Kenapa Kasur Pasien di Rumah Sakit Gak Boleh Jadi Tempat Rebahan Tamu?
Coba bayangin gini deh, kamu lagi nongkrong di rumah sakit nemenin keluarga, terus lihat ada kasur pasien kosong. Rasanya gatel pengen rebahan bentar, kan?
Tapi ternyata, itu ada aturannya: pengunjung nggak boleh tiduran di kasur pasien yang kosong. Bukan karena pihak rumah sakit pelit kasur, tapi ada alasan ilmiah sekaligus logis di balik itu.
Pertama, kasur kosong di rumah sakit itu biasanya sudah disterilkan. Jadi, ibarat piring yang udah dicuci bersih buat tamu, ya jangan dipakai sembarangan dulu.
Kalau tiba-tiba ada pasien baru datang dari IGD, kasur itu bisa langsung dipakai tanpa drama "tolong bangunin dulu yang lagi tidur manis di situ."
Kalau sempat dipakai pengunjung, otomatis harus dibersihkan ulang, ribet, makan waktu, dan bisa bikin pasien nunggu lebih lama.
Kedua, soal higienis dan infeksi. Kalau kasurnya belum dibersihkan setelah pasien sebelumnya, bisa jadi masih ada jejak kuman atau bakteri yang nempel.
Nah, kalau pengunjung asal rebahan, bisa-bisa malah ketularan penyakit. Sama kayak kamu minum dari gelas orang flu risikonya langsung kena juga.
Rumah sakit itu tempat banyak virus "ngumpul," jadi mencegah lebih baik daripada nyesel belakangan.
Ketiga, ada faktor daya tahan kasur. Kasur rumah sakit itu punya siklus pemakaian terbatas.
Ibarat motor, makin sering dipakai ya makin cepat aus. Kalau pengunjung juga ikut-ikutan pakai, kasur yang seharusnya awet malah cepet jebol.
Dan kalau satu keluarga boleh, nanti keluarga lain juga ikut-ikutan. Lama -lama, ruang perawatan isinya bukan cuma pasien, tapi juga "komunitas rebahan pengunjung." Bisa kacau, kan?
Jadi, aturan ini sebenarnya bukan soal melarang orang buat nyaman, tapi lebih ke menjaga kesehatan pasien, kenyamanan layanan, dan aset rumah sakit.
Sama kayak kita menjaga kasur di rumah biar nggak gampang rusak, rumah sakit pun punya cara menjaga kasurnya.
Kadang hal-hal kecil yang kelihatannya remeh, justru punya dampak besar kalau diabaikan.
"Menjaga hal kecil dengan sungguh-sungguh adalah latihan sebelum kita diberi tanggung jawab yang lebih besar. Karena kesetiaan bukan hanya diukur dari hal besar, tapi juga dari cara kita menghargai yang sederhana."
No comments:
Post a Comment