Jodoh termasuk rezeki dari Allah, dan penetapannya merupakan bagian
dari takdir Allah. Takdir makhluk yang berada di Al-Lauh Al-Mahfuzh sana tidak
akan pernah bisa berubah. Oleh karena itu, kalau memang sudah ditakdirkan untuk
berjodoh, meskipun terpisah jarak dan waktu, pada akhirnya akan dipertemukan
dan dipersatukan juga dengan tali pernikahan. Jodoh tak kan lari ke mana,
ibarat tak akan lari gunung dikejar. Begitu juga sebaliknya, jika bukit telah
didaki dan laut pun diseberangi, bila tidak berjodoh, tidak akan pernah bisa
bersatu dalam mahligai pernikahan.
Kewajiban hamba mengenai takdir Allah ini adalah berusaha, berdo’a
untuk mencapai yang kita inginkan, lalu bertawakkal, sabar dan ridha atas
segala hal yang telah Allah tetapkan bagi diri kita.
Banyak orang yang salah kaprah memahami hakikat tawakkal. Mereka
mengira bahwa pasrah begitu saja dan “nrimo ing pandum” (menerima segala
sesuatu yang telah ditetapkan) tanpa adanya usaha adalah wujud tawakkal yang
benar. Sikap yang demikian keliru. Tawakkal sama sekali tidak menafikan adanya
usaha hamba,berusaha dahulu baru kemudian bertawakkal.
Takdir manusia memang telah ditetapkan di Al-Lauh Al-Mahfuzh dan
tidak akan pernah berubah. Adapun berkenaan dengan ketentuan takdir yang
terdapat dalam catatan malaikat, maka masih dapat berubah sesuai dengan amalan
hamba. Manusia hanya diperintahkan untuk berusaha (disertai dengan berdoa dan
bertawakkal tentunya) agar manusia dipermudah kepada apa yang telah ditakdirkan
baginya.
Manusia hanya bisa berusaha, sedangkan Allah lah Yang Maha Kuasa.
Siapapun yang didapat nantinya merupakan anugrah terbaik dari Allah ‘Azza wa
Jalla.
No comments:
Post a Comment