Photo

Photo

Monday 26 March 2018

Bagaimana Cara agar Dunia Mengejar Kita


Oleh: Muhammad Itsna Hambali

Bismillahirrahmanirrahim.

Buat para sahabat dumai, demi Allah, saya ingin para sahabat menjadi orang-orang yang berlimpah dan penuh kesyukuran.

Pertama, saya ingin berbagi amalan yang saya amalkan sendiri dan nyata barokahnya buat kehidupan saya. Cobalah mengamalkan hasbunalloh wa ni'mal wakil. Berapa kali…? Pilihlah diantara berikut ini  :

1. 450x sehabis sholat 5 waktu

2. 450x siang hari, 450x malam hari

3. Sekali duduk saja 1000x rutin

4. 7000x minimal. Bisa dibagi sehabis sholat 5 waktu, sehabis sholat dhuha, sehabis sholat malam. Masing” 1000x jadi genap 7000x.

Pilihlah mana yang mampu buat para sahabat. Tentu yang lebih banyak kalinya -lebih berat- lebih mujarab.

Dalam hitungan hari, insya Allah mulai nampak. Tapi jangan berharap instan. Realistislah…! Orang bekerja 1 bulan baru dapat gaji, ya kan…? Masak baru wirid sehari dua hari mau gaji besar dari Allah…? Yang bener aja, hehehe….

Tapi, yakinlah, ibarat sama-sama bekerjanya, bekerja kepada Allah lebih cepat berlimpahnya. Mengapa…?

Sebab Dialah yang Maha Kaya Raya sejati. Kekayaan dan permohonan kita tidaklah sampai sebutir "debu" di hadapan-Nya.

Lagi pula Allah memang tidak butuh dengan kekayaan harta benda itu. Allah Maha Suci dari keinginan-keinginan rendah seperti itu. Beda dengan bos-bos dunia. Mereka memang butuh dengan kekayaan itu. Makanya terkadang mereka pelit.

Tentunya, jangan tinggalkan amalan-amalan yang umum lainnya. Seperti istighfar dan sholawat dll. Tapi, ambil satu saja yang diutamakan buat kerezekian. Dan bersungguh-sungguhlah istiqomah…! Jangan gampang ganti….!

Bisa sahabat amalkan wirid-wirid yang sudah saya upload cuma-cuma. Bisa juga mengikuti amalan yang dimaharkan. Pilih saja…! Dan, istiqomahlah….!

Bagaimana ciri-ciri sudah masuk wilayah istiqomah…? Kita akan nikmat menjalankannya. Kita tidak ingin berhenti meninggalkannya. Jika belum dilakukan kita belum tenang. Seperti orang lapar belum makan.

Memanglah demikian, sebab dzikir adalah makanan hati.

Jika dzikirnya sudah istiqomah. Sudah nikmat. Sudah lahir batin. Sudah ikhlas. Sudah rutin tanpa henti.

Sungguh, nikmat-nikmat duniawi tidak lagi berharga. Saat itu kita lebih suka dzikir dari pada makan. Kita lebih suka menyendiri dengan Allah dari pada dengan makhluk. Saat itu kita merasa tidak butuh dunia. Tapi saat itu dunia yang datang mengejar kita. Sungguh.

Jangan biarkan diri kita mengejar dunia. Jadikanlah dunia yang mengejar kita.

Setuju…?

Siap dikejar dunia…?

Takbir….!

Semoga bermanfaat.

Salam hormat takdzim.

Menjura sangat dalam.

Muhammad Itsna Hambali

Ijazah kerezkian dari gust Itsna

Silahkan di amalkan bagi yang sedang sempit rezekinya

Keutamaan Membaca / Wirid Dari Al-qur’an


Salah satu latar blakang pengarang kitab khozinatul asror adalah menyoroti dan menarik minat masyarakat pada zaman beliau, agar menjadikan al-quran sebagai wiridan maka dijelaskan lah dalam kitab hikmah tersebut mengenai keutaman quran dan detail ayatnya apabila dijadikan wiridan juga berserta keterang”an lengkap nya untuk " penguat " keyakinan masyarakat zaman itu

Maksudnya adalah jangan sampai wiridan yang diutamakan adalah gubahan dari syekh / guru mereka daripada al-quran sebagai wirid, maksudnya lebih sering mewirid amalan daripada tilawah quran, lebih banyak membaca wirid dari syekh / guru, karena tertarik dengan keterangan dari guru mereka, yang mengutamakan wiridan lain mengalahkan al-quran itu ibarat orang memilih akik dibanding batu permata

Orang yang baca al-Qur’an, menjadikannya sebagai wirid, ia akan mendapatkan ganjaran, meskipun ia faham atau tidak atas apa yang ia baca, berbeda dengan doa / dzikir yang lain, seseorang tidak akan mendapatkan ganjaran atas doa-doa atau dzikir-dzikir yang ia baca, kecuali ia faham atas maknanya " Keutamaan kalam Allah dibandingkan dengan kalam-kalam yang lain, itu ibarat seperti keutamaan Allah Ta’ala mengalahkan semua makhluk-Nya "

Nah mengenai al ikhlas, di khozin juga dijelaskan, alangkah lebih baik pun jika ingin melakukan wiridan tambahan , dzikir diulang” menggali fadilah, wirid lah amalan yang berupa ayat quran, sehingga mendapat keutaman dari al quran.
Ya seperti al ikhlas, latud rikuhul… dst

Jadi mewiridkan itu pun kalau sesuai pejelasan dengan khozinatul ya baik sekali malah disarankan utamakan dan pilihlah wiridan yang mengandung ayat quran

Namun keterangan hak al-quran diatas, mohon maaf ini , yang dimaksud adalah 100 ayat ( tilawah quran), dengan menunaikan hak quran, maka insya Allah nanti kalau wafat, al-quran yang kita baca itu gantian menunaikan kewajiban menjadi " penolong "

Didunia saja mata dzohir kita bisa lihat bagaimana perbedaan para " tahfidz "

Membaca quran saja dapat pahala namun belum tentu dapet petunjuk, mempelajari quran maka akan didapat petunjuk , sudah pasti dapet pahala keutamaannya juga

Yang diwajibkan itu bukan Tabligh / cerdas pintar , kalau nabi wajar, itu salah satu sifat nabi , yang diwajibkan bagi kita adalah belajar nya ,menuntut ilmunya, pintar atau tidak itu tergantung anugerah ,rahmat Allah

Wawlohu ’alam

Thursday 22 March 2018

Bertebaran Hadis Palsu di MedSos

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Satu tombol bisa memiliki sejuta fungsi… bisa menjadi sumber kebaikan, dan sekaligus menjadi sumber kejahatan. Itulah media sosial. Betapa mudahnya orang menyebarkan informasi. Dan jika kita perhatikan, hampir setiap even masyarakat yang berbau agama, dikaitkan dengan satu hadis. Sehingga setiap ada even, terbit hadis baru.
Diantaranya yang pernah mampir dalam broadcast di WA beberapa hadis berikut,
Rasullullah Bersabda “Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita 1 Safar Kepada Yang Lain, Maka Haram Api Neraka Baginya”.
Rasullullah Bersabda “Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita Arafah kepada Yang Lain, maka Haram Api Neraka Baginya”
Rasullullah Bersabda “Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita 1 zulhijjah Kepada Yang Lain, Maka Haram Api Neraka Baginya”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Barang siapa yang memberitahukan berita Sya’ban kepada yang lain, maka haram api neraka baginya.”
Rasullullah bersabda “Barangsiapa yang memberitahukan berita 1 Rajab kepada yang lain, maka haram api neraka baginya”.
Nampaknya yang membuat hadis ini sudah kehilangan rasa malu… redaksi sama, dan hanya menggunakan metode copas. Namun ini bukan sesuatu yang mengherankan, seperti yang diriwayatkan oleh al-Uqaily dari Hammad bin Zaid, bahwa orang-orang zindiq (munafiq) yang pernah membuat hadis palsu sebanyak 14.000 hadis! Dan tiga orang yang terkenal sebagai pemalsu hadis pernah membuat hadis palsu lebih dari 4000 hadis!. (Tadrib Rawi, as-Suyuthi, 1/335)

Bahaya Dusta atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat di Neraka.” (Muttafaq ‘alaih)
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan,
“Para ulama sepakat bahwa sengaja berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar, bahkan Abu Muhammad al-Juwaini sangat keras sehingga mengkafirkan orang yang sengaja dusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mereka bersepakat haramnya meriwayatkan hadis maudhu‘ (palsu) kecuali disertai keterangannya (yang menjelaskan kepalsuannya), berdasarkan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَيْ أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
“Barang siapa menceritakan dariku suatu hadis yang dia ketahui kedustaannya, maka dia termasuk di antara dua pendusta.” (HR. Muslim dalam al-Muqadimah, Ibnu Majah 41, dan yang lainnya).”

Jika Dapat Broadcast Hadis

Jika anda mendapatkan broadcast hadis yang tidak jelas, penulisnya juga bukan orang yang terkenal hati-hati dalam hadis, sebaiknya tidak anda sebarkan. Meskipun dalam tulisan itu menyebutkan janji pahala besar bagi orang yang menyebarkannya.
Lebih baik diam tidak menyebarkannya, dari pada salah dalam menyebarkan. Meskipun anda bukan orang yang membuat hadis palsu itu, tapi anda juga dilarang untuk ikut menyebarkannya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَيْ أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
“Barang siapa menceritakan dariku suatu hadis yang dia ketahui kedustaannya, maka dia termasuk di antara dua pendusta.” (HR. Muslim dalam al-Muqadimah, Ibnu Majah 41, dan yang lainnya).
Imam an-Nawawi menjelaskan hadis ini,
يحرم رواية الحديث الموضوع على من عرف كونه موضوعا أو غلب على ظنه وضعه فمن روى حديثا علم أو ظن وضعه ولم يبين حال روايته وضعه فهو داخل في هذا الوعيد
“Haram hukumnya meriwayatkan hadis maudhu‘ bagi orang yang mengetahui atau menurut dugaan kuatnya bahwa derajat hadis tersebut adalah maudhu‘. Sebab itu, barang siapa meriwayatkan suatu hadis yang dia yakin atau ada sangkaan kuat bahwa derajatnya adalah maudhu’ (palsu), namun dia tidak menjelaskan derajatnya, maka dia termasuk dalam ancaman hadis ini.” (Syarh Sahih Muslim, 1/71)
Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang para khatib yang biasa menyampaikan hadis-hadis lemah dan palsu dalam khutbahnya, beliau menjawab,
“Tidak halal berpedoman dalam menyampaikan hadis pada suatu kitab atau khutbah yang penulisnya bukan ahli hadis. Barang siapa yang melakukan hal itu maka dia layak untuk dihukum dengan hukuman yang berat. Inilah keadaan para khatib zaman sekarang, tatkala melihat ada khutbah yang berisi hadis-hadis, mereka langsung menghafalnya dan berkhutbah dengannya tanpa menyeleksi terlebih dahulu apakah hadis tersebut ada asalnya ataukah tidak. Maka merupakan kewajiban bagi pemimpin negeri tersebut untuk melarang para khatib dari perbuatan tersebut dan menegur dari khatib yang telah melakukan perbuatan tersebut.” (al-Fatawa al-Haditsiyah, hlm. 63)
Semoga Allah menyelamatkan kita dari kesalahan ketika bermedsos..
Demikian, Allahu a’lam

BAHAYA DARI KEBANGKITAN NU


Membahas NU memang tak pernah menjenuhkan. Ormas Islam moderat terbesar didunia ini ( bahkan diakhirat ) hobinya mengoleksi bid'ah berupa bid'ah hasanah jadi mengandung pahala dan layak untuk dipertahankan.

Dari bid'ah yasinan, tahlilan, maulidan hingga shalawatan. Akhirnya banyak orang terpesona dan termehek mehek dengan bid'ahnya NU ini.

Tapi jangan salah, meskipun pemecah rekor pengoleksi bid'ah terbanyak hasil pooling versi salafi, bid'ah bid'ahnya NU ini banyak yang suka bahkan mereka yang sudah terserang bid'ah NU yang disebut bid'ah mania, paling banyak diminati.

Mulai dari kampung-kampung, pedesaan hingga masyarakat metropolis.

Tak heran jika bid'ahnya NU ini efeknya bikin adem, tak suka rusuh dan dan tak hobi berbuat keributan.

Bagaimana tidak adem, dimana-mana pengajian, dimana-mana majelis shalawatan dan dimana-mana dapat berkat.

Bahkan ahli kuburpun ikut senang. Dengan jurus andalan surat al fatihah, mereka semua dapat kiriman pahala.

Hebat kan….? Jika ada yang tidak percaya dan ada yang butuh kiriman pahala, silahkan hubungi saya.

Orang NU itu hebat-hebat walaupun tak pernah merasa paling hebat. Bagaimana tidak hebat, mulai dari tukang macul, tukang sayur, ahli hisab ( perokok ), ahli rukyat ( bukan perokok ), kaum sarungan, pengusaha, intelektual, profesor, doktor, kiai, habaib dan ulama kumpul semua di NU.

Jadi NU serba ada, produk lokal, aman tanpa efek samping, murah meriah dan adem ayem tanpa diskriminasi.

Orang NU itu selalu moderat, tidak suka virus radikal dan bakteri ekstrim. Itulah mengapa banyak orang yang ngantri ke NU, dari pelosok desa hingga manca negara. Tidak suka teriak tapir ( eh… kafir… ) kepada sesama umat beragama. Jika ada yang nuduh musyrik dan bid'ah, cukup dengan jurus talqin dan alfatihah, kaum yang sok anti bid'ah pasti langsung kepanasan, kelojotan dan kejang-kejang.

Uniknya, orang NU sangat cinta tanah air. Orang NU siap mati untuk membela NKRI karena membela tanah air bagian dari iman. Orang NU sangat sadar kalau tanah air dan negara adalah instrumen penting untuk menjalankan agama.

Tanpa modal tanah air, bagaimana bisa menjalankan perintah agama…? Walau tidak ada dalilnya cinta tanah air kata tetangga sebelah ( khilafer ) tapi orang NU tak pernah ragu untuk membela tanah air.

Dengan jurus hubbul wathan minal iman, para khilafer dijamin langsung klepek-klepek mabuk sempoyongan tidak karuan.

Walau Hebat, orang NU selalu hormat kepada gurunya. Uluk salam, cium tangan kiai, kirim doa dan menziarahi. Karena bagi orang NU, membela Islam tak harus selalu teriak-teriak tidak jelas tapi mengajarkan akhlak dan kemuliaan. Tanpa akhlak dan kelembutan, Islam bak makhluk yang menyeramkan, angker dan menakutkan.

Itulah asyiknya di NU. Tidak kaku dan tidak tegang karena NU bukan sumbu kompor dan bukan sumbu petasan yang cepat meledak membisingkan.

Jika tetangga sebelah ngajak ribut maka cukup dibalas dengan guyonan, jika ada yang membuat gaduh cukup hanya dengan jurus andalan " gitu aja kok repot…".

Hanya orang NU yang hobi ziarah dan begadang kemakam-makam siang dan malam agar ahli kubur senang di do'akan dan yang ziarah mendapat pelajaran dari kematian. Karena hobi ziarah, kaum NU pun dituduh habis-habisan sebagai penyembah kuburan. Tapi orang NU tak kalah cerdas dan brilian, kaum ahli ziarahpun diberi gelar kehormatan oleh NU yaitu Sarjana Kuburan ( Sarkub ). Sebuah gelar istimewa tiada duanya yang tidak akan dapat dicari dikampus bonafit dan terkenal dimanapun.

Yang saya tahu, salah satu titel yang diperoleh oleh Sarjana Kuburan yaitu S. Ag, singkatan dari Sarjana Alam gaib.

Itulah sekelumit bid'ah-bid'ah orang NU yang perlu diwaspadai. Jika tidak diwaspadai, bid'ah-bid'ah ini akan menyebar keseantero dunia. Bahayanya, kalau bid'ah-bid'ah ini sudah tersebar semakin luas maka masa depan salafer, wahaber dan khilafer semakin memprihatinkan dan akhirnya buyar tidak karuan.

Jika sudah buyar, kita tidak akan mendengar lagi jurus-jurusnya yaitu ente kafir, musyrik, ahli bid'ah dan ahli neraka.

Karena dunia sudah sangat memprihatinkan akibat ulah kelompok radikal, akhirnya orang NU mengeluarkan bid'ah terbaru ( bid'ah update ) yaitu bid'ah zaman now berupa vaksin " Islam Nusantara ".

Dengan vaksin ini, dijamin khilafer akan tobat dan wahaber akan tiarap. Mau divaksin dengan vaksin " Islam Nusantara….?” Silahkan datangi kiai-kiai NU, habib-habib NU dan ulama NU. Dengan vaksin ini, atas izin Allah yang mulanya galak akan menjadi moderat.

Tuesday 20 March 2018

Pelajaran Dari Sifat KEPITING


Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan kedalam baskom / wadah, tanpa diikat.

Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari.

Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat. Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri. Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting.

Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.

Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.

Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu. Begitu pula dalam kehidupan ini… tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener. Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya. Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’:

1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar ( bisa orang lain atau situasi ) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip / pedoman dalam bertindak

2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan

3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri. ..

Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya…

Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang.

Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

Betapa pun banyaknya kucing berkelahi, selalu saja banyak anak kucing lahir. (Abraham Lincoln)

Monday 19 March 2018

KEAJAIBAN SHOLAWAT NARIYAH


Beberapa orang memprotes saya bahwa Sholawat Nariyah dianggap bid’ah dan dapat membawa kepada kesyirikan. Mereka menggunakan dalil Al-Quran seenak perutnya sendiri dengan mengatakan bahwa bacaan Sholawat Nariyah justru akan mengkultuskan Nabi sebagai sesembahan. Lalu, mereka mengutip firman Allah dalam surah Al-Isra: 56.

Saya hanya tarik nafas dan tersenyum. Dan, saya jawab; “Ada benarnya juga kata-katamu!” Lalu saya tetap mendengarkan celoteh mereka satu per satu. Menurut mereka, Nabi tidak berkuasa untuk memberi rezeki, menghilangkan kesedihan, mencabut penderitaan seorang hamba. Maka, salah besar jika ada umat Muhammad yang meminta pertolongan kepada Nabinya. Mereka menyebut firman Allah, surah Al-A’raf: 188.

Saya hanya tarik nafas dan tersenyum. Dan, saya jawab; “Ada benarnya juga kata-katamu!”

Mungkin, karena merasa jawaban saya dianggap tak serius, saya mulai diberondong dengan pertanyaan yang kurang “serius” dan emosional. Saya dianggap pengamal bid’ah, musyrik dan membahayakan akidah.

Dari sini saya bisa mengukur lawan bicara saya. Dalam hati saya terdetik kalimat Kyai saya, “Tarkul-jawab ‘alal-jahili jawabun” (Tak menjawab adalah jawaban untuk orang yang bodoh). Maka, saya memilih diam.

Lambat laun, obrolan mereda, ketika saya menawarkan segelas kopi untuk 4 orang yang ada di asrama itu. 4 orang dengan satu gelas saja. Dan, saya menyuguhkan rokok yang baru dibuka bungkusnya. Saya katakan, “Ayat Al-Quran yang kamu sebutkan benar. Haqqul yaqin. Saya percaya. Tapi, pemahaman saya berbeda.”

Sruputtttt....Kopi hitam itu kunikmati pelan. Bekas mulutku dan mulut-mulut mereka berada di bibir atas gelas itu.

“Saya akan bertobat, jika terdetik barang sedikit pun di hati saya kalau saya meminta kepada selain Allah. Sebab, sholawat Nabi itu hakikatnya bukan untuk meminta-minta kepada Nabi. Bukan pula menyembah beliau. Ada makna-makna batin yang tak bisa dijelas oleh akal seluruhnya.”

“Memang apa yang kamu rasakan?”

“Nah ini baru pertanyaan bagus,”

“Apa bagusnya?”

“Sebab kamu bertanya tentang rasa. Persis seperti kopi yang saya teguk ini. Begitulah agama yang saya anut.”

“Maksudnya?”

“Kita sama-sama meminum kopi yang sama. Tapi, masing-masing dari kita bisa merasakan dengan berbeda-beda rasa, baik rasa lahiriah maupun batiniah. Rasa manis, pahit, masam, menyegarkan dan sebagainya. Namun, setiap tegukannya dan pemaknaan apa di balik kopi ini, pasti berbeda-beda.”

“Susah benar, ngomong ngalor-ngidul!”

“Mau dengar nggak?”

“Ok. Lanjutkan!”

“Saya merasakan Rasulullah SAW adalah salah satu alasan dunia ini diciptakan. Dia adalah satu-satunya kekasih Allah yang diberi kesempatan untuk memberi syafaat kepada umatnya. Fakta ini tak bisa kalian bantah dengan dalil apa pun.”

“Iya...Lalu?!”

“Rasulullah adalah “pembawa paket” syafaat hingga Hari Kiamat tiba. Seluruh umat manusia mengharapkan agar paket ini sampai dan bisa dinikmati kita bersama. Maka, kita bersolawat, berdoa dan bermunajat agar Rasulullah selalu diberi keselamatan dan rahmat-Nya. Kita tidak meminta Nabi untuk memberi rezeki, menghilangkan kesedihan, membebaskan penderitaan dan sebagainya.”

“Kenapa tidak langsung saja berdoa kepada Allah?”

“Kita butuh wasilah!”

“Allah tak pernah perintahkan dalam Al-Quran dan Rasul tak pernah mencontohkan!”

“Anda salah!”

“Salahnya?”

“Justru ini perintah Allah dan dianjurkan Rasulullah! Allah memerintahkan kita untuk berselawat kepada Nabi. Allah dan Malaikat-Nya pun berselawat. Setiap shalat, pada tahiyat pun kita diperintahkan untuk berselawat. Menurutmu, apa makna selawat Nabi pada shalat, dzikir dan doa?”

“Perintah Allah, tapi bukan untuk mengkultuskan dan bukan untuk meminta sesuatu kepada Nabi. Makanya, Nabi juga tidak pernah mencontohkan melakukan wasilah dalam doa,” kata salah satu dari mereka.

“Bagaimana mungkin Nabi berwasilah, sebab dia adalah kekasih-Nya. Rasulullah tidak memerlukan wasilah apa pun. Sekarang, kalau kamu punya barang yang sangat berharga yang harus dikirimkan kepada anakmu. Apakah kamu tidak berdoa agar Allah memberi keselamatan pada pembawa barang tersebut.”

“Oh ya. Tak tidak berharap kepadanya sampai seperti itu.”

“Nah, bagaimana jika barang yang paling berharga itu adalah ruhmu?! Jiwamu?! Orang yang membawa barang itu adalah orang yang mengajarkan tauhid, ajaran Ilahi, yang mengajarkan tentang keselamatan dunia dan akhirat. Bahkan, dialah satu-satunya hamba Allah yang diberi kesempatan untuk menyelamatakanmu dari siksa api neraka?!”

Sruputtttt...

Sruputttt...

Semoga bermanfaat!

BIJAK DAN CERDASLAH DALAM BERSELANCAR DI DUNIA MAYA


Ketahuilah, penyebar berita bohong / hoax walaupun bukan dia yang membuatnya dan dia hanya menyebarkannya saja tetaplah diancam oleh nabi Muhammad sholallalhu 'alaihi wa sallam dan dicap oleh beliau bahwa dia adalah pendusta.
Beliau shollalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ یُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“ Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika dia menyampaikan setiap apa yang ia dengar ” ( HR. Muslim )

Setiap apa yang ia dengar berupa berita langsung ia sebarkan dan ia sampaikan padahal ia belum periksa akan kebenaran berita / foto tersebut.

Maka sang pembuat berita maupun sang penyebar sama-sama masuk dalam ancaman sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam :

وَإِنَّ الكَذِبَ یَھْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ یَھْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَیَكْذِبُ وَیَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى یُكْتَبَ عِنْدَ للهَِّ كَذَّابًا

“ Sesungguhnya kedustaan akan membawa kepada keburukan dan sesungguhnya keburukan akan membawa kepada api neraka. Dan sesungguhnya seseorang jika dia berdusta dan membiasakan dirinya berdusta maka akan ditulis disisi Allah bahwa dia adalah pendusta besar ” ( HR. Bukhari Muslim )

Jika niat kita untuk meninggikan kalimat Allah, maka ketahuilah bahwa kalimat Allah tidak ditinggikan dengan berita hoax dan foto-foto palsu. Kewajiban kita adalah menyemangati kaum muslimin untuk membantu sesama saudaranya, dan menyisihkan harta lebih untuk saudara-saudara kita yang membutuhkannya.

Lantas, bagaimana sikap kita ditengah-tengah berita yang penuh dengan kepalsuan…?

Allah ta’ala sudah memberikan solusinya :

یَا أَیُّھَا الَّذِینَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَیَّنُوا

“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” ( QS. Al-Hujurat : 6 )

Maka inilah solusi pasti dari Allah, jika engkau tidak ingin dianggap oleh Allah sebagai pendusta maka laksanakan perintah-Nya ketika menerima kabar.

Semoga bermanfaat..

ALLAHUMMA sholli 'alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad

Thursday 15 March 2018

Dialog Sakral Seorang Profesor dengan Bung Karno tentang Tuhan " Menyamakan Frekuensi Dengan Sholawat "


Mungkin ini adalah pertemuan dan dialog sakral yang mencerahkan sekaligus mengagumkan, yang dialami oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seorang angkatan 1945, ahli sufi, ahli fisika dan pernah menjabat sebagai rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI pertama Ir. Soekarno.

Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.

“ Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.

“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda.

“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”

“Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya.”

“Lantas soalnya apa bapak Presiden?”

“Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.

“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya

“Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga...?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya.

“Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.

Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun.

“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).

“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. 

“Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.

“Silakan Bapak Presiden”.

“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”

“Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.

“Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.

Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia / fisika.

Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.

10/10 = 1 ;

“Ya” kata Presiden.

10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.

10/1000` = 1/100 ;

“Ya” kata Presiden.

10/10.000 = 1/1000 ;

“Ya” kata Presiden.

10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;

“Ya” kata Presiden.

1000.000 … / ∞ = 0 ;

“Ya” kata Presiden.

( Berapa saja + Apa saja ) /∞ = 0;

“Ya” kata Presiden.

Dosa / ∞ = 0 ;

“Ya” kata Presiden.

Nah…” lanjut Prof,

1 x ∞ = ∞ ;

“Ya” kata Presiden

½ x ∞ = ∞ ;

“Ya” kata Presiden.

1 zarah x ∞ = ∞ ;

“Ya” kata Presiden.

“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”

“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.

Ziedaar hetantwoord, Presiden ( Itulah dia jawabannya Presiden ) ” jawab Profesor.

Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran.

Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan...?” katanya.

Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.”

“Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.

“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan...?” tanya Presiden kemudian.

“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.

“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.

“Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.

Prof melanjutkan, “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum...!

Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.

“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)”, jelas Prof.

Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”

“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden. “

Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.

– Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – ( HR. Abu Daud dan An-Nasay ).

Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.

Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti…

Subhanallah. Semoga Bpk. Proklamator Republik Indonesia ini mendapat tempat yang Layak di sisi Allah SWT. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Shollalloohu 'alaa Muhammad

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...