“ Kenapa sulit sekali mencari peluang usaha… ? ”
Seorang teman mengeluhkan bagaimana sulitnya dia mencari
peluang usaha saat ini. Hidup seakan tidak bersahabat dengannya. Dia yang dulu
seorang kontraktor kelas menengah proyek pemerintahan, sekarang tersingkir
habis karena begitu sulitnya mengikuti persyaratan.
Kuajak dia nongkrong sejenak minum kopi karena biasanya dalam
secangkir kopi banyak cerita menarik. Aku pernah mengalami situasi yang mirip
dengannya dulu. Betapa sulitnya mencari peluang ketika usahaku terhempaskan.
Seperti jatuh dari tebing dan tubuh meluncur deras ke karang tanpa ada satupun
ranting yang bisa kupegang untuk bertahan.
Hari-hariku penuh amarah. Keluh kesah membabi-buta bahkan
kubawa sampai ke rumah. Aku sebenarnya sedang memaki diriku sendiri yang tidak
berdaya, tapi orang sekitar yang terkena. Sampai pada satu waktu aku bertemu
teman lamaku. Dan dia menegurku kenapa wajahku selalu tertekuk ? Dan akhirnya
kucurahkanlah segala gelisahku kepadanya.
Dia tertawa. Keras sekali. Aku sampai heran, bagaimana bisa
dia mentertawakan situasiku yang sedang pahit ?
“ Bagaimana kamu bisa melihat peluang dengan semua kegalauanmu
? Ya pasti sulit, karena akalmu sedang diliputi awan hitam yang sinar matahari
saja sulit mencari celah masuk. Jikapun ada peluang datang tepat di depan matamu,
kamu tidak akan bisa melihatnya malah menjauhinya..”
“Lalu bagaimana cara bisa melihat sebuah peluang ?” Tanyaku
dengan heran.
Akhirnya temanku tersenyum sambil menyeruput kopi panasnya.
“Bahagiakan dirimu. Bukan bahagia yang berpura2 tetapi benar2
bahagia. Kebahagiaan itu tidak bisa dicari, ia hanya bisa diciptakan dalam
diri..”
Senyumnya menenangkan..
“Kebahagiaan itu seperti magnet, ia akan menarik
kebahagiaan-kebahagiaan lain di sekitarnya. Bahagia akan membuka celah di ruang
akal yang tertutup kabut, sehingga cahaya bisa masuk. Dengan semakin tipisnya
kabut yang menyelimuti akal, maka pandangan akan menjadi lebih terang sehingga
peluang pun terlihat bertebaran di sekitar..”
Wah, menarik juga teorinya. Tapi ada satu yang harus
kutanyakan lagi padanya, “Bahagia apa yang tidak berpura pura…?”
Diseruput kopinya sampai tandas dan ia mendekatkan wajahnya
kepadaku. “Bersyukurlah selalu dalam hidupmu, di setiap langkahmu, di setiap
tarikan nafasmu.
Bersyukur, bukan lagi bersabar.
Itulah pusat kebahagiaan sejati karena pada akhirnya kita
paham bahwa dalam kesulitanpun selalu ada nikmat disana..”
Dan benar, aku merasakan betul perubahan dalam hidupku baik
secara material maupun spiritual ketika mengikuti kata-kata temanku. Dan akan
kubagikan ke temanku kontraktor ini. Semoga dia bisa menjadikannya pegangan dalam
kesulitan...
Secangkir kopi lagi terhidang. Ini malam yang panjang...
No comments:
Post a Comment