Wahai
segenap pemuda, barangsiapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah
menikah. Sesungguhnya perkawinan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu
seksual, tapi barangsiapa yang belum mampu hendaklah dia berpuasa karena (puasa
itu) benteng (penjagaan) baginya (HR. Bukhari)
Ketika
membuka account blog keroyokan (kompasiana) yang sudah lama ditinggal
penghuninya, tiba-tiba terbaca keromantisan pasangan yang baru menyempurnakan
dien. Tentu saat membaca artikel tersebut tertawa sendiri bagaimana ilustrasi
Allah mempertemukan mereka yang tidak pernah terbayangkan, ternyata pasangan
sedang berbahagia berproses menuju keluarga sakinah, mawadah, dan waramah
sama-sama anggota kompasiana. Dari banyaknya bacaan yang terangkai, ada satu
kata mengelitik jiwa terdalam dan penuh makna begitu dalam untuk direnungi.
Kalimat
tersebut langsung dicatat di tablet untuk dirangkai ketika ada waktu luang akan
menulis dalam bersepektif wanita, dibagi
pada pembaca dan tentu kalimat itu juga akan direnungi penuh cinta maupun makna
bagi siapa yang sedang berproses terus menerus untuk menjadi wanita shalihah.
Insya Allah.
Akhwat
yang menerima laki-laki yang diceritakan di kompasiana tersebut benar-benar
wanita shalihah. Karena ia begitu ikhlas menerima laki-laki yang meminta pada
orangtuanya. Mungkin, ia bisa mendapat laki-laki yang cakep dan tampan. Cakep
dari finansial, cakep dari style.
Padahal
laki-laki yang datang memiliki kekurangan fisik sedang wanita tersebut dari
sisi fisik termasuk cantik, anggun dan shalihah. Tapi begitu ikhlas mengatakan
siap menerima sebagai teman hidup. Tanpa mempermasalahkan kondisi laki-laki
tersebut. Bahkan laki-laki itu pun yakin bahwa wanita shalihah yang akan mau
menerimanya dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna.
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri. Ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (An Nisaa’: 34).
Kemudian, “Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi
agamanya dan akhlaknya maka kawinlah dia, dan bila tidak kamu lakukan akan
terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Subhanallah,
Allah sudah mempertemukan mereka dengan cinta, keberkahaan dan dilindungi
dengan cintaNya. Allahu Akbar, Engkau begitu adil, penyayang, dan meletakkan
sesuatu pada tempat yang indah. Semoga kalian berdua bahagia dunia dan akhirat
serta sebagai tauladan bagi akhwat lainnya.
Keshalihanmu benar teruji dan
memberi keniscayaan bagi akhwat lain terutama yang membaca kisah kalian di
siang-siang hari. Mereka akan langsung terhentak dan menanya pada jiwa.
Mungkinkah ia bisa seperti wanita shalihah itu? Apakah ia sudah shalihah?
Jangan-jangan shalihah hanya sebatas ucapan tapi miskin aplikasi? Rabbi, tuntun
hati, pikiran dan sikap ini untuk menjadi wanita shalihah.
Ya Allah… Wanita shalihah tersebut begitu ikhlas menerima tanpa
banyak mempertimbangkan, tanpa banyak syarat, standar dan yang diperhatikan
hanya keimanan. Sungguh cemburu dengan sikap, keikhlasan dan ketawadhu’anmu menerima laki-laki itu. Hanya wanita istimewa, wanita
shalihah dan wanita anggun yang menerima laki-laki seperti itu. Allah, sungguh
indah skenario pertemuan-Mu pada pasangan itu yang membuat ia terharu dan berzikir
pada-Mu. Kekalkan cinta mereka hingga maut memisah, tumbuhkan selalu rasa
cinta, saling mengerti dan selalu merindui agar mereka mudah berlayar di
bahtera rumah tangga yang Engkau ridhai. Semoga terlahir anak shalih/ah yang
meneruskan dakwah penuh tantangan ini dan menghiburkan hati mereka ketika ada
gelombang menghampiri.
Bagi kita
yang mengakui sebagai wanita shalihah, benarkah kita menilai atau menerima
laki-laki dari keimanan? Benarkah kita menilai atau menerima laki-laki dari
akhlak yang baik? Benarkah kita menilai atau menerima laki-laki dengan sikap
yang santun dan bijak? Benarkah kita menilai atau menerima laki-laki dari
kesederhanaan? Benarkah kita menilai atau menerima laki-laki dari amal
shalihnya? Atau jangan-jangan, kita menilai atau menerima laki-laki bukan dari
faktor tersebut melainkan dari sisi yang lain.
Jika kita
mengakui wanita shalihah tapi menilai atau menerima laki-laki lebih menonjolkan
sisi ketampanan, kemampanan dan keturunannya, sesungguhnya keshalihan kita
perlu dipertanyakan. Semoga yang sedang menanti ditemui dengan seseorang yang
pantas menemani dunia akhirat, orang yang bisa menerima kekurangan untuk
diperbaiki bersama-sama, orang yang selalu mencintai dengan segala kondisi, dan
terus mengajak jiwa mendekati pada-Nya.
Pada
akhirnya, wanita shalihah maupun laki-laki shalihah akan bisa menerima
kekurangan itu. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rezki yang mulia (surga). (An Nuur: 26). Allah ‘Azza Wajalla berfirman (dalam hadist Qudsi), “Apabila aku menginginkan untuk mengabungkan kebaikan dunia
dan akhirat bagi seorang muslim maka Aku jadikan hatinya khusyuk dan lidahnya
banyak berzikir. Tubuhnya sabar dalam menghadapi penderitaan dan Aku jodohkan
dia dengan seorang isteri mukminah yang menyenangkannya bila ia mamandangnya,
dapat menjaga kehormatan dirinya, dan memilihara harta suaminya bila suami
sedang tidak bersamanya. (HR. Ath-Thahawi).
Semoga Bisa Bermanfaat
Salam Jaya… Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Raya
From Martapura OKU Timur Sumatera Selatan
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment