Sebuah kisah yang terjadi pada
masa Sultan Salahuddin berkuasa, dimana setelah Beliau mengumumkan dan
memerintahkan agar seluruh kaum muslimin sedunia mengadakan Haflah / perayaan
maulid Nabi Muhammad SAW.
Di negaranya masing-masing pada
tahun 580 H, ada seorang saudagar kaya raya yang tinggal sebuah pemukiman
penduduk desa / qoryah disuatu lembah. Saudagar ini juga mendengar pengumuman
Sang Sultan agar kaum muslimin tiap tanggal 12 Rabiul awal mengadakan acara
maulid nabi dengan membaca shalawat nabi dan sejarahnya. Maka saudagar ini
sebelum tanggal 12 Rabiul awal pergi ke pasar sendiri dan belanja makanan dalam
rangka menjamu tamu saat diadakan peringatan maulid nabi dirumahnya dengan
mengundang tetangga kanan kirinya.
Tiap tahun dilakukan seperti itu,
saat ditanya pegawainya, kenapa harus kepasar sendiri, kenapa tidak menyuruh
pegawainya saja untuk pergi ke pasar belanja,
Saudagar itu menjawab, saya pergi
belanja kepasar sendiri, itu saya lakukan demi cinta saya pada nabi Muhammad
SAW
Pada suatu saat dia diuji oleh
Allah, dagangannya bangkrut, hartanya habis, bahkan untuk makan saja susah.
Dan menjelang tanggal 12 Rabiul
awal sebagaimana biasanya dia mengadakan peringatan maulid Nabi dirumahnya,
tahun itu dia tidak bisa lagi.
Suatu hari dia kelihatan bersedih
dan murung di kamar, rupanya ada hal besar yang dia sedang pikirkan. Melihat
wajah yang sedih itu, istrinya menghampirinya dan menenangkan jiwanya sambil
berkata : “ Kenapa Kakanda kelihatan murung dan ini tidak biasanya Kakanda
bersedih seperti ini, ada apa gerangan yang menjadikan Kakanda bersedih, apakah
Kakanda memikirkan harta kita yang habis ini…?
” Saudagar itu menjawab : “ Wahai
Adinda istriku tercinta, saya bersedih bukan karena memikirkan harta kita yang
habis, juga bukan karena tiap hari kita kekurangan makanan, tetapi saya
bersedih karena saya tahun ini tidak bisa mengadakan peringatan maulid nabi di
rumah kita, saya bersedih karena tidak bisa mengundang tetangga kanan kiri
untuk membacakan shalawat dan sejarah nabi Muhammad saw ”.
Istrinya yang shalehah itu
berkata : “ Wahai suamiku, bagaimana pendapat kakanda kalau saya gadaikan diri
saya untuk bekerja serabutan atau sebagai pembantu di rumah orang kaya
dikampung kita ini, dengan begitu saya akan dapat uang dan uang itu bisa
kakanda gunakan untuk mengadakan acara maulid nabi dirumah kita ”.
Suaminya menolak dan berkata : “ Jangan,
aku tidak rela kalau engkau yang bekerja, akan tetapi jika anak-anak kita yang
bekerja saya setuju ”.
Tiba-tiba anak-anaknya pada
datang dan menawarkan diri.
Rupanya anak-anaknya sejak tadi
menguping pembicaraan kedua orang tuanya ini.
Maka berangkatlah keluarga ini
kerumah orang kaya yang ada dikampung itu dan menawarkan salah satu anaknya
untuk bekerja selama satu tahun dengan syarat uang gajinya diberikan didepan.
Orang kaya itu setuju dan meminta anaknya yang paling besar uantuk bekerja di
rumahnya selama satu tahun dengan gaji 10 Dinar.
Selanjutnya uang itu dibawah ke
pasar dan belanja makanan, buah-buahan, gandum dan lain-lain. Setelah dirumah
bahan makanan itu dimasak dan pada tanggal 12 Rabiul Awal, dia mengundang
tetangga kanan kiri agar hadir di rumahnya untuk membacakan shalawat nabi
bersama-sama sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Rupanya tetangganya itu tidak ada
yang mau datang, ada yang alasan giginya sakit, ada yang beralasan ada
keperluan lain, intinya tidak ada orang yang mau datang sejak dia jatuh miskin
ini.
Maka bertambah sedihlah hati si
saudagar yang dulunya kaya ini. Dia pergi ke kampung sebelah juga tidak ada
yang mau.
Tapi pada saat dia berada
ditengah jalan diluar kampung, dia bertemu dengan sekelompok orang bersurban
putih-putih dan diantaranya ada salah seorang bersurban hijau.
Saudagar ini langsung menawari
agar mereka sudi mampir ke rumahnya untuk membacakan shalawat bersama-sama.
Sekelompok musafir ini bersedia, bahkan sambil berjalan menuju rumahnya
saudagar itu mereka bershalawat pada nabi SAW.
Sesampainya di rumah, saudagar
ini mengeluarkan hidangan untuk disuguhkan. Setelah dipersilahkan untuk
mencicipinya, para musafir hanya membuka tutupnya saja tapi tidak ada satupun
yang memakannya, lalu ditutup kembali.
Setelah beberapa saat para
musafir ini minta ijin untuk pergi melanjutkan perjalanannya dan tinggal
seorang. Betapa kagetnya saudagar ini saat melihat para musafir itu berjalan
beberapa langkah tiba-tiba hilang.
Maka salah seorang musafir yang
tinggal berkata : “ Saudagar…! Ketahuilah kenapa mereka tidak mau makan
hidanganmu…? Karena kami ini adalah malaikat yang mendapat perintah Allah untuk
menemuimu, sedangkan ada diantara kami yang berpakaian hijau itu adalah
Rasulullah SAW ”.
Setelah berkata begitu malaikat
itu juga mohon diri dan tiba-tiba hilang dari pandangan mata.
Hati keluarga ini benar-benar
tegang melihat kejadian ini dan betapa terkejutnya lagi setelah saudagar ini
membuka tutup hidangan yang disiapkan untuk tamu tadi, karena buah-buahan,
kue-kue dan makanan yang lain berubah menjadi emas murni yang mahal harganya.
Semua orang di keluarga ini
menangis dan sujud syukur atas pemberian Allah ini.
Maka menyebarlah berita ini ke
seantero negeri, bahkan Sultan Salahuddin sendiri sempat meninjau ke rumahnya
dan memerintahkan sebagian pasukannya untuk ikut menjaga harta saudagar ini
Selanjutnya dijualah sebagian kecil
dari emasnya itu dan uangnya dipergunakan untuk menebus anaknya yang digadaikan
dengan mempekerjakan selama satu tahun tadi.
Rupanya orang kaya yang
mempekerjakan anaknya itu tahu akan berita yang dialami saudagar ini, maka
anaknya itu dikembalikan begitu saja tanpa minta uang sepeserpun sebagai ganti
ruginya.
Subahanallah, semoga kisah ini
bermanfaat bagi kita semua, yang rindu akan hadirnya Rasulullah SAW disisi
kita.
No comments:
Post a Comment