Eropa, yang selama ini menjadi
kiblat pengobatan berbagai penyakit diseluruh dunia, didukung SDM dan peralatan
medis yang canggih. Saat dihantam Coronavirus, terbukti kocar-kacir.
Terlebih lagi mendengar kabar
berita di media Internasional, Trumph sebagai penguasa negara Adi Kuasa beserta
menteri-menterinya terdeteksi meradang saat berhadapan dengan Pandemi Abad 21.
Musykil, namun realitasnya demikian.
Ditambah Otoritas Kedokteran dunia
berkali-kali menegaskan bahwa sampai detik ini belum menemukan Vaksin COVID-19.
Karena Corona adalah jenis virus baru, hanya bisa dicegah penyebarannya dan
sistem penyembuhannya pun bersifat spekulasi saja. Selain itu untuk menemukan
Vaksin Coronavirus, diterangkan butuh waktu dan kerja keras bisa berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Sungguh ini menegangkan.
Menyaksikan dengan mata kepala
dan mendengar langsung pemberitaan Internasional, tentang tragedi Pandemi
COVID-19 yang membuat dunia aktivitasnya hampir lumpuh disegala bidang.
Seharusnya bisa dijadikan acuan pemikiran bagi Trah Jawa…! Bahwasanya
kecanggihan Teknologi modern yang terus berkembang selama ini, tidak
menggaransi dunia terbebas dari Pageblug.
Semenjak heboh COVID-19, selain
fokus mengikuti pemberitaan media lokal dan Internasional, saya pun kembali
membuka manuskrip-manuskrip yang berkaitan dengan Pageblug. Bagaimana sikap
para Trah Jawa dari zaman kezaman berhadapan dengan Pageblug, sehingga selamat
dan Pageblug itu sirna.
Realita yang ada saat itu di Jawa
ketika dicengkeram Pageblug, tidak banyak diketemukan ilmuwan pengobatan ( tabib
) dan langka obat pula. Rupanya mereka para Trah Jawa kala itu hanya
mengandalkan ilmu Titen. Salah satunya adalah mengusir Pageblug dengan
suara-suara kentongan, bedug dan gamelan. Sembari tiada hentinya meminta
pertolongan kepada Gusti Allah Kang Ngrekso Jagat.
Virus / Sawan, bersifat tak kasat
mata. Suara kentongan, bedug dan gamelan itupun juga tak kasat mata. Ini
semacam perang frekwensi, perang spiritual dan tepatnya usaha real untuk
menghentak mundur Sawan-sawan dengan suara-suara yang sebelumnya sudah
di-Titeni oleh para Trah Jawa rata-rata berhasil mengusir mereka dari bumi yang
dipijak.
Memang, manusia modern tentu
tidak akan percaya pada hal-hal absurt sebagaimana yang dilakukan oleh leluhur
Trah Jawa dalam menanggulangi Pageblug. Walau rata-rata mereka juga kebingungan
hendak berbuat apa. Dan tahu persis bahwa kecanggihan teknologi yang selama ini
mereka puja-puja, gagal menyelamatkan dunia dari serangan Gerhana SARS-COV-2.
Sehingga sehari yang lalu saya
menginstruksikan teman-teman Militan Santri Gerbang, untuk membuat kentongan,
kemudian dibunyikan sekehendak hati ( Minang Kalbu ).
Satu frekwensi, saatnya Trah Jawa
bangkit, menanggalkan beberapa modernitas yang cenderung memiskinkan diri dari
energi spiritual dan kecerdasan Ke-Jawaan. Atas nama keluhuran Trah Jawa,
hentikan ego tidak percaya pada warisan leluhur. Mongko bakal bejo wong kang
eling lan waspodo, datan leno. Ojo ilang Jawamu... WONG JOWO…
" NGELMU TITEN KUWI ONO, SENAJAN AKEH WONG SING ORA PERCOYO "
No comments:
Post a Comment