara….? ” Kepala sekolah ku bernama Pak Paijo, orangnya sangat lembut. Berbicara dengan penuh kasih sayang, “ nilai kamu masih tinggi. Bahkan lebih tinggi dari peraih juara umum kita. Tapi perilaku kamu ini, yang membuat nilai angka rapormu tidak ada gunanya….”

Aku tertunduk, Bu Ijah mengusap kepalaku. “ Kemari, dengarkan Ibu…” Jujur baru sekali itu aku melihat Bu Ijah selembut kapas berbicara padaku.

“ Kamu tahu, Nem…? Apa yang paling berguna…? Bukan angka-angka di rapor itu. Melainkan … ini. ” Tangan beliau menyentuh dadaku. Aku sudah remaja waktu itu, dan sudah sangat memahami maksud beliau. Bagaimana rasanya….? Malu…! Ingin menangis, tapi tidak bisa. Jadinya….? Sesak di dada….!

“ Begini, apa Inem mau berubah….? Karena kalau Inem seperti ini terus, sekolah tidak akan meluluskan….” Aku melihat ke arah Bu Ijah, aku tahu beliau serius.

“ Mau berubah….? ” Bisik beliau pelan. Aku mengangguk. Pelan.

“ Inem janji, Inem berubah, Bu. Inem janji gak nakal lagi….! ”

======

Sejak hari itu, aku adalah Tukinem yang baru. Aku terlahir menjadi pribadi yang berbeda. Dan benar saja, saat kelas enam, aku kembali meraih juara umum.

Aku lulus tes dengan nilai terbaik di SMP favorit. Juga masuk dan lulus SMA dengan nilai yang masih sangat memukau, hingga aku berhasil meraih beasiswa sampai menyelesaikan S1.

Ketika lulis SMA, aku berkunjung kerumah Bu Ijah, menanyakan satu hal yang dulu tidak berani aku tanyakan.

“ Kenapa di rapor, meski aku tidak juara, nilaiku masih di tulis dengan jujur…? ”

Beliau menjawab, “ karena itu nilai kamu. Kami tidak berhak mempermainkannya….”

Bertanya-tanya apa saja kenakalanku….? Banyak teman-teman. Aku memukul adik dan kakak kelas, padahal mereka tidak sengaja menginjak kakiku waktu antri beli makan di kantin. Aku membuang buku PR teman sekelas yang sering mengangguku, terlebih aku ini perempuan. Dan masih banyak lagi kenakalanku yang lain, sejak kapan….? Sejak aku kelas tiga. Luar biasa bukan….? Ya, aku anak nakal yang selalu di pukul oleh guru, nyaris setiap hari.

Akulah Tukinem, korban kekerasan guru, yang berhasil meraih gelar sarjana dengan masa kuliah tiga tahun.

Akulah Tukinem, korban kekerasan guru, yang setiap hari memiliki luka di bagian jari.

Apakah kedua orang tuaku melaporkan mereka….? Ooh tidak…! Orang tuaku tahu, bagaimana sifat dan sikapku. Itulah kenapa mereka akan tambah memarahiku, setiap kali aku terkena hukuman.

Akulah Tukinem, korban kekerasan guru, yang sangat berterimakasih pada rotan dan penggaris kayu itu.

Namaku, Tukinem. Aku bahagia guruku pernah memukul saat aku nakal.

Terimakasih, Bu Ijah, rotan itu bukan hanya melukai tanganku. Tapi juga berhasil memukul keras batu yang ada di hatiku.

Beliau selalu memanggilku “ Nem ” kalau aku sedang tidak bermasalah. Tapi saat aku berbuat salah, beliau akan menyebut namaku “ Tuminem ! ” Dengan sangat keras.

Aku memakai nama ‘ Inem ’ karena aku berterimakasih pada beliau.

=========

Bu, Pak, tahukah anda….?

Hanya anda yang tahu karakter anak-anak anda. Bagaimana bisa anda lepaskan tanggung jawab kepada gurunya di sekolah….? Tapi anda menahan hak didik bagi mereka atas anak anda.

Bu, Pak, pikirkanlah, apakah mungkin seorang guru tiba-tiba memukul siswanya tanpa kesalahan….?

Bu, Pak, mereka menggunakan tangan untuk menjewer. Tapi mereka menghabiskan setengah hidupnya untuk keberhasilan anak anda.

Saat anak anda menjadi dokter, anda berkata dengan bangga, “ ini anakku, menjadi dokter karena kerja kerasku…! ”

Bu, Pak, pernahkah saat anak anda pintar membaca, lantas anda berterimakasih, pada gurunya….?

Saat anak anda pandai menghitung, pernahkah berpikir untuk mendoakan gurunya…?

Bu, Pak, kalian mengirim mereka ke sekolah, karena kalian tahu, mereka butuh seorang guru. Lantas, mengapa saat anak anda mendapat secuil cubitan, jeweran, lantas anda melaporkan gurunya ke polisi….? Memenjarakan gurunya begitu saja.

Bu, Pak, anda tahu karakter anak anda. Pikirkanlah kenapa mereka di jewer, di cubit. Karena gurunya menyayangi mereka, memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

Bu, Pak, aku bukan guru, tapi aku adalah korban kekerasan guru, dan aku bangga guruku bersikap keras terhadapku. Karena kalau tidak, maka aku tidak akan seperti sekarang.

Bu, Pak, tidak perlu membawa bingkisan untuk gurunya. Cukup hargai mereka, tundukkan kepala dan ingat bagaimana peranannya untuk masa depan putra dan putri anda.

Mereka guru, dengan tulus mendidik, tapi di rumah, anda memberi anak-anak dengan gadget, dan tontonan televisi yang tak bermoral. Lalu, anda menyalahkan guru ketika anak anda berperangai buruk.

Kilau emas yang anda pakai itu, adalah hasil kerja keras penambang yang digaji tak seberapa.

Begitulah kerasnya kerja seorang pembentuk, seperti guru.

Love For Teacher

Saat ini pemahaman terhadap HAM bagi sebagian orang tua siswa dan umumnya rakyat Indonesia mengalami pendangkalan akibat dari masuknya paham paham yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan rakyat Indonesia diantaranya liberalisme, sekularisme dengan jalan politisasi di segala bidang oleh para pelaku politik yang sebenarnya tidak paham dengan kondisi kultural rakyat dan bangsa Indonesia.

Coba bayangkan ketika guru dipaksa untuk menjaga hak anak anak dalam belajar tapi anak anak tidak dipahamkan oleh orang tua bahwa guru juga memiliki hak dalam mengajar di sekolah, anak anak punya hak untuk mendengarkan tapi ingat guru juga lebih memiliki hak untuk didengarkan. Inti persoalan ialah guru dipaksa menunaikan kewajiban dan mengorbankan haknya sementara siswa dan orang tua mereka dipahamkan untuk mendapatkan haknya dan melupakan kewajibannya. Tolong kembalikan lagi MAPEL Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa agar siswa dan orang tua mereka bisa lebih memiliki pemahaman HAM yang sesuai dengan kultur bangsanya sendiri.

Saya juga korban kekerasan guru. Kalau aku ngadu pada orang tua ku,  selalu dibilang kalau kamu ga’ salah tak akan guru marah. Zaman aku sekolah tahun 90 an luar biasa.

Silahkan share sebanyak”nya jika dirasa manfaat

Jadilah Pembela Orang Tuamu Di Akherat Kelak


Selamat Mondok Anakku, Jadilah Pembela Orang Tuamu Di Akherat Kelak

Selamat Mondok Nak….!
Demi Allah, bukan Kami benci hingga membuangmu jauh ke pesantren. Bukan kami tak cinta wahai anak kesayanganku. Kami bahagia melihat tangismu hari ini saat kami tinggal pulang. Kelak suatu saat kau kan merindukan tangis perpisahan itu.

Selamat berjuang, Nak !

Nanti juga kau kan paham mengapa kami titipkan engkau di pesantren. Maafkan kami tidak bisa seperti orang tua lain. Memberimu segudang fasilitas dan kemewahan. Maafkan kami hanya bisa memberikanmu fasilitas akhirat.

Jadilah pembela Bapak dan Ibu di hari pengadilan Alloh kelak. Dengan menjadi santri kami harap engkaulah yang mengimami sholat jenazah kami nanti, menggotong keranda kami, memandikan diri kami, membungkus kain kafan kami, mengadzani kami di kubur tuk terakhir kali. Tak perlu kami memanggil ustadz-ustadz untuk mendoakan. Untuk apa…?

Bukankah nanti saat kami berbaring di ruang tengah dengan kaku. Ada anak”ku di samping kepalaku. Ada lantunan Tabarok adikmu disamping badan kami. Itulah hari terbahagia kami nanti menjadi orang tua, Nak. Jenazah kami teriring do’a anak-anak kami sendiri.

Bukankah junjungan kita Baginda Nabi pernah berkata, saat kita semua mati semua amal akan terputus kecuali tiga perkara. Do’amu lah salah satunya.

Laa takhof wa laa tahzan, Nak.

Di pesantren sangat mengasyikkan. Temanmu teramat banyak seperti keluarga sendiri. Pengalamanmu akan luas. Jiwamu kan tegar. Kesabaranmu kan gigih. Kami hanya ingin kau bisa mendoakan kami sepanjang waktumu. Menyayangi kami dihari tua kami nanti. Selayaknya kami sayangi engkau dihari kecilmu. Kami tak ingin nanti ketika jenazah kami belum dikuburkan. Namun kau dan adikmu sudah menghitung-hitung harta, hingga permusuhanpun terjadi.

Selamat berjuang , Nak…!

Dengarkan ustadz dan semua gurumu, muliakan mereka. Seperti kau muliakan Bapak Ibumu. Beliau-beliau adalah pengganti Bapak Ibumu di rumah.

Selamat berproses, Nak !
Berbahagialah , Nak !
Tersenyumlah, Nak !
Kelak kau kan paham maksud Kami….

Banyak pelajaran kehidupan yang hanya diperoleh di pesantren dan tidak ada di jalur sekolah formal.

Panglima Yang Dipecat Karena Tidak Pernah Salah


Kisah Khalid bin Walid, Panglima Perang yang Dipecat Karena Tak Pernah Berbuat Salah.

Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang.

Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat Islam. Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid. Namanya harum dimana-mana. Semua orangmemujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, ”Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus.” Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai “ Pedang Allah yang Terhunus ”.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.Itulah Khalid bin Walid. Beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusandari Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, ” Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap…! ”

Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan….? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap KhalifahUmar Bin Khaththab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya. Sesampai di depan Umar, beliau memberikan salam,

” Assalamualaikum ya Amirul Mukminin…! Langsung saja…! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat…? ”

” Walaikumsalam warahmatullah…! Betul Khalid….! ” Jawab Khalifah.”

Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa…?”

” Kamu tidak punya kesalahan. ”

” Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat…? Apa saya tak mampu menjadi panglima…? ”

” Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik...”

” Lalu kenapa saya dipecat…? ” tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khaththab menjawab, ” Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong ”.

” Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu.

Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa…! ”

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.

Sambil menangis beliau berbisik, ” Terima kasihya Khalifah. Engkau saudaraku…! ”
Bayangkan …. mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun.

Perintah Kaisar Naga : 4890 - 4894

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4890-4894 Dunia tangga ketujuh adalah padang bintang, tanpa aura dan tanpa makhluk hidup! Yang ada hanya seorang ...