Para ulama terdahulu lebih
memilih untuk menjadi samudra dalam keilmuannya. Mereka dibesarkan oleh
ilmunya, bukan dengan serangannya atas pemahaman orang lain. Lautan ilmunya
menampung semua kotoran dari daratan, lalu memuntahkannya kembali menjadi
makanan dan mutiara. Mereka menghindari hujatan, makian dan mengazab orang
lain. Ulama-ulama saleh lebih memilih pohonnya bercabang, daripada membiarkan
badannya membesar.
Belakangan, banyak orang memaknai
kata "Ulama" dengan konversi populisme, bukan lagi daya cipta.
Terkadang kita terlalu dangkal dalam soal-soal kebesaran, dan kita menggemari
penampilan dengan simbol keagungan.
Kita mengagumi sorban, dan jubah
sumpah serapah-selayaknya manusia yang gemar sekali membeli pertunjukan.
Sebagian dari kita, membuka telinga dari manusia lain yang diagungkan; mengutip
raungannya dalam anjuran perang, membenci kelompok lain dalam sengat yang
sejatinya kerdil.
Manusia berilmu tak akan pernah
menghujat siapapun _ bahkan kepada setan sekalipun, karena Tuhan telah
mengutuknya. Setan adalah titik perlawanan yang membuatnya menjadi lurus,
menunduk, mengikat kepalanya kepada keimanan. Mereka hanya senantiasa berdoa,
agar selalu dijauhkan dari godaan setan yang terkutuk.
Dalam sehat, ketika mulut masih
bisa berteriak, manusia bisa menentang siapa saja, dan bahkan menantang
takdirnya. Dalam sakit, manusia akan mencari petilan sepotong kata bijak dan
kearifan yang telah lama hilang. Bersusah payah untuk menunduk setelah sejak
lama mendongakkan kepalanya.
Itulah mengapa, ulama saleh
terdahulu lebih memilih sunyi, tawaddluk dan tafakkur dalam keluasan ilmunya.
Kepada kita semua, semoga dalam
sakit menjadikan teguran. Termasuk mereka yang pernah menapaki jalan
kepongahan, memaki ulama lain dalam sumpah serapah "Sambaran Petir"
dan "Tua Bangka". Mereka yang membenci perbedaan. Mereka yang terlalu
sibuk mencapai langit dan lupa menginjak bumi; karena bagaimanapun, hidup
adalah persiapan menuju kematian yang pasti.
( Diadaptasi dari kitab " Ihya'
Ulumuddin" , Imam Ghazali ).
No comments:
Post a Comment