Sekali-kali kita bicara fiksi...
Indonesia negara yang sangat maju. Uang kita banyak.
Pabrik-pabrik di negara kita juga sangat banyak. Mulai dari yang produksi baja sampai produksi material untuk rel kereta.
Kalau kita mengandalkan perputaran di dalam negeri saja, kita
tidak akan bergerak kemana-mana. Karena itu supaya semakin berkembang, kita investasi keluar negara.
Supaya bisa mudah berinvestasi di suatu negara, kita
menyodorkan pinjaman ke negara itu dengan bunga rendah.
Bukan. Pinjamannya bukan pinjaman berbentuk uang cash. Tapi
pembangunan, baik itu infrastruktur maupun bangunan. Sama saja, kan ?
Nah, karena kita sebagai pemberi pinjaman, kita juga yang
membangun sarananya, tentu kita juga memegang teknologinya. Supaya semua sesuai dengan apa yang kita
inginkan, maka kita juga mengirimkan tenaga kerja kita ke negara tujuan.
Setuju dengan konsep itu, kan ? Pasti setuju. Semua yang
berwawasan pengusaha pasti akan mengaminkan..
Itu fiksi. Sekarang kita bicara realita. Kita ganti kata
"Indonesia" dan "Kita" dengan kata "China".
Ya begitulah yang dilakukan China terhadap investasi luar
negerinya. Mereka ekspansi kemana-mana karena kelebihan cash dan produksi dalam negerinya. Untuk menjaga
investasinya supaya bisa sesuai kebutuhan - dan tentunya tidak dikorupsi pejabat setempat - mereka mengirimkan
tenaga kerjanya. Dengan tenaga kerja dari mereka sendiri, mereka juga menjaga teknologinya.
Tentu ada syarat dari pemerintah negara tujuan seperti
Indonesia ini. Pertama, tenaga kerja harus tenaga ahli bukan tenaga kasar. Kedua, harus ada alih tehnologi supaya pekerja Indonesia kelak bisa mengoperasikan.
Lalu, kenapa ada penolakan tenaga kerja asing jika suatu saat
kita juga bisa melakukan hal yang dengan China ?
Ingat, China juga dulu melakukan hal yang sama dengan kita.
Selain mengirim orang pintarnya belajar ke luar negeri, mereka juga mengundang investasi asing ke dalam
negerinya dan melakukan transformasi tehnologi.
Siapapun Presidennya di Indonesia, pasti akan melakukan hal
yang sama. Karena begitulah cara negara bekerjasama.
Jangan alergi dengan tenaga kerja China. Disekitar kita sudah
banyak tenaga kerja asing dari Amerika, Inggris, Jepang sampai Saudi Arabia. Begitu juga di negara mereka
selalu ada tenaga ahli dari Indonesia..
Yang takut dengan adanya tenaga kerja asing sesungguhnya
adalah mereka yang tidak punya keahlian apapun, tapi bermimpi untuk cepat kaya. Berjalan sajalah. Jadilah wirausaha.
Kita punya kekuatan sebagai orang lokal, karena kita mengenal
seluk beluknya. Bahasa Somalianya, "Think Global, Act Local.."
Sudah paham kan, pret ? Sebagai saran, kalau tidur malam
kakinya jangan diatas kepala dibawah. Itu mengganggu kinerja otak sehingga cara berfikirnya tidak sempurna.
Ngopi dulu, pret.. tak dung pret dung pret pret prettt...
Denny Siregar
No comments:
Post a Comment