Namanya Mad Bejo, usianya tak lagi muda. Ia menyusuri jalanan di seluruh daerah di kotanya. Hampir tak pernah pulang, ia tidur di jalan melawan dingin. Tak jarang ia berpuasa karena dagangannya belum laku.
Ia membawa beberapa daun pintu, ia dorong dengan kereta barang tradisional yang biasa disebut dengan nama Gledekan. Gledekan dengan dua roda itu terus ia dorong sambil berharap ada rejeki di hari itu. Panas tak ia pedulikan, dingin tak ia hiraukan.
Ribuan penolakan tak membuatnya patah semangat. Meskipun dalam sebulan, bisa saja tak satupun daun pintu laku terjual. Dagangan yang cukup berat untuk didorong oleh seorang Mad Bejo dengan sandal jepitnya yang sudah sangat tipis.
Mad Bejo adalah satu dari ratusan atau ribuan orang yang terus bergerak. Daripada mengemis, ia memilih berkeliling menjual apa yang bisa ia jual. Ia terus saja bergerak. Namun kenapa rejeki tak berpihak padanya…?
Ini karena gerakannya tidak didasari dengan strategi. Tetapi yang perlu digarisbawahi dulu, orang semacam Mad Bejo ini lebih mulia daripada yang berpangku tangan. Tugas kita mengarahkan, atau minimal membelinya, atau mentraktirnya makan.
Kembali, andai Mad Bejo memiliki wawasan efisiensi & efektivitas bekerja. Mad Bejo meminta anaknya yang sudah lumayan paham teknologi untuk memfoto seluruh dagangannya sehingga tak terbatas pada daun pintu saja. Lalu foto yang kemudian menjadi katalog itu ia bawa berikut dengan brosur.
Mad Bejo berkeliling jauh lebih ringan, ia menawarkan & meninggalkan brosur. Tak mengapa tak laku dulu, minimal brosur tersimpan, ada kekuatan dalam brosur pada konteks ilmu marketing. Kalaupun ia tak makan, masih jauh lebih ringan dibandingkan sudah tak makan harus mendorong gerobak berisi 5 daun pintu yang sangat berat.
Tanpa beban berat itu, ia bisa menyusuri lebih banyak rumah untuk meninggalkan brosur. Ini hanya misal saja. Artinya bergerak itu sangat bagus & mulia, tapi tentu tak berhenti di situ, ada hal yang harus diperhatikan. Apakah harus begitu…? Tentu, karena Allah memberikan kita akal & pikiran.
Lalu menegur kita dengan beberapa teguran “ Afala ta’qilun…? ” “ Afala tatafakkarun…? ”, “apakah kamu tidak menggunakan akalmu…? ”, “ Apakah kamu tidak berpikir…? ” Sahabat, tidak ada satu hal pun di dunia ini yang sudah selesai begitu saja.
“ Apabila kita sudah selesai satu urusan, maka bergegaslah untuk urusan berikutnya.. ” ( Al Insyiroh ). Ini tentu juga berlaku & bisa dikontekstualisasikan dalam banyak hal termasuk menjemput rejeki. Setelah selesai dengan pergerakan, maka bergegaslah untuk meningkat pada perencanaan & evaluasi serta berbagai inovasi-inovasi.
Tentu ini menjadi pesan agak pedas, bergerak namun tidak terarah saja sudah kurang menguntungkan, apalagi kau tak bergerak…? Mampuslah sudah….!!
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment