Photo

Photo

Saturday, 6 September 2025

Jangan Dekat Putra Kiai. Salaman Saja Kalau Bertemu



Nasehat Ibu Waktu kami mondok dulu, ibu berpesan: “Jangan dekat putra kiai. Salaman saja kalau bertemu. Kamu orangnya tidak bisaan.” 


Saya tidak mengerti apa maksud tidak bisaan waktu itu.


Ibu sangat tahu anaknya. Itu pasti. Ia khawatir, kalau saya terlalu dekat, lidah saya lancang, sikap saya kebablasan. Takdzim perlahan luntur, berganti kebiasaan menganggap biasa. 


Padahal, kiai bukan teman sebaya. Kiai adalah cahaya. Dan cahaya tidak boleh diperlakukan seperti lampu jalan—disapa sesukanya, diabaikan semaunya.


Kedekatan itu memang godaan. Yang awalnya hormat, bisa jadi longgar. Yang mulanya segan, bisa jadi sembrono. Tak terasa, hati mulai merasa sejajar. Padahal jelas-jelas tidak. Itu masalah. Itu keburukan yang pelan-pelan dianggap wajar.


Ibu khawatir, kalau saya dekat orang besar bukan ikut menjadi besar, tapi cepat sekali merasa sama besar. Belum apa-apa sudah mengira sejajar. Itu yang ditakutkan ibu. Itu yang dicegah dengan pesan sederhana, tapi dalam.


Kini saya hanya bisa berterima kasih. 

Terima kasih, ibu. Begitu indah caranya engkau mencintaiku agar tetap belajar rendah hati, meski dengan cara yang kadang terasa keras dan tidak mudah aku mengerti. Semoga Allāh ﷻ merahmatimu, 




No comments:

Post a Comment

Trik Menggunakan Pertanyaan Balik Saat Dipojokkan

Trik Menggunakan Pertanyaan Balik Saat Dipojokkan 1. Ajukan pertanyaan klarifikasi untuk mengulur waktu  Saat merasa dipojokkan, jangan lang...