Photo

Photo

Thursday, 6 February 2020

Ulama Terdahulu Lebih Memilih Untuk Menjadi Samudra Dalam Keilmuannya


Para ulama terdahulu lebih memilih untuk menjadi samudra dalam keilmuannya. Mereka dibesarkan oleh ilmunya, bukan dengan serangannya atas pemahaman orang lain. Lautan ilmunya menampung semua kotoran dari daratan, lalu memuntahkannya kembali menjadi makanan dan mutiara. Mereka menghindari hujatan, makian dan mengazab orang lain. Ulama-ulama saleh lebih memilih pohonnya bercabang, daripada membiarkan badannya membesar.

Belakangan, banyak orang memaknai kata "Ulama" dengan konversi populisme, bukan lagi daya cipta. Terkadang kita terlalu dangkal dalam soal-soal kebesaran, dan kita menggemari penampilan dengan simbol keagungan.

Kita mengagumi sorban, dan jubah sumpah serapah-selayaknya manusia yang gemar sekali membeli pertunjukan. Sebagian dari kita, membuka telinga dari manusia lain yang diagungkan; mengutip raungannya dalam anjuran perang, membenci kelompok lain dalam sengat yang sejatinya kerdil.

Manusia berilmu tak akan pernah menghujat siapapun _ bahkan kepada setan sekalipun, karena Tuhan telah mengutuknya. Setan adalah titik perlawanan yang membuatnya menjadi lurus, menunduk, mengikat kepalanya kepada keimanan. Mereka hanya senantiasa berdoa, agar selalu dijauhkan dari godaan setan yang terkutuk.

Dalam sehat, ketika mulut masih bisa berteriak, manusia bisa menentang siapa saja, dan bahkan menantang takdirnya. Dalam sakit, manusia akan mencari petilan sepotong kata bijak dan kearifan yang telah lama hilang. Bersusah payah untuk menunduk setelah sejak lama mendongakkan kepalanya.

Itulah mengapa, ulama saleh terdahulu lebih memilih sunyi, tawaddluk dan tafakkur dalam keluasan ilmunya.

Kepada kita semua, semoga dalam sakit menjadikan teguran. Termasuk mereka yang pernah menapaki jalan kepongahan, memaki ulama lain dalam sumpah serapah "Sambaran Petir" dan "Tua Bangka". Mereka yang membenci perbedaan. Mereka yang terlalu sibuk mencapai langit dan lupa menginjak bumi; karena bagaimanapun, hidup adalah persiapan menuju kematian yang pasti.

( Diadaptasi dari kitab " Ihya' Ulumuddin" ,  Imam Ghazali ).

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4496 - 4499

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4496-4499 Thomas benar-benar tercengang saat melihat pemandangan di depannya, wajahnya luar biasa.  "Ini...i...