Istilah Ngalah justru baru
dikenalkan oleh gerakan spiritual budaya dalam dakwah Walisongo. Kata Ngalah
bukanlah berasal dari akar kata Kalah melainkan nga-Allah ” yang berarti menuju
Allah. Jika Ngalas berarti menuju alas (hutan), Ngawang menuju
awang2 (angkasa) maka Ngalah berarti menuju Allah ( berserah diri kepada Allah
). Para Auliya mengajarkan akhlaqul karimah dan ajaran-ajaran tauhid yang
dengan sangat mudah melekat pada kehidupan masyarakat awam sehari-hari, seperti
sifat sabar dan tawakkal dalam ajaran Ngalah tersebut.
Falsafah ini yang selanjutnya
menjadi “ trilogi aksi ” dalam budaya masyarakat Jawa dan umumnya bangsa
Nusantara yakni Ngalah-Ngalih-Ngamuk.
Pertama-tama yang dilakukan
adalah mengutamakan sikap mengalah ( ngalah ). Jika diagresi maka lebih
cenderung memilih menghindari benturan ( ngalih ). Tapi apabila terus menerus
ditekan dan ditindas makakeadaan tersebut akan memicu amuk ( ngamuk ). Namun
demikian, dalam situasi “ Ngamuk ” ini yang perlu diwaspadai adalah efek
sampingnya yaitu Ngawur.
No comments:
Post a Comment