“ Kang, tolong pohon Kristen di samping pesantren itu ditebang
! ”, pinta Kiai Bakar tiba-tiba pada seorang santri. Santri itupun bingung dan
belum mengerti, ia melihat ke kanan kiri pesantren.
“Iya, pohon cemara itu. Tebang segera. Itu pohon Kristen !”
tukas Kiai Bakar lebih tegas.
“Pohon Kristen…? Apa maksudnya…? Lagian itu pohon ditanam oleh
Kiai Ahmad. Beliau sendiri yang menanam tiga tahun lalu,” gumam santri dalam
hati.
“Sebelum menebang cemara itu, aku harus minta izin Kiai Ahmad
dulu”.
“Punten Kiai. Kulo disuruh Kiai Bakar untuk menebang cemara
yang ada di samping pesantren, Pripun ?”, kata santri pada Kiai Ahmad.
“Hah…! Cemara ditebang...? Wit-witan apik ngono arep ditebang,
kenapa…?”, ucap Kiai Ahmad kaget.
“Nganu Kiai... kata Kiai Bakar, pohon cemara itu pohon
Kristen”, ujar si santri polos
“Hah....? Pohon Kristen...? Ada-ada saja Kiai Bakar itu, wit-witan
nganggo agomo mbarang. Pohon Kristen lagi. Nggak ono iku. KTP saja dia tidak
punya kok. Gak usah ditebang. Biar nanti saya yang menjelaskan ke Kiai Bakar.
***
"Punten Kiai, benar sampayan nyuruh santri untuk nebang
pohon cemara itu ?", tanya Kiai Ahmad pada Kiai Bakar.
"Benar, Kiai..."
" Wit-witan apik ngono arep ditebang, kenapa ?"
"Itu pohon Kristen ", jawab Kiai Bakar.
"Waduh... sejak kapan pohon beragama, Kiai ?"
"Lha itu yang dibuat pohon natal atau duplikatnya itu kan
cemoro, Kiai "
"Oh... Kalau begitu pohon kelapa yang sampeyan tanam di
belakang pesantren mesti di tebang juga"
"Kok ?"
"Lha iya. Karena janur kelapa suka dipakai untuk upacara
adat agama Hindu. Berarti itu pohon Hindu ! ".
Kiai Bakar terdiam.
"Sekalian kerudung santri-santri putri yang bentuk
segitiga itu dibakar semua ", lanjut Kiai Ahmad
"Kok ?"
"Lha iya. Karena segitiga itu simbol Yahudi".
Kiai Bakar terdiam lagi.
"Sekalian juga pesantren ini dirubuhkan saja",
lanjut Kiai Ahmad lagi.
"Kok mbrentek tekan endi-endi,Kiai ?", ucap Kiai
Bakar kaget.
"Lha iya. Karena kuda-kuda penyangga atap bentuknya
palang paték seperti salib", jelas Kiai Ahmad.
Kembali Kiai Bakar terdiam.
"Mbok kita itu jangan membuat generalisasi suatu kasus
yang tidak ada kaitannya. Yang penting itu substansinya; Cemara biso kanggo
ijon-ijon ben seger ning mripat; jilbab sebagai penutup aurat; kuda-kuda bangunan
bentuk salib sebagai penyangga atap gedung agar kuat... Apalagi pohon kelapa,
banyak yang bisa kita manfaatkan dari pohon yang satu itu", tutur Kiai
Ahmad menasehati.
Kiai Bakar tersenyum manggut-manggut sambil mengelus-ngelus jenggotnya.
Kemudian dia berhenti mengelus-ngelus jenggot dengan raut wajah kaget, karena
dia ingat kalau Santa Claus juga berjenggot.
Namun segera Kiai Bakar tersenyum kembali, karena dia tahu
kalau jenggot juga tidak beragama.
# Salam Waras
No comments:
Post a Comment