Oleh: Muhammad Itsna Hambali
Bismillahirrahmanirrahim.
Suatu ketika, beberapa hari yang
lalu kira2 habis maghrib, saya mengikuti acara 7 hari meninggalnya tetangga.
Acara diisi dengan membaca
bersama-sama surat alfatihah, surat Al ikhlas, tahlilan dan doa. Saya sendiri
kebagian memimpin tahlilan.
Sehabis doa, ini yang paling
ditunggu, hehehe, sedekah dari yang punya rumah. Nasi gule ditambah sate
kambing. Masyaallah sedapnya. Ingat itu jadi pengen nambah lagi. He he.
Dilanjutkan bagi-bagi nasi berkat
buat oleh-oleh yang di rumah. Sip dah.
Saat pembagian "berkat"
itu, saya melihat, bagaimana orang yang duduknya paling di dalam, paling dekat
dengan "sumber berkat", harus menjadi perantara dulu buat yang di
luar. Atau yang tempatnya jauh.
Baru berkatnya semakin mendekat.
Dan paling akhir baru dia mendapatkan pembagian itu.
Saya pikir, ini menggambarkan
sebagian pola rezeki dari Allah.
Terkadang, orang-orang yang
terdekat dengan sumber rezeki ( ALLAH SWT ), justru paling terakhir dapatnya
rezeki.
Itu bukan tanpa tujuan. Tapi
Allah menghendaki agar orang itu menjadi perantara dulu bagi rezeki-rezeki
orang yang lain. Yakni orang-orang yang masih jauh dari sumber rezeki.
Toh, orang yang terdekat sudah
melihat langsung berkatnya. Dia yakin 100 persen akan kebagian. Dia sudah melihat
pertama kali. Juga sudah membaunya pertama kali. Jadi, sebenarnya dia sudah
"mencicipi"nya terlebih dulu. Meski baru baunya saja. Dia membagi
lebih dulu. Maka dia yakin akan bagian berkatnya itu.
Semakin cepat dia mengantarkan
berkat kepada yang lain. Semakin cepat pula berkat bagiannya akan sampai kepadanya.
Demikianlah. Orang yang dekat
dengan Allah sudah melihat lebih dulu bagiannya. Maka dia sudah bahagia dengan kepastian
itu.
Yang dilakukannya ingin segera
menjadi perantara rezeki bagi yang lain. Agar rezeki dirinya sendiri segera menghampirinya.
Kalau begitu kan lebih beruntung
yang jauh dari sumber rezeki…? Bukan begitu. Begini lho.
Orang yang jauh hanya mendapatkan
bagian rezekinya saja. Tidak ada bonus-bonus yang lain.
Orang yang dekat mendapatkan
banyak hal sebelum mendapatkan rezekinya. Juga, pada saatnya, pasti mendapatkan
rezekinya. Ditambah lagi bonus-bonus yang lain saat sudah mendapatkannya.
Kuncinya orang dekat Allah itu
sabar dan syukur. Ada juga yang lain. Tapi 2 itu saja yang paling nampak dalam prakteknya.
Soal hati sih bisa ditambah ikhlas, ridho, dll.
Silahkan ditambah sendiri ya.
Sebelum mendapatkan rezekinya
sendiri yang berlimpah, orang dekat, sudah berbagi. Dengan berbagi itu dia sudah
bahagia. Dan jatah makan sehari-harinya sudah pasti datang. Begitu
keyakinannya. Begitu pula yang terjadi.
Burung yang tak punya akal setiap
hari dapat makanannya. Pun mereka tidak pernah punya simpanan. Burung burung makan
hari demi hari. Mereka bisa, kita yang mengaku manusia tidak…? Ah yang bener
aja, hehehe….
Saat menjalani proses menuju
keberlimpahan itu mereka lalui dengan kesyukuran. Mengapa…? Sebab orang yang dekat
Allah itu yakin akan firman dan janji-Nya. Bahwa jika mereka bersyukur, Allah
akan menambah-nambah nikmat-Nya. Bahwa sesudah kesukaran pasti ada kemudahan.
Bahkan dua kali kemudahan.
Mereka menempa diri dengan ilmu
dan kerja keras yang terus dibarengi dengan iman dan amal-amal sholeh. Juga doa
dan tawakkal kepada Allah. Kalau begitu bukankah ini keuntungan yang luar biasa…?
Dan, pada saat keberlimpahan itu
datang. Dan PASTI DATANG. Mereka menjadi ahli syukur yang terbaik.
Salam silaturahmi yang hangat
dari saya, Muhammad Itsna Hambali
No comments:
Post a Comment