Jika kau ingin membuat semua orang menyukaimu, Jangan Jadi Pemimpin. Jualan Es Krim Saja.
Menjadi pemimpin bukanlah tentang mencari popularitas atau sekadar menyenangkan hati semua orang.
Kepemimpinan menuntut keberanian mengambil keputusan, bahkan jika keputusan itu tidak disukai sebagian pihak.
Justru, jika seorang pemimpin hanya berfokus pada kepuasan orang lain, ia akan kehilangan arah dan gagal menjalankan tanggung jawabnya.
Dalam realitas kehidupan, keputusan yang baik seringkali tidak populer.
Misalnya, kebijakan yang tegas terhadap praktik korupsi, pemangkasan anggaran yang tidak bermanfaat, atau penegakan disiplin dalam sebuah organisasi.
Semua itu mungkin membuat sebagian orang kecewa atau marah, tetapi pada akhirnya keputusan itulah yang menyelamatkan kepentingan lebih besar.
Seorang pemimpin yang sejati tahu bahwa ia tidak bisa menyenangkan semua orang, namun ia bisa berdiri teguh pada prinsip yang benar.
Kritik bagi budaya kepemimpinan yang sekadar mencari pengakuan. Pemimpin semacam itu akan rapuh karena setiap langkahnya ditentukan oleh opini publik.
Padahal, dunia ini membutuhkan pemimpin yang mampu bertahan dalam badai kritik, bukan yang larut dalam pujian.
Pemimpin yang kokoh tidak takut dibenci, karena yang ia kejar bukanlah cinta semu dari banyak orang, melainkan keberhasilan menjalankan misi dan tanggung jawabnya.
Pada akhirnya, kepemimpinan adalah tentang arah, visi, dan keteguhan hati.
Es krim mungkin bisa menyenangkan semua orang, tapi hanya untuk sesaat.
Sementara pemimpin sejati, meski tidak selalu disenangi, meninggalkan jejak perubahan yang bertahan lama.
Dari situlah kita belajar : " jika ingin disukai semua orang, jadilah penjual es krim; tetapi jika ingin mengubah dunia, jadilah pemimpin yang berani menghadapi kritik dan kebencian demi kebenaran "
No comments:
Post a Comment