Photo

Photo

Monday 19 March 2018

KEAJAIBAN SHOLAWAT NARIYAH


Beberapa orang memprotes saya bahwa Sholawat Nariyah dianggap bid’ah dan dapat membawa kepada kesyirikan. Mereka menggunakan dalil Al-Quran seenak perutnya sendiri dengan mengatakan bahwa bacaan Sholawat Nariyah justru akan mengkultuskan Nabi sebagai sesembahan. Lalu, mereka mengutip firman Allah dalam surah Al-Isra: 56.

Saya hanya tarik nafas dan tersenyum. Dan, saya jawab; “Ada benarnya juga kata-katamu!” Lalu saya tetap mendengarkan celoteh mereka satu per satu. Menurut mereka, Nabi tidak berkuasa untuk memberi rezeki, menghilangkan kesedihan, mencabut penderitaan seorang hamba. Maka, salah besar jika ada umat Muhammad yang meminta pertolongan kepada Nabinya. Mereka menyebut firman Allah, surah Al-A’raf: 188.

Saya hanya tarik nafas dan tersenyum. Dan, saya jawab; “Ada benarnya juga kata-katamu!”

Mungkin, karena merasa jawaban saya dianggap tak serius, saya mulai diberondong dengan pertanyaan yang kurang “serius” dan emosional. Saya dianggap pengamal bid’ah, musyrik dan membahayakan akidah.

Dari sini saya bisa mengukur lawan bicara saya. Dalam hati saya terdetik kalimat Kyai saya, “Tarkul-jawab ‘alal-jahili jawabun” (Tak menjawab adalah jawaban untuk orang yang bodoh). Maka, saya memilih diam.

Lambat laun, obrolan mereda, ketika saya menawarkan segelas kopi untuk 4 orang yang ada di asrama itu. 4 orang dengan satu gelas saja. Dan, saya menyuguhkan rokok yang baru dibuka bungkusnya. Saya katakan, “Ayat Al-Quran yang kamu sebutkan benar. Haqqul yaqin. Saya percaya. Tapi, pemahaman saya berbeda.”

Sruputtttt....Kopi hitam itu kunikmati pelan. Bekas mulutku dan mulut-mulut mereka berada di bibir atas gelas itu.

“Saya akan bertobat, jika terdetik barang sedikit pun di hati saya kalau saya meminta kepada selain Allah. Sebab, sholawat Nabi itu hakikatnya bukan untuk meminta-minta kepada Nabi. Bukan pula menyembah beliau. Ada makna-makna batin yang tak bisa dijelas oleh akal seluruhnya.”

“Memang apa yang kamu rasakan?”

“Nah ini baru pertanyaan bagus,”

“Apa bagusnya?”

“Sebab kamu bertanya tentang rasa. Persis seperti kopi yang saya teguk ini. Begitulah agama yang saya anut.”

“Maksudnya?”

“Kita sama-sama meminum kopi yang sama. Tapi, masing-masing dari kita bisa merasakan dengan berbeda-beda rasa, baik rasa lahiriah maupun batiniah. Rasa manis, pahit, masam, menyegarkan dan sebagainya. Namun, setiap tegukannya dan pemaknaan apa di balik kopi ini, pasti berbeda-beda.”

“Susah benar, ngomong ngalor-ngidul!”

“Mau dengar nggak?”

“Ok. Lanjutkan!”

“Saya merasakan Rasulullah SAW adalah salah satu alasan dunia ini diciptakan. Dia adalah satu-satunya kekasih Allah yang diberi kesempatan untuk memberi syafaat kepada umatnya. Fakta ini tak bisa kalian bantah dengan dalil apa pun.”

“Iya...Lalu?!”

“Rasulullah adalah “pembawa paket” syafaat hingga Hari Kiamat tiba. Seluruh umat manusia mengharapkan agar paket ini sampai dan bisa dinikmati kita bersama. Maka, kita bersolawat, berdoa dan bermunajat agar Rasulullah selalu diberi keselamatan dan rahmat-Nya. Kita tidak meminta Nabi untuk memberi rezeki, menghilangkan kesedihan, membebaskan penderitaan dan sebagainya.”

“Kenapa tidak langsung saja berdoa kepada Allah?”

“Kita butuh wasilah!”

“Allah tak pernah perintahkan dalam Al-Quran dan Rasul tak pernah mencontohkan!”

“Anda salah!”

“Salahnya?”

“Justru ini perintah Allah dan dianjurkan Rasulullah! Allah memerintahkan kita untuk berselawat kepada Nabi. Allah dan Malaikat-Nya pun berselawat. Setiap shalat, pada tahiyat pun kita diperintahkan untuk berselawat. Menurutmu, apa makna selawat Nabi pada shalat, dzikir dan doa?”

“Perintah Allah, tapi bukan untuk mengkultuskan dan bukan untuk meminta sesuatu kepada Nabi. Makanya, Nabi juga tidak pernah mencontohkan melakukan wasilah dalam doa,” kata salah satu dari mereka.

“Bagaimana mungkin Nabi berwasilah, sebab dia adalah kekasih-Nya. Rasulullah tidak memerlukan wasilah apa pun. Sekarang, kalau kamu punya barang yang sangat berharga yang harus dikirimkan kepada anakmu. Apakah kamu tidak berdoa agar Allah memberi keselamatan pada pembawa barang tersebut.”

“Oh ya. Tak tidak berharap kepadanya sampai seperti itu.”

“Nah, bagaimana jika barang yang paling berharga itu adalah ruhmu?! Jiwamu?! Orang yang membawa barang itu adalah orang yang mengajarkan tauhid, ajaran Ilahi, yang mengajarkan tentang keselamatan dunia dan akhirat. Bahkan, dialah satu-satunya hamba Allah yang diberi kesempatan untuk menyelamatakanmu dari siksa api neraka?!”

Sruputtttt...

Sruputttt...

Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...