Photo

Photo

Sunday 9 May 2021

Tidak Punya Kerjaan

Seorang pria muda mengeluh tidak memiliki pekerjaan pada seorang guru yang bijak.

Pemuda : “ Tuan, saya mau berhutang uang, karena saya tidak memiliki pekerjaan. ”

Guru : “ Berapa usiamu nak….? ”

Pemuda : “ 20 tahun tuan ”

Guru : “ Baiklah kemari kita makan bersama dulu ”

Sang pemuda pun diajak makan bersama oleh Guru Bijak

Pemuda : “ Tuan, bagaimana soal uang yang saya akan pinjam…? ” Ia bertanya di sela waktu makan

Guru : “ Bagaimana kau akan mengembalikan uang itu jika engkau pinjam…? ”

Pemuda : “ Entahlah, jika sudah punya rejeki saya akan membayarnya, saya berjanji…”

Guru : “ Engku sudah punya rejeki saat ini, jadi tidak perlu berhutang lagi…”

Pemuda : “ Bagaimana mungkin…? Aku sepeser pun tak memiliki uang…”

Guru : “ Engkau memiliki rejeki dua tangan, dua kaki, satu hidung, bibir yang tidak sumbing, dua mata yang tidak katarak, dan usia muda.. Seusiamu aku berkeliling menjadi kuli panggul…”

Pemuda : “ Benar, tapi tidak ada yang memberiku lapangan pekerjaan….”

Guru : “ Karena kau lebih tidak tahu malu mencari hutangan daripada tidak tahu malu mencari pekerjaan…”

Pemuda : “ Lalu saya harus bagaimana…? ”

Guru : “ Kira-kira di satu kelurahanku ini, ada berapa rumah….? ”

Pemuda : “ Mungkin 500-700 rumah tuan ”

Guru : “ Berkelilinglah tiap hari 5 - 10 rumah, tanyalah pada tuan rumah apakah engkau bisa mencuci piring mereka, membersihkan selokan atau melakukan apapun yang mereka mau, bilang kau mau dibayar berapapun, bahkan dibayar hanya dangan nasihat…”

Pemuda : “ Loh kenapa begitu tuan…? Bukankah sia-sia jika saya bekerja tapi dibayar hanya dengan nasihat…? ”

Guru : “ Lebih sia-sia mana dengan 20 tahunmu yang hanya engkau gunakan untuk mencari hutang untuk menutup hutang lainnya…? ”

Pemuda : “ Iya juga ya tuan….”

Guru : “ Jika sehari engkau bekerja di minimal 1 rumah dari 4 - 5 rumah yang engkau datangi, setidaknya engkau bisa makan untuk hari itu. Jika lebih engkau bisa menabung untuk kondisi darurat & masa depan…”

Pemuda : “ Benar juga ya tuan…? ”

Guru : “ Jika engkau mengenal sampai 500 rumah itu, dan bekerjamu sepenuh hati, maka tidak mustahil 1 di antara 500 rumah itu ada orang baik yang akan memberimu pekerjaan yang lebih tinggi dengan upah lebih baik, bahkan jika engkau sholeh & benar² tekun, bisa saja ada yang mengambilmu sebagai menantu…”

Pemuda : “ Wah iya benar sekali tuan, mungkin saja…”

Guru : “ Itulah, yang harus kau pikirkan adalah segala kemungkinan jika engkau mau tekun, gigih, selalu bergerak & terus meningkatkan kualitas diri. Jangan gengsi, karena gengsimu tidak akan membuatmu kenyang…”

Pemuda : “ Baik tuan, akan saya ingat pesan tuan, mulai hari ini saya akan berkeliling mencari pekerjaan itu, dengan modal rejeki tubuh & jiwa saya yang lengkap ini..

Bulan berganti tahun berlalu, benar saja si pemuda bahkan telah dipercaya menjadi asisten manajer walaupun hanya di sebuah UMKM salah satu dari warga sekitar rumah Guru Bijak. Pemuda yang tadinya pecundang, kini telah menjadi pemenang. Andai guru tadi memberinya hutang, bukan nasihat itu, mungkin pemuda itu akan lari tidak membayar hutangnya & sampai kapanpun kehidupan pemuda itu akan terus begitu.

 

Wallahu a’lam

Dikocok Sama Tante Sendiri

Johan, yang masih remaja dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya.

“ Johan….!!! Apa-apaan ini….???  Cairan apa ini di sofa….?? ” Tanya orang tuanya dengan marah.

“ Tapi mama jangan marah ya kalau aku cerita ” pinta Johan dengan takut.

“ Asal kamu jujur, mama ndak akan benar-benar marah. ” Jawab mamanya

“ Tadi tante dari sini, pas aku lagi tiduran, tiba-tiba tante ngocokin ini sampe nyembur ma..” jawab Johan terbata-bata sambil menunjuk sebotol koka kola ukuran 1,5 liter.

“ Dasar tantemu itu, emang dari dulu suka mainan minuman bersoda….!!!!, ya sudah kamu bantu mama bersihin sofanya….!!! ” Jawab ibunya jengkel

 

* dirtyjoke

Sakitnya Anak Adalah Protes Terhadap Orang Tua

Suatu ketika saat menjadi imam di sebuah masjid, seorang jamaah meminta air doa.

“ Ada keperluan apa pak…? ” Tanya saya.

“ Anak saya sakit parah sedang dirawat…” Orang itu menjawab dengan wajah sedih.

“ Baik, ini nanti diberikan pada putrinya, insyaAllah sembuh namun dengan syarat, anda harus lebih banyak meluangkan waktu untuknya, dan berbuatlah adil…” Saya sodorkan airnya setelah beres mendoakan sejenak.

“ Loh kok tau kalau saya selama ini terlalu sibuk…? ” Dia heran

“ Udah kasus umum pak, anak kecil di Indonesia ini rata² sami’na wa atho’na.. Kecuali sudah kena didikan agak modern, mereka walaupun kecil bisa berargumen pada orang tua.. Karena anak² kita rata² ndak begitu suka berargumen, maka bawah sadarnya akan mencarikan jalan protes lain, dibuatlah sakit, mau tidak mau anda meluangkan waktu lagi untuknya..” Saya jawab

“ Oh gitu ya Ustadz..” Dia manggut²...

 

* btw panggilan ustadz paling bikin kerih telinga kalo saat ini.. Panggil saja mas atau kang...

 

“ Kebutuhan anak itu selain kita beri makanan, tempat tinggal serta pendidikan, yang terpenting lagi adalah kebutuhan kebersamaan dengan orang tua & juga teladan yang baik dari kita…” Saya lanjutkan menjawab yang kala itu masih usia 20 an.

 

Wallahu a’lam

Akibat Kasihan Tanpa Kecerdasan


Seorang pemuda yang baru belajar memanah, saat sedang berada di hutan, ia menjumpai seekor rusa yang sedang dikepung oleh sekumpulan singa. Karena kasihan terhadap rusa, pemuda itu pun memanah seluruh singa sampai mati. Ia akhirnya senang & lega, karena rusa tak perlu lagi harus takut pada singa.

Beberapa tahun kemudian, populasi rusa menjadi tidak terkendali, juga binatang lain yang dalam rantai makanan sebagai mangsa singa itu. Pasokan rumput & tumbuhan semakin menipis, air di danau yang ada di hutan itu semakin menjadi rebutan. Hutan pun menjadi tandus. Ketika hujan tiba, banjir bandang tak terhindarkan menerpa perkampungan si pemuda itu.

Begitulah kira-kira gambaran seseorang yang hanya menggunakan rasa kasihan alih-alih harus menggunakan kecerdasan, apa yang ia anggap baik justru sebaliknya menjadi hal yang merugikan sekaligus membahayakan apa yang ia kasihani, bahkan dirinya sendiri.

Wallahu a’lam

Kenapa Zakat 2,5%

Ibu muda bertanya pada Pak Ustadz dalam sebuah pengajian,

Ibu muda : Pak Ustadz, kenapa zakat maal itu besarnya 2,5%...?

Ustadz : Kalau 3% itu namanya bunga KUR ibu…!!!

Jamaah pun tertawa terbahak. Namun si ibu tidak lega dengan jawaban itu.

Ibu muda : Maksud saya apa dasar & alasan ditetapkannya 2,5%...?

Ustadz : Kira-kira kalau saya tanya, apa dasar & alasan KUR bunganya 3%, ibu jawab apa…?

Ibu muda : Ya pasti mereka punya hitungan tertentu, yang saya tidak tau pasti, yang penting peserta KUR hanya perlu bayar segitu, daripada repot-repot mikir kenapa 3%

Ustadz : Itulah jawaban untuk pertanyaan ibu sendiri, semua hitungan Allah itu sudah yang paling tepat, pasti ada pertimbangan & alasan tertentu, ibu tidak perlu repot mikir itu, hanya cukup bayar, itupun jika sudah mencapai nishob. Selebihnya ibu mending berpikir bagaimana biar masak dadar jagungnya ndak kegosongan.

Ibu muda : Oh gitu ya Ustadz, eh Ustadz tau ndak kenapa dadar jagung saya selalu gosong…?

Ustadz : Ya mana saya tahu ondel² sawah..

Ibu muda : Karena tiap goreng dadar jagungnya saya selalu kepikiran Pak Ustadz.. uhuk…uhuk..

Ustadz : …… ( terdiam membisu )

 

*Muncul backsound tiktok…

Keluar Di Dalam


Cowok : “ Sayang, aku keluarin di dalam ya…? ” Pintanya dengan suara lembut namun laki banget.

Cewek : “ Jangan kak, di luar aja, aku takut…” Ia menolak dengan suara lirih tapi manja.

Cowok : “ Yaudah deh, tapi nanti kamu yang bersihin loh kalo basah semua jadinya..” Jawabnya dengan tenang tanpa marah.

Cewek : “ Iya, nanti aku yang ngelapin kak.,.” Tuturnya dengan pipi yang tiba-tiba memerah.

Si cowok pun mengeluarkan ikan-ikan lele hasil dia memancing, karena ikan lelenya berontak, basah semua lantai di luar ruang tamunya..

Zakat Tapi Tidak Pakai Masker


Seorang emak-emak karena terlihat membawa banyak barang bawaan di motornya diberhentikan oleh seorang polisi.

Polisi : Mohon maaf, ibu mau kemana…?

Emak : Mau membayar zakat, Pak Polisi..

Polisi : Beneran ibu mau membayar zakat…? Bukan mau mudik…?

Emak : Yaelah pak.., ngapain mudik pake daster begini…?

Polisi : Baik bu, namun kenapa ibu mau bayar zakat tetapi tidak memakai masker…?

Emak : MasyaAllah Pak Polisi, dari sejak saya ngaji di TPQ, yang namanya Fiqh berzakat itu kalau di Indonesia pakai beras, bukan pakai masker…..!!!!

Polisi : <€%]^\>[€[€€]€\€|€

 

* Backsound “ kumenangis ” …..

Keep Fight Don’t Be A Loser


Kolonel Sanders ( Pendiri KFC ) mengalami penolakan sebanyak 1.009 kali dalam kurun waktu 2 tahunan menawarkan ayam gorengnya dari rumah ke rumah. Andai dua bulan pertama ia mengalami kegagalan itu menyerah, tidak akan pernah ada yang namanya KFC yang bahkan mereka para franchisee-nya ( pembeli franchise ) saja bisa jadi millionare dalam beberapa tahun. 

Demikian juga dengan Coca Cola, di tahun-tahun pertama perusahaan itu bahkan hanya mampu menjual 25 botol. Artinya rata-rata dalam satu bulan hanya laku 2 botol. 

Andai di tahun pertama ia menyerah, tidak akan ada ceritanya rumah sakit rumah sakit ramai amputasi penderita diabetes & operasi glukoma. 

Ehhh.. Btw manfaatnya luas ya kalo ndak gampang nyerah itu, hahaha…

Masih banyak lagi ratusan kisah raksasa bisnis dunia dengan ratusan bahkan ribuan kegagalannya. Polanya sama, andai mereka menyerah di awal mengalami rintangan alias tidak mau fight, maka tentu mereka tidak akan pernah menjadi sehebat hingga saat ini. Kegigihan mereka untuk terus berjuang ( fight ) melawan berbagai derita kegagalan menjauhkan diri mereka dari predikat “ loser ”

Wallahu a’lam

Melatih Tanggung Jawab

Kisah 1

Bedul ketika membawa sepeda motor ayahnya jatuh sehingga membuat beberapa bagian rusak & harus diganti. Sang ayah karena sayang pada Bedul, maka ayah bilang padanya “ udah ndak apa-apa nanti ayah yang bereskan… ” 

Kisah 2

Arya, anak dari keluarga lain melakukan hal yang sama, motor ayahnya mengalami kerusakan sehingga harus diservis & diganti beberapa spare part baru. Ayahnya mengatakan, “ Kamu harus memperbaiki ini, lakukan bagaimana pun caranya selama benar, kamu boleh bekerja part time, atau sisihkan dari uang jajanmu, setelah beres baru kamu bisa pakai lagi motor itu…! ”

Di kemudian hari, Bedul akan tumbuh menjadi anak yang kurang bertanggungjawab, karena selama ini kesalahannya selalu dimaafkan & dibereskan orang lain yang dalam hal ini orang tuanya.

Sementara Arya terbiasa bertanggungjawab dengan apapun yang ia lakukan. Arya tidak pernah lari dari tanggungjwab, jika ia tak mampu saat itu, maka ia bisa bertanggungjawab secara perlahan sambil berjuang. Tentu kehidupan Bedul menjadi lebih susah daripada Arya, terlebih ketika mereka sudah tidak lagi bersama orang tuanya.

Wallahu a’lam

Gigih Bergerak Apakah Sudah Cukup…?


Namanya Mad Bejo, usianya tak lagi muda. Ia menyusuri jalanan di seluruh daerah di kotanya. Hampir tak pernah pulang, ia tidur di jalan melawan dingin. Tak jarang ia berpuasa karena dagangannya belum laku. 

Ia membawa beberapa daun pintu, ia dorong dengan kereta barang tradisional yang biasa disebut dengan nama Gledekan. Gledekan dengan dua roda itu terus ia dorong sambil berharap ada rejeki di hari itu. Panas tak ia pedulikan, dingin tak ia hiraukan.

Ribuan penolakan tak membuatnya patah semangat. Meskipun dalam sebulan, bisa saja tak satupun daun pintu laku terjual. Dagangan yang cukup berat untuk didorong oleh seorang Mad Bejo dengan sandal jepitnya yang sudah sangat tipis.

Mad Bejo adalah satu dari ratusan atau ribuan orang yang terus bergerak. Daripada mengemis, ia memilih berkeliling menjual apa yang bisa ia jual. Ia terus saja bergerak. Namun kenapa rejeki tak berpihak padanya…?

Ini karena gerakannya tidak didasari dengan strategi. Tetapi yang perlu digarisbawahi dulu, orang semacam Mad Bejo ini lebih mulia daripada yang berpangku tangan. Tugas kita mengarahkan, atau minimal membelinya, atau mentraktirnya makan.

Kembali, andai Mad Bejo memiliki wawasan efisiensi & efektivitas bekerja. Mad Bejo meminta anaknya yang sudah lumayan paham teknologi untuk memfoto seluruh dagangannya sehingga tak terbatas pada daun pintu saja. Lalu foto yang kemudian menjadi katalog itu ia bawa berikut dengan brosur.

Mad Bejo berkeliling jauh lebih ringan, ia menawarkan & meninggalkan brosur. Tak mengapa tak laku dulu, minimal brosur tersimpan, ada kekuatan dalam brosur pada konteks ilmu marketing. Kalaupun ia tak makan, masih jauh lebih ringan dibandingkan sudah tak makan harus mendorong gerobak berisi 5 daun pintu yang sangat berat.

Tanpa beban berat itu, ia bisa menyusuri lebih banyak rumah untuk meninggalkan brosur. Ini hanya misal saja. Artinya bergerak itu sangat bagus & mulia, tapi tentu tak berhenti di situ, ada hal yang harus diperhatikan. Apakah harus begitu…? Tentu, karena Allah memberikan kita akal & pikiran.

Lalu menegur kita dengan beberapa teguran “ Afala ta’qilun…? ” “ Afala tatafakkarun…? ”, “apakah kamu tidak menggunakan akalmu…? ”, “ Apakah kamu tidak berpikir…? ” Sahabat, tidak ada satu hal pun di dunia ini yang sudah selesai begitu saja.

“ Apabila kita sudah selesai satu urusan, maka bergegaslah untuk urusan berikutnya.. ” ( Al Insyiroh ). Ini tentu juga berlaku & bisa dikontekstualisasikan dalam banyak hal termasuk menjemput rejeki. Setelah selesai dengan pergerakan, maka bergegaslah untuk meningkat pada perencanaan & evaluasi serta berbagai inovasi-inovasi.

Tentu ini menjadi pesan agak pedas, bergerak namun tidak terarah saja sudah kurang menguntungkan, apalagi kau tak bergerak…? Mampuslah sudah….!!

Wallahu a’lam

Rejeki Itu Datang Karena Kegigihan Bergerak


Katakanlah di jaman internet ini, seseorang yang terus menerus posting jualannya, entah laku atau tidak, maka akan ada saja rejeki. Agak konvensional, misalkan warung, jika seseorang terus jualan laku atau tidak, maka akan ada saja rejeki, tak harus dari jualannya. 

Ini karena frekwensi rejeki itu memang hanya untuk mereka yang terus bergerak, tidak berhenti. Allah pun cinta dengan mereka yang terus berjuang untuk kehidupannya. Allah akan mengasihi ( bukan mengasihani ) mereka yang bersyukur atas segala potensi yang diberikan pada hamba-Nya dalam wujud terus bergerak.

Contoh lagi, seorang yang benar-benar miskin lalu ia hanya diam, dengan pengemis yang pura-pura miskin lalu aktif meminta-minta, maka akan lebih banyak rejeki bagi yang berpura-pura namun aktif bergerak. Apakah ini menjadi anjuran agar orang miskin mengemis…? Iya benar sekali, benar-benar bodoh yang nalarnya begitu.

Substansinya adalah, rejeki adalah milik mereka yang aktif & pro aktif. Contoh lagi, penjual makanan yang makanannya tidak begitu enak tapi rajin promosi ke kantor-kantor akan mengalahkan penjual makanan yang masakannya sangat enak tapi masaknya malas-malasan & tidak ingin berkembang.

Sekali lagi, bergeraklah...

Sepeda akan terjatuh jika tidak dikayuh...

Bahkan akan berkarat jika tidak dipakai…

Dikayuh santai akan membuat sehat…

Dikayuh kencang akan menjadi juara balap sepeda…

Gerakanmu menentukan jumlah rejekimu…

Wallahu a’lam..

Thursday 6 May 2021

Mukjizat Al-Qur’an, Pilihan Diksinya Yang Mengandung Hikmah

Salah satu bentuk kemukjizatan Al-Qur’an adalah pilihan diksinya yang bukan saja tepat dan akurat, tapi juga mengandung hikmah. Allah itu Sang Maha Halus, sekaligus Sang Maha Penyayang, maka firman-Nya pun merefleksikan asma-Nya ini. 

Perintah puasa 

Sebagai contoh, pernahkah terpikir di benak kita kenapa perintah berpuasa diberikan dalam bentuk kalimat pasif (fi’il mabni majhul), yaitu “kutiba”

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan (KUTIBA) atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS al-Baqarah ayat 183) 

Semua kitab tafsir, dari yang klasik semisal at-Thabari dan ar-Razi, sampai yang modern seperti al-Munir-nya Wahbah az-Zuhaili, mengatakan kutiba itu maknanya furidha (diwajibkan). Kata kerja aktifnya adalah kataba, yang menurut Ibn Qutaibah, maknanya bisa beraneka ragam di dalam Al-Qur’an. Tapi secara kebahasaan maknanya adalah menulis, maka berarti kutiba makna aslinya “dituliskan”. Dalam tafsir at-Thabari, kata dituliskan ini menjadi wajib karena maksudnya telah dituliskan di dalam kitab lauh al-mahfuz. 

Baik, sekarang kita paham kenapa kata kutiba diterjemahkan menjadi diwajibkan. Tapi sekali lagi pertanyaannya mengapa perintah puasa ini diberikan dalam bentuk kalimat pasif? Kenapa tidak langsung saja “Allah telah mewajibkan kamu berpuasa”? Apa hikmahnya? 

Menurut Ibn al-Jawzi, sebagian ulama telah menjelaskan, bahwa bentuk pasif kutiba itu dipilih karena biasanya berupa kewajiban yang bersifat memberatkan manusia untuk menjalani kewajiban itu. Misalnya, selain ayat puasa, redaksi kutiba ‘alaykum (diwajibkan atas kalian) itu terdapat dalam ayat qishash (Q.S al-Baqarah: 178)

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” Ayat washiyat (Q.S al-Baqarah: 180) َ

“ Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf.” Dan juga ayat perang (Q.S al-Baqarah ayat 216)

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.” 

Ketentuan pada ayat-ayat di atas bersifat membebani dan menyusahkan untuk menjalaninya, itu sebabnya Allah menggunakan kalimat pasif, yaitu siapa yang mewajibkan ketentuan itu tidak disebutkan. Kita tahu yang mewajibkan itu Allah, tapi karena kemahalembutan dan kemahapemurahan Allah, maka seolah Allah tidak menampilkan asma-Nya sebagai Dia yang memberi perintah langsung secara jelas dan tegas. Ada kedekatan dan sekaligus saling pengertian, bahkan penghormatan ketika kalimat pasif yang digunakan. Ini hanya bisa disadari oleh mereka yang juga lembut hatinya. 

Lantas kapan Allah menggunakan diksi aktif, yaitu kataba? Kita dapati dalam QS al-An’am ayat 54

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang….” 

Allah telah menetapkan kewajiban atas diri-Nya sendiri, yaitu rahmah (kasih sayang). Diksi yang dipilih adalah kataba (kalimat aktif). Kata ini justru dipakai Allah ketika menetapkan kewajiban bagi Allah, dan tidak lain kewajiban itu berupa rahmah kepada kita semua.

Kesimpulannya, untuk kewajiban yang memberatkan hambaNya, Allah menggunakan redaksi pasif “kutiba ‘alaykum” (diwajibkan atas kalian) tanpa menyebut langsung siapa pemberi perintah. Terhadap diriNya sendiri, Allah menggunakan kalimat aktif “kataba ‘ala“, dan itu pun hasilnya berupa rahmah.

Dengan demikian baik kewajiban untuk kita maupun kewajiban yang Allah tetapkan sendiri untuk diri-Nya, entah menggunakan diksi aktif atau pasif, semuanya mencerminkan kemahalembutan dan kemahapemurahan Allah SWT. perintah puasa 

Subhanallah! Ini baru penjelasan dari pilihan diksi. Belum lagi bicara substansi perintah-Nya. Semoga penjelasan ini semakin menguatkan kita bahwa dibalik kesusahpayahan kita menjalani perintah-Nya untuk berpuasa di bulan Ramadan ini, ada kemahalembutan dan kasih sayang Allah kepada kita.

Allah Maha Lembut, Namun Allah juga Maha Keras azabnya, misal bagi mereka yang memilah milah ayat"Nya bak makanan prasmanan. Yang ini diambil yg lainnya didiamkan bahkan ditolak untuk diterapkan. 

"Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan". (TQS:2:85)

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (TQS:2:208) 

Sunnah Berbuka Puasa : Kurma Atau Kolak


Setiap bulan suci Ramadlan, kita selalu saja disuguhkan berbagai macam anggapan bahwa yang disunnahkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah kurma. Bukan kolak, bubur kacang ijo, serabi dan aneka panganan local lainnya sambil mempertentangkan dan saling mencibir.

Sebenarnya hal ini tidak perlu kita pertentangkan. Sebab, sudah jelas sekali bahwa secara fisik yang dilakukan Kanjeng Nabi adalah memakan kurma saja. Kanjeng Nabi tidak mengkonsumsi kolak, bubur kacang ijo, serabi dan aneka panganan lokal lainnya.

Mengapa Kanjeng Nabi memakan kurma…?

Jawabnya sangat simple : karena yang ada pada masa itu ya hanya kurma. Dalam hal ini, kurma dianggap sebagai buah lokal yang mudah didapat dan setiap saat ada, harga murah dan cerminan sederhana sesuai ciri khas perikehidupan Rasulullah.

Jika kita terapkan pada masa kini, dengan segala kerendahan hati, buah kurma sudah tidak memenuhi syarat tersebut. Sebab, bagi sebagian besar masyarakat kita kurma adalah buah impor, bukan buah segar lagi ( sudah awetan ), tidak mudah didapat, harga relatif mahal dan tidak “ sederhana ”.

Sedangkan yang lokal, murah, mudah didapat dan cerminan sederhana ya kolak, bubur kacang ijo, serabi dan aneka panganan lokal lainnya.

Jadi, ketika Kanjeng Nabi memberi teladan berbuka dengan buah kurma, maka bagi kaum Muslimin yang menterjemahkan tetep ingin berbuka dengan kurma sesuai fisik yang dikerjakan oleh Rasulullah tentu tidak salah.

Namun demikian, bagi kaum Muslimin yang berbuka dengan kolak, bubur kacang ijo, serabi dan panganan local lainnya juga tentu tidak salah, karena secara substansial memenuhi persyaratan dari dipilihnya kurma di jaman itu oleh Baginda Rasulullah SAW.

Intinya, mari kita hargai masing-masing pilihan. Tidak perlu membanding-bandingkan dan saling menghakimi.

Semoga puasa kita di tahun ini menjadi ridlo Gusti Allah..

Shollu ala Nabi Muhammad...

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...