Aku sedang membersihkan rumah.
Tiba” anak lelakiku yang masih kecil berlari ke arahku. Dia tersenggol satu pot
bunga yang terbuat dari kaca. Pecah hancur berantakan.
Aku benar” marah karna pot itu memang
mahal harganya. Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata”,
" Matilah kamu…! Semoga kamu
ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu hancur…! ”
Tahun demi tahun berlalu. Anak
lelakiku membesar, aku sudah lupa akan doa itu. Aku pun tak anggapnya penting
dan aku tak tahu bahwa doa itu telah naik ke langit.
Anak lelakiku dan adik”nya yang
lain tumbuh besar. Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari anak”ku yang
lain. Dia anak yang rajin dan pandai menghormati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan
adik”nya yang lain.
Kini dia telah menjadi seorg
insinyur. Tak lama lagi dia akan menikah. Tak sabar rasanya aku ingin menimang
cucu.
Ayahnya punya sebuah bangunan yang
sudah lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gudang
itu. Para pekerja sudah bersiap” untuk merobohkan satu dinding yang sudah
usang.
Sementara pekerja sedang bekerja,
anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan tak
disangka” dinding bangunan itu roboh menimpanya..!
Terdengar suara berteriak dalam
runtuhan itu hingga suaranya tak kedengaran lagi.
Semua pekerja berhenti. Heran
suara siapa…? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu. Mereka mengangkat dinding
yang menghimpit anakku dengan susah payah dan segera memanggil Ambulan.
Mereka tidak dapat mengangkat
badan anakku. Ia remuk seperti kaca yang jatuh pecah berkeping”.
Sebagian mereka mengangkat badan
anakku yang hancur dengan hati” dan segera membawanya ke UGD di RS.
Ketika ayahnya menghubungiku,
seakan” Allah menghadirkan kembali kata”ku padanya semasa ia masih kecil dulu.
Aku menangis hingga pingsan,
setelah aku sadar, aku berada di RS dan aku meminta utk melihat anakku. Ketika
melihatnya, aku seakan mendengar suara yang berkata,
" INI DOAMU KAN…? Sudah AKU kabulkan…!
Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya…! "
Ketika itu, jantungku seakan
berhenti berdetak. Anakku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Aku berteriak
dan menangis sambil berkata,
" Ya Allah…! Selamatkanlah
anakku…! Jangan pergi nak..."
Seandainya, lidah ini tidak
mendoakan kejelekan 25 tahun yang lalu...!
Andaikan…! Andaikan...! Andaikan...!
Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tak berguna lagi sekarang ini..
Cerita ini dari satu kisah nyata…!
Pesanku pada para IBU. Jangan sekali” terburu” mendoakan KEBURUKAN anakmu
ketika kamu sedang marah...!
Berlindunglah kepada Allah dari
godaan iblis. Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah, tapi jangan kamu
mendoakannya dengan yang bukan” sehingga kamu akan menyesal sepertiku...!!
Sungguh aku menulis ini dengan
air mataku yang turut mengalir.
Wahai anakku..! Aku rela rohku
turut bersamamu..! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yang aku
rasakan setelah kepergianmu...
Ya Allah, ampunilah aku...
Doakanlah yang baik” saja untuk
anak”…! Doa itu pasti akan terjawab walaupun untuk sekian lama. Tunggulah dan
Allah pasti mengabulkannya. Aamiin...
No comments:
Post a Comment