Photo

Photo

Tuesday, 14 April 2020

Kentongan Pandemi Abad 21


Eropa, yang selama ini menjadi kiblat pengobatan berbagai penyakit diseluruh dunia, didukung SDM dan peralatan medis yang canggih. Saat dihantam Coronavirus, terbukti kocar-kacir.

Terlebih lagi mendengar kabar berita di media Internasional, Trumph sebagai penguasa negara Adi Kuasa beserta menteri-menterinya terdeteksi meradang saat berhadapan dengan Pandemi Abad 21. Musykil, namun realitasnya demikian.

Ditambah Otoritas Kedokteran dunia berkali-kali menegaskan bahwa sampai detik ini belum menemukan Vaksin COVID-19. Karena Corona adalah jenis virus baru, hanya bisa dicegah penyebarannya dan sistem penyembuhannya pun bersifat spekulasi saja. Selain itu untuk menemukan Vaksin Coronavirus, diterangkan butuh waktu dan kerja keras bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sungguh ini menegangkan.

Menyaksikan dengan mata kepala dan mendengar langsung pemberitaan Internasional, tentang tragedi Pandemi COVID-19 yang membuat dunia aktivitasnya hampir lumpuh disegala bidang. Seharusnya bisa dijadikan acuan pemikiran bagi Trah Jawa…! Bahwasanya kecanggihan Teknologi modern yang terus berkembang selama ini, tidak menggaransi dunia terbebas dari Pageblug.

Semenjak heboh COVID-19, selain fokus mengikuti pemberitaan media lokal dan Internasional, saya pun kembali membuka manuskrip-manuskrip yang berkaitan dengan Pageblug. Bagaimana sikap para Trah Jawa dari zaman kezaman berhadapan dengan Pageblug, sehingga selamat dan Pageblug itu sirna.

Realita yang ada saat itu di Jawa ketika dicengkeram Pageblug, tidak banyak diketemukan ilmuwan pengobatan ( tabib ) dan langka obat pula. Rupanya mereka para Trah Jawa kala itu hanya mengandalkan ilmu Titen. Salah satunya adalah mengusir Pageblug dengan suara-suara kentongan, bedug dan gamelan. Sembari tiada hentinya meminta pertolongan kepada Gusti Allah Kang Ngrekso Jagat.

Virus / Sawan, bersifat tak kasat mata. Suara kentongan, bedug dan gamelan itupun juga tak kasat mata. Ini semacam perang frekwensi, perang spiritual dan tepatnya usaha real untuk menghentak mundur Sawan-sawan dengan suara-suara yang sebelumnya sudah di-Titeni oleh para Trah Jawa rata-rata berhasil mengusir mereka dari bumi yang dipijak.

Memang, manusia modern tentu tidak akan percaya pada hal-hal absurt sebagaimana yang dilakukan oleh leluhur Trah Jawa dalam menanggulangi Pageblug. Walau rata-rata mereka juga kebingungan hendak berbuat apa. Dan tahu persis bahwa kecanggihan teknologi yang selama ini mereka puja-puja, gagal menyelamatkan dunia dari serangan Gerhana SARS-COV-2.

Sehingga sehari yang lalu saya menginstruksikan teman-teman Militan Santri Gerbang, untuk membuat kentongan, kemudian dibunyikan sekehendak hati ( Minang Kalbu ).

Satu frekwensi, saatnya Trah Jawa bangkit, menanggalkan beberapa modernitas yang cenderung memiskinkan diri dari energi spiritual dan kecerdasan Ke-Jawaan. Atas nama keluhuran Trah Jawa, hentikan ego tidak percaya pada warisan leluhur. Mongko bakal bejo wong kang eling lan waspodo, datan leno. Ojo ilang Jawamu... WONG JOWO…

" NGELMU TITEN KUWI ONO, SENAJAN AKEH WONG SING ORA PERCOYO "

Sekar Asmaradana


Disaat bumi dilanda Pageblug, jangan tidur dan makan berlebihan. Sempatkanlah diri ditengah malam atau pada dini hari, melakukan Lelaku atau Tirakatan, dengan kedua mata terjaga berdoalah pada Tuhan Yang Maha Esa, mintalah ampunan, keselamatan dan keamanan, baik untuk dirimu dan orang-orang disekelilingmu.

Untuk kamu yang sedang dalam perjalanan Lelaku, yang sedang Tirakatan, akan menemukan keberuntungan, karena Lelakumu, karena Tirakatanmu, akan didatangi Malaikat pembawa Rahmat Tuhan, yang bertugas mengulurkan dua Rahmat untukmu, yakni yang pertama Rahmat yang akan kamu petik kelezatannya di dunia dan yang kedua Rahmat yang kelezatannya akan kamu petik di akhirat.

Selain daripada itu, Malaikat juga akan menjagamu dari kesengsaraan, musibah, bala bencana dan sawan-sawan, atas izin Tuhan Yang Maha Esa, kamu juga akan diberi kemudahan mendapat segala macam kebutuhan pokok hidup, baik yang kamu ingat atau tidak kamu ingat sama sekali. Dan benar-benar beruntung, sungguh teramat beruntung, disaat Pageblug melanda bumi, mereka yang Lelaku, mereka yang Tirakatan, mereka yang Sabar, mendapatkan keberuntungan yang berlipat ganda.

Begitulah uraian makna dari Mocopat -  Sekar Asmaradana. Semoga bermanfaat dan semakin menjadi sebab dekatnya kita pada Gusti Kang Akarya Jagad, sekaligus melekatkan sisi ke-Jawaan kita bersama. Ojo ilang Jawamu, ojo lali asal-usulmu...

Ingat : NGELMU TITEN KUWI ONO, SENAJAN AKEH WONG SING ORA PERCOYO.

Meluruskan Perspektif Ngawur " Masjid Sepi Kok Pasar Rame "


Ada yang bilang begini :

- “ Masjid di tutup kok pasar masih di buka...? “

- “ Keluar rumah berani. Ke pasar berani. Ke ruang publik berani. Giliran ke masjid takut corona….? ”

- “ Tidak berjama’ah ke masjid, tapi masih keluar buat bekerja. Situ waras…? ”

- “ Ke ATM berani, ke pasar berani, ke warung berani…. Giliran ke masjid ga’ berani takut corona katanya… Antum waras….? ”

Mari Coba Kita Pelajari Dan Luruskan

Komentar - komentar di atas, didasari oleh analogi ( qiyas ) antara masjid dan pasar.

Apakah analogi tersebut sudah tepat…?

Tepat tidaknya, silahkan pembaca simpulkan sendiri setelah membaca catatan-catatan berikut :

Pertama, menganalogikan pasar dengan Masjid, adalah bentuk perendahan kepada kemuliaan Masjid.

Kami teringat sebuah syair yang sangat menyinggung tentang hal ini,

وكيف يقال البدر أضوا من السها * وكيف يقال الدر خير من الحصا
ألم ترى أن السيف يزري بقدره * إذا قيل هذا السيف أمضى من العصا

Bagaimana bisa dikatakan purnama lebih terang dari bintang kecil. Dan kerikil permata lebih berharga dari kerikil.

Bukankah martabat pedang akan berkurang, saat dikatakan pedang lebih tajam dari kayu…?

Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah. Sementara pasar adalah tempat yang dibenci oleh Allah. Bagaimana bisa kedua hal ini dibandingkan…?

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا ، وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid – masjid. Adapun tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasar. (HR. Muslim)

Bagaimana bisa dibandingkan, tempat turunnya rahmat Allah dan para malaikat, dengan tempat berkumpulnya maksiat dan kefasikan ( kecuali yang dirahmati Allah )

Ini alasan pertama bahwa analogi masjid dengan pasar dalam kasus corona, tidak nyambung atau apple to apple.

Kedua, masjid ada pengganti, sementara untuk pasar tidak.

Melaksanakan sholat, bisa dimanapun asalkan tempatnya suci. Nabi shalallahu alaihi wa sallam yang mengatakan,

جعلت لي الأرض مسجدا وطهورا

“ Seluruh bumi telah dijadikan tempat sujud ( masjid ) untukku, dan sarana bersuci. ” ( HR. Bukhori dan Muslim )

Sementara pasar tidak sefleksibel tempat sholat. Pasar tidak bisa digantikan. Masyarakat butuh makanan pokok, kebutuhan sehari-hari, obat-obatan dll. Mereka tak bisa menemukan itu di rumah, di sawah, di hutan, di gunung, di gua, di tengah gurun pasir. Itu semua hanya bisa didapatkan di pasar.

Sehingga meski masjid ditutup karena alasan pencegahan corona, ibadah sholat tetap bisa dilaksanakan di rumah. Adapun jika pasar, toko, mall semua ditutup, kebutuhan makan dan kesehatan masyarakat tidak bisa terpenuhi. Padahal menjaga nyawa juga kewajiban.

Oleh karenanya para ulama hanya menghimbau menutup masjid, bukan pasar. Karena kewajiban melaksanakan sholat di masjid dapat tergantikan, masih bisa ditunaikan di tempat selain masjid. Sementara kewajiban memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, tak dapat tergantikan, hanya bisa didapat di pasar, tak bisa digantikan.

Ketiga, perkumpulan masa di masjid, sifatnya berulang setiap hari, sementara di pasar, tidak.

Di masjid kita berkumpul dengan jama’ah lainnya setiap hari, bahkan sehari lima kali. Sementara orang belanja ke pasar tidak setiap hari, cukup sepekan sekali atau dua pekan sekali atau sebulan sekali.

Keempat, physical distancing sangat susah dilakukan di masjid, sementara di pasar lebih mudah.

WHO merekomendasikan menjaga jarak fisik sekurangnya satu meter, dalam rangka pencegahan virus Corona. Karena jangkauan drobplet yang menjadi media penyebaran virus Corona, adalah sekitar satu meter.

Di masjid kita dituntut untuk merapatkan shaf, atau setidaknya berdekatan. Kemudian karpet, sajadah masjid atau lantai tempat sujud, berhubungan langsung dengan mulut dan hidung, yang menjadi sumber penyebaran dan penularan virus Corona. Ini menyebabkan penyebaran corona lebih cepat di masjid. Adapun di pasar, physical distancing lebih mudah diupayakan. Karena ruangnya yang lebih luas.

Wallahua’lam bis showab.

Referensi : Matsarot Al-Gholat fil Istidlal ‘Ala Ighlaaqi Al-Masajid Li ajli Corona, karya Syekh Dr. Muhammad Al-Mula Al-Jufairi.


Friday, 10 April 2020

Ketika Allah Tersinggung


Ngaji Gus Baha'

Salah satu kebiasaan buruk manusia ialah suka membawa-bawa nama Allah untuk kepentingan dirinya. Seolah-olah apa yang ada dalam pikirannya selalu sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah. Padahal sejatinya kadang justru malah berkebalikan.

“ Ini bisa membuat Allah tersinggung. ”

Bagaimana Allah tersinggung bila ada hamba-Nya membawa-bawa nama Allah untuk kepentingan egonya. Salah satu contohnya, dalam Shahih Muslim dikisahkan ada seorang lelaki yang merasa dirinya benar karena ibadahnya.

“ Ini riwayat shahih. Tidak bisa tidak. ”

“ Ada orang sedang bersujud. Sujud iku apik-apike ibadah. Sujud itu merupakan salah satu ibadah terbaik. ”

Ketika Kang Fulan ini sedang bersujud, ada seorang ahli maksiat yang menginjak kepalanya. Ketika diinjak, Kang Fulan marah.

Saking marahnya, dia bilang, “ Fawallahi. Laa yaghfirulllahu laka. Demi Allah. Kamu tidak akan diampuni Allah. ”

Merespon kejadian itu, Allah memberi wahyu kepada seorang Nabi. “ Beri tahu kepada si Fulan yang sedang sujud itu. Bilang padanya, bagaimana mungkin dia mengatasnamakan sifatku pada seorang hambaku. ” Maksudnya dia membawa-bawa nama Allah karena kemarahan dalam dirinya sehingga seolah-olah Allah tidak mungkin mengampuni orang yang menginjak kepalanya.

“ Beri tahu kepada si Fulan kalau Aku mengampuni orang yang menginjak kepalanya dan Aku tidak menerima sujudnya. ”

Para ulama hadis sepakat kalau Allah tidak suka namanya dicatut atau dibawa-bawa oleh orang lain. Apalagi dalam kasus ini. Mana mungkin Allah yang memiliki sifat Ghafuur ( zat yang maha banyak mengampuni ) kok tidak mengampuni dosa orang lain. Sedangkan si Fulan malah menuduh Allah tidak mungkin mengampuni. Ini suatu yang sembrono.

Betapa saat ini banyak orang yang marah entah karena apa lalu membawa-bawa nama Allah untuk menghakimi orang lain. Ini biasanya dilakukan oleh kelompok ekstremis dan orang yang suka memvonis bid’ah. Jadi kita semua harus berhati-hati. Jangan gampang mengatasnamakan Allah untuk memenuhi ego kita. Kita harus mengaji lagi agar tahu sesuatu yang benar dan yang salah.

Allahumma Sholli a'la Sayyidina Muhammad wa ala alihi washobihi wasalim

Jazzaakallaahu Khairan. Semoga Allah memberi kebaikan buat kalian semua.


Tiada Ilmu Tanpa Sanad


Tiada Ilmu Tanpa Sanad, Maksudnya, Semua Ilmu Hadits, Fiqih, Tauhid, Al Qur'an Mestilah Ada Jalur Gurunya Kepada Rasulullah Saw.

Pertanyaan :

Siapakah Syaikh Albani itu yang selalu jadi rujukan kaum salafy…?

Jawab Habib Mundzir Al Musawa :

Albani itu bukan Muhaddits, karena Muhaddits adalah orang yang mengumpulkan Hadits dan menerima Hadits dari para periwayat Hadits dan Albani tidak hidup di masa itu. Ia hanya menukil nukil dari sisa Buku- Buku Hadits yang ada masa kini.

Kita bisa lihat Imam Ahmad bin Hanbal yang hafal 1.000.000 Hadits ( 1 juta hadits ), berikut Sanad dan Hukum Matannya, hingga digelari Huffadhudduniya ( Salah seorang yang paling banyak hafalan Haditsnya di dunia ), ( Rujuk Tadzkiratul Huffadh dan siyar a’lamunnubala ) dan Beliau tak sempat menulis semua Hadits itu, beliau hanya sempat menulis sekitar 20.000 Hadits saja, maka 980.000 Hadits lainnya sirna ditelan zaman.

Imam Bukhari hafal 600.000 Hadits berikut Sanad dan Hukum Matannya dimasa mudanya, namun beliau hanya sempat menulis sekitar 7.000 Hadits saja pada Shahih Bukhari dan beberapa Kitab Hadits kecil lainnya, dan 593.000 Hadits lainnya sirna ditelan zaman.

Demikian para Muhaddits-Muhaddits besar lainnya, seperti Imam Nasai, Imam Tirmidziy, Imam Abu Dawud, Imam Muslim, Imam Ibn Majah, Imam Syafii, Imam Malik dan Ratusan Muhaddits lainnya.

Muhaddits adalah Orang yang berjumpa langsung dengan Perawi Hadits, bukan jumpa dengan Buku Buku dan Albani hanya jumpa dengan SISA-SISA BUKU HADITS yang ada dimasa kini.

Albani bukan pula Hujjatul Islam, yaitu gelar bagi yang telah hafal 300.000 Hadits berikut Sanad dan Hukum Matannya, bagaimana ia mau hafal 300.000 Hadits, sedangkan masa kini jika semua Buku Hadits yang tercetak itu dikumpulkan maka HANYA mencapai kurang dari 100.000 Hadits.

Al Imam Nawawi itu adalah Hujjatul Islam, demikian pula Imam Ghazali, dan banyak Imam-Imam lainnya.

Albani bukan pula Alhafidh, ia tak hafal 100.000 Hadits dengan Sanad dan hukum Matannya, karena ia banyak menusuk Fatwa para Muhadditsin, menunjukkkan ketidak fahamannya akan Hadits-Hadits tersebut.

Albani bukan pula Almusnid, yaitu Pakar Hadits yang menyimpan banyak Sanad Hadits yang sampai ada Sanadnya masa kini, yaitu dari dirinya, dari Gurunya, dari Gurunya, demikian hingga para Muhadditsin dan Rasul Saw.

Orang yang banyak menyimpan Sanad seperti ini digelari Al Musnid, sedangkan Albani tak punya satupun Sanad Hadits yang Muttashil.

Berkata para Muhadditsin, " Tiada Ilmu tanpa Sanad " maksudnya semua Ilmu Hadits, Fiqih, Tauhid, Al Qur'an, mestilah ada jalur Gurunya kepada Rasulullah Saw, atau kepada Sahabat, atau kepada Tabiin, atau kepada para Imam-Imam.

Maka jika ada seorang mengaku Pakar Hadits dan berfatwa namun ia tak punya Sanad Guru, maka Fatwanya Mardud ( tertolak ), dan ucapannya Dhoif, dan tak bisa dijadikan Dalil untuk diikuti, karena Sanadnya Maqtu

" Apa pendapat anda dengan seorang Manusia muncul di abad ini lalu menukil nukil sisa sisa Hadits yang tidak mencapai 10% dari Hadits yang ada dimasa itu, lalu berfatwa ini dhoif, itu dhoif ".

" Saya sebenarnya tak suka bicara mengenai ini, namun saya memilih mengungkapnya ketimbang hancurnya Ummat karena tipuan seorang tong kosong ".

Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad

AL HABIB MUNDZIR AL MUSAWA

Meruntuhkan Ekstrimisme


Ngaji Gus Baha'

Fenomena ekspresi keagamaan yang ultra konservatif, menurut Gus Baha menuntut keterlibatan dai yang mampu mengintegrasikan khazanah keislaman klasik dan kontemporer. Gus Baha’ mencontohkan pendapat Syekh Sya’rawi sebagai ulama kontemporer

Pada suatu hari, Syekh Sya’rawi bertemu ekstrimis yang akan menge-bom orang yang sedang dugem di bar dan diskotik.

“ Kalau betul mereka jadi mati, lalu dimanakah tempat mereka…? ” tanya Syekh Sya’rawi.

“ Ya tempatnya di neraka sebab mereka mati kafir....”

Syekh Sya’rawi lanjut bertanya, “ Jika betul masuk neraka, apakah itu keinginanmu atau keinginan Rasulullah…? ”

Ekstrimis menjawab dengan tegas, “ Ya tidak, itu bukan keinginan Rasulullah…”

Jawaban tersebut dibantah Syekh Sya’rawi, “ Jika ini bukan keinginan Rasulullah, ya tidak usah kalian lakukan…”

Opini Syekh Sya’rawi di atas diperkuat hadits Nabi

“ Suatu hari, Rasulullah didatangi seorang Badui, meminta uang pada Rasulullah. Namun orang tersebut ternyata tidak terima mengingat pemberian Rasulullah yang dianggap terlalu sedikit, sehingga Rasulullah dipojokkan dan dijelek-jelakkan di depan publik. Akhirnya Rasululah mengajak orang tersebut masuk ke dalam rumah dan diberikan uang tambahan.

" Apa ini sudah cukup…? ” tanya Rasulullah

“ Iya cukup. Terima kasih kamu itu orang baik...” Jawab si Badui sembari memuji Rasulullah

Kemudian Rasulullah bersabda, “ Tadi, kamu menghujat saya di depan publik, maka sekarang kamu juga harus memuji saya di depan public...”

Akhirnya permintaan Rasulullah dilayani oleh si Badui. Namun setelah Badui itu pulang, Rasulullah bersabda, “ Kalau saja ia mati setelah mengkritik dan menghujat saya, maka ia mati sebagai ahli neraka, karena berstatus sebagai pencaci maki nabi…”

Hadits ini merupakan indikator bahwa Allah itu Maha Pengasih-Penyayang. Hanya memuji Rasulullah dengan cara disuap, sudah menunjukkan bahwa Islam “ suapan ” itu sudah sah dan legitimate. Sebab, penilaian Allah tak sama dengan pikiran kita

Anehnya, lanjut Gus Baha, kubu sebelah itu terlalu ekstrim dan memaksa Allah agar berpikiran seperti mereka, sehingga mudah menilai orang lain sebagai penghuni neraka



Janganlah Kamu Berteman Dengan Orang Yang Tidak Siap Melihatmu Berbuat Salah


Ngaji Gus Baha

Saya selalu teringat pesan para ulama besar dari mulai Syaidina Ali sampai Imam Syafi’i, yang selalu disitir Gus Baha, tentang kawan : “ Janganlah kamu berteman dengan orang yang tidak siap melihatmu berbuat salah...”

Orang seperti itu tak layak dijadikan teman karena ia mengingkari fitrah manusia yaitu berbuat salah. Dan lebih berbahaya lagi, karena diam-diam, orang seperti itu punya rasa sombong

Di mata orang seperti itu, ini salah, itu salah. Tidak terbuka peluang bagi orang untuk memperbaiki diri. Pernah, seorang alim ditegur Tuhan karena berdoa agar dijauhkan dari kesalahan. Kata Tuhan, “ Lha kalau kamu tidak berbuat salah, lalu di mana letak kehebatan sifat pengampun-Ku…? ”

Sementara Nabi sendiri mensifati umatnya, dan melukiskan kebesaran Tuhan, salah satunya dalam bentuk betapa dhaifnya manusia dan betapa besarnya pengampunan Tuhan. Anak-cucu Adam itu senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baiknya mereka adalah yang lekas meminta ampunan. Sementara, Tuhan membentangkan tangannya di malam hari agar orang yang salah di siang hari dapat pengampunan dan membentangkan tangannya di siang hari agar manusia yang berbuat salah di malam hari dapat pengampunan

Ini berbeda sama sekali dengan orang Khawarij. Kaum ini sering mencap orang yang berbuat salah dan maksiat telah keluar dari Islam. Sementara Tuhan menyeru, sebanyak apapun kesalahan dan dosa hambaNya, jangan pernah berputus asa dari ampunan Tuhan. Aneh sekali kaum Khawarij ini yang justru “ mengusir “ orang yang sudah masuk Islam hanya karena berbuat salah, sementara Tuhan selalu mengulurkan tangan agar orang yang berbuat salah tak berputus asa

Ada kisah orang alim yang selalu dijadikan contoh oleh Gus Baha dalam konteks ini. Beliau adalah Mbah Nafi’. Waktu sudah dianggap alim, oleh sesepuh dan guru-gurunya, Mbah Nafi’ diminta mengajar mengaji. Tapi beliau menolak karena takut salah

Akhirnya beliau diundang oleh guru-gurunya dan diberitahu : “ Kamu keliru kalau tidak mau mengajar karena takut salah. Memangnya kamu itu siapa…? Orang yang takut berbuat salah justru orang yang sombong. Kamu itu bukan nabi kok takut berbuat salah..." Semenjak itu Mbah Nafi’ mau mengajar


Friday, 3 April 2020

Tiada Yang Abadi Kecuali Dia


Apa yang harus disombongkan…? Kesombongan semacam apa yang pantas diperlihatkan…? Sedang manusia hidupnya adalah pemberian, ilmunya anugerah, hartanya titipan, derajat pangkat hanya sementara. Semua yang ada pada dirinya, apapun itu hakekatnya bukan miliknya.

Entah akan disadari atau tidak, ketahuilah, yang kamu sebut milikmu adalah milik Sang Pencipta, Tuhan yang Maha Agung, penguasa semesta raya. Hanya saja, sering kali kita tidak memiliki kesadaran untuk mengakui-Nya…..!!!

Sungguh, di dunia. Bahagiamu tidak kekal. Kesedihan itu pun tiada yang abadi. Jangan melampaui batas menikmati kefanaan ini, jangan pula beringas memberontak nasib buruk dalam hidup ini.

Nikmati dan jalani saja, seperti datangnya siang dan malam, tak perlu di usir, jangan pula ditunggu, mereka hadir dalam waktu yang tepat, selalu beriringan, untuk memenuhi kodrat. Pun sama, suka dan duka, bahagia dan derita, hingga tertawa dan menumpahkan kesedihan dengan air mata itu pada dasarnya demikian adanya. Beruntun, akan menimpa tiap-tiap manusia.

Cukup... Sudahi semua yang hanya membuatmu terpuruk. Hentikan hal-hal yang hanya membuatmu lalai memaknai hidup. Yang kamu genggam jika bukan milikmu akan pergi, yang kamu buang jika itu hakmu akan kembali. Bahkan janji Tuhan, Dia tidak akan mengujimu diluar batas kemampuanmu.

Ingat... Gusti ALLAH mboten sare….!!!

KOWE KABEH SEDULURKU

Kelupaan Nabi dan Pentingnya Belajar pada Ulama


Ngaji Gus Baha 

Gus Baha’ dalam pengajian tafsir QS. Al-Hajj Ayat 52-53 menjelaskan hikmah di balik kelupaan Nabi Saw. “ Sekarang ini orang mengira yang mencintai wali dan kiai, mereka tidak pernah salah dan lupa. Itu mirip gaya Khawarij, apa-apa itu inginnya ideal. "

Padahal Nabi sendiri biasa dibantah sahabat. Selama Nabi tak menegaskan kalau itu bersumber dari wahyu. Padahal sudah ada hadis Nabi Saw. yang bersumber dari Muwattha’ Malik bin Anas,

إني لا أنسى ولكِنْ أُنَسّى لأَسُنَّ

Sesungguhnya aku tidak lupa, tetapi aku dibuat lupa supaya aku bisa mensunnahkan (sesuatu) .

Tanpa kelupaan Nabi, banyak syariat yang tidak kita ketahui. Misalnya soal hadis sujud sahwi, disitu karena Nabi lupa, kita menjadi tahu adanya sujud sahwi saat kita lupa terkait salah satu rukun shalat

Atau misalnya praktik Nabi saat haji. Nabi jelas hanya melakukan satu kali haji, dan praktiknya adalah Ifrad. Namun para ulama menyimpulkan ada 3 skema haji, Ifrad, Tamattu’, dan Qiran. Sejumlah sahabat sampai ada yang menebak “ Rasulullah anda suruh haji tamattu’ tapi kok Engkau tidak melakukan…? ” Rasulullah menjawab, “ kamu tamattu’ saja, saya tidak seperti kalian. ”

Contoh lain, Nabi pernah puasa Wishal ( puasa terus menerus tanpa buka puasa ). Sejumlah sahabat bingung karena Nabi sendiri melarangnya, lalu bertanya, “ Ya Rasulullah, anda melarang puasa wishal tapi kenapa anda sendiri melakukannya…? ”

Rasulullah menjawab,
إنِّي لسْت كهيْئتكم إِنِي أبيت عند ربي يطعمني ويسقيني

Sesungguhnya keadaanku tidak seperti kalian. Sesungguhnya aku berpuasa, dan Tuhan memberikanku makan dan minum

Redaksi diatas disebutkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwattha’. Disebutkan juga dalam riwayat al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad dalam al-Musnad, dan al-Baihaqi dalam redaksi yang sedikit berbeda namun maknanya sama

Maka dari kenyataan hadis ini meniscayakan pentingnya belajar kepada ulama yang posisinya sudah tahqiq, yang ngajinya banyak dan belajarnya juga banyak. Maka omong kosong orang yang mengatakan kalau ia tidak membutuhkan ulama. Karena ulama lah yang memiliki riwayat dan cara menjelaskan mana yang kelupaan Nabi dan mana yang kekhususan

Ayat Al-Quran yang Bikin Janggal Orang Jawa


Ngaji Gus Baha'

Ayat Alquran jumlahnya ribuan. Ayat sebanyak itu punya keterkaitan satu sama lain. Ada munasabahnya. Jadi, tak bisa kita modal hanya satu ayat lalu dipakai untuk menyikapi segala situasi. Ngotot kesana kemari
.
“ Ada ayat Al quran itu yang bisa bikin janggal orang Jawa. Tentu saja orang Jawa yang agak alim dan mau mikir. Kalau tak mau mikir, ya mana pernah “ protes ” isi Al quran. Kalau orang Jawa yang sudah alim, ya gak akan protes atau janggal.” kata Gus Baha.

Ayat pertama ada dalam surah An-Nisa ayat 22 terkait larangan menikahi istri bapak ( ibu tirinya )

وَلَا تَنكِحُوا۟ مَا نَكَحَ ءَابَاۤؤُكُم مِّنَ ٱلنِّسَاۤءِ إِلَّا مَا قَدۡ سَلَفَۚ إِنَّهُۥ كَانَ فَـٰحِشَة وَمَقۡتا وَسَاۤءَ سَبِیلًا

“ Gendeng ta piye. Kok sampai menikahi ibunya sendiri. Betapa ndak pentingnya Al quran, hal begitu kok dilarang segala. Tanpa dilarang pun, orang Jawa pasti akan menghindarinya.”

Kenapa janggal…? Karena kebanyakan orang Jawa istrinya cuma satu.

“ Perlu diketahui bahwa ayat ini turun di Arab. Di mana seorang lelaki Arab, biasa punya istri banyak. Rata-rata empat lah, tiap orang. Bahkan, ada seorang lelaki itu yang istri tetapnya cuma satu. Sementara tiga istri lainnya berganti-ganti.”

Di sini muncul kemungkinan usia istri bapak sebaya dengan anaknya. Bahkan, lebih muda. Sehingga ada kemungkinan timbul rasa suka dari si anak. Nah, Quran mewanti-wanti. Haram hukumnya, meski sudah dicerai ayah

Kedua, Surah An-Nisa’ ayat 20, berkaitan dengan larangan meminta kembali mahar yang diberikan

وَإِنۡ أَرَدتُّمُ ٱسۡتِبۡدَالَ زَوۡج مَّكَانَ زَوۡج وَءَاتَیۡتُمۡ إِحۡدَىٰهُنَّ قِنطَارا فَلَا تَأۡخُذُوا۟ مِنۡهُ شَیۡـًٔاۚ أَتَأۡخُذُونَهُۥ بُهۡتَـٰنا وَإِثۡما مُّبِینا

“ Kok ya kebangetan orang itu. Sudah nikah, sudah dapat rasanya. Begitu cerai, kok diminta lagi maharnya….? Keterlaluan…! ”

Kenapa janggal…? Karena rata-rata mahar di Jawa murah

“ Untuk memahaminya, supaya tak janggal dan tak protes, kita perlu melihat latar belakang budaya budaya di Arab. Bahwa rata-rata mahar di Arab itu mahal sekali. Al quran menyebutnya dengan istilah قنطارا “ harta yang amat banyak ”. Saking banyaknya, tidak bisa dihitung. Itulah qinthar.”

Makanan Bisa Menginstal Do'a


Kenapa bulan maulid selalu identik dengan makanan yang super lezat...!

Kita harus tau tentang sejarah, ketika tepat nya di hari senin Nabi menjalan kan ibadah puasa, ada salah satu sahabat bertanya " kenapa puasa di hari senin ya rosul "

Beliau berkata “ karna hari senin adalah hari kelahiran ku "

Maka dengan penuh semangat para sohabat menyuruh para istrinya untu k memasak masakan yang paling lezat dan enak untuk menghidang Nabi nanti di waktu buka puasa..!

Maka dari itulah di hari isnin kota madinah berbau sedap aroma roti masakan daging segala masakan untuk di bawa ke rumah Nabi sehingga malam itu rumah nabi penuh dengan makanan.

Sahabat bertanya " makanan siapakah yang paling duluan nabi makan “, tapi ternyata nabi memanggil seluruh para sohabat di sekitar kota madinah untuk mengamini do’a sebelum nabi memulai memakan dengan doa " Allahuma bariklana fima rozaktana…. dst, dengan doa nabi tersebut berubahlah makanan tersebut menjadi makanan BAROKAH.  Sehingga semua hidangan di makan bersama sama..

Nabi bersabda " siapa yang memakan MAKANAN BAROKAH DIA TIDAK  AKAN TERBAKAR OLEH API NERAKA, FIMA ROZAKTANAN WAQINA ADZABANAR "


Makanan yang masuk dalam perut manusia akan menjadi berkah bila memakan makanan barokah.

Masih ada yang bilang bid'ah..!!
Berarti  dia pekok dan bodoh yang di borong sendiri..

Kesalahan Kaum Ekstrimis


Ngaji Gus Baha'

Menurut Gus Baha, realitas sosial yang terjadi di Indonesia, kondisi “ kubu sebelah ” itu suka sekali mencatut status Allah sebagai Dzat yang yu’adzdzib dan tidak pernah distatuskan yaghfir. Bagaimana Allah tidak tersinggung jika status yaghfir-nya dihilangkan. Gus Baha menyindirnya sebagai berikut :

“ Fenomena ini, disikapi oleh Allah kira-kira seperti ini, “ Saya ini bisa yu’adzdzib dan bisa yaghfir, lalu kenapa statusku hanya tersisa yu’adzdzib. Mereka ini ngaji dimana, khatam apa tidak…? Kebanyakan orang ekstrim mensifati Allah hanya dengan status yu’adzdzib, sehingga ruang untuk menghujat dan bertindak jahat selalu terbuka lebar ”.

Gus Baha melanjutkan, bahwa Rasulullah itu, sebagai manusia, tentu juga punya rasa benci, sebagaimana rasa benci pada Wahsyi karena telah membunuh Hamzah pada agresi Uhud. Akan tetapi, Allah merespon fenomena kebencian ini dengan menurunkan QS. Ali Imran : 128 yang terdapat dua pilihan redaksi, yaitu mengampuni ( yatuba ) dan menyiksa ( yu’adzdziba ). Ajaibnya, kasus Wahsyi tersebut akhirnya diampuni dosanya oleh Allah.

Karena itu, demi mengurangi gerakan ekstrimis, Gus Baha menawarkan agar para ulama tidak boleh selalu menggunakan fiqih yang berorientasi al-tafriq bain al-haq wa al-batil. Tugas para ulama, semestinya juga harus mengintegrasikan ilmu fiqih dengan tasawuf, terutama dalam bab tawadlu’. Sebab, paradigma integrasi fiqih dan tasawuf akan melahirkan pemahaman yang humanis, sehingga dapat mengurangi ekstrimisme.

Model pemahaman integrasi dengan menggunakan ajaran introspeksi dan tawadlu’ konsep tasawuf, menurut Gus Baha, penting dilanjutkan dalam rangka menghalau ego ekstrimisme agama, sehingga kehadiran agama tidak berwajah menyeramkan. Gus Baha mengakhiri ceramahnya, sebagai berikut :

“ Ini penting saya kemukakan. Mbok yo, orang-orang esktrim ya mikir, keinginan Rasulullah itu agar ummatnya mati dalam keadan muslim, bukan mati kafir. ”
  

Perintah Kaisar Naga : 4889

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4889 Lantai enam! Begitu Dave dan rekan-rekannya melangkah ke lantai enam, mereka merasa seolah-olah mereka telah...