Photo

Photo

Thursday, 23 May 2019

Nasihat Emas Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Ra


Hidup itu dipergilirkan. Setelah nikmat di puncak, seorang hamba akan dipergilirkan untuk merasakan ujian di dasar lembah nestapa. Terus seperti itu, hingga terbukti, manakah yang paling benar imannya.

Jika saat ini tengah mengalami nikmat, janganlah bersikap jumawa. Jangan besar kepala. Bersyukurlah kepada Allah Ta’ala agar nikmat semakin bertambah.

Sebaliknya, jika tengah mengalami musibah, jangan berkecil hati. Jangan berburuk sangka kepada Allah Ta’ala. Selalu ada hikmah di balik musibah. Tiada satu pun musibah yang dialami, kecuali Allah Ta’ala siapkan kebaikan yang banyak di dalamnya.

“ Anakku, ” ujar Syeikh Abdul Qadir al-Jailani menyampaikan nasihat bijak, “ musibah tidak datang untuk menghancurkanmu. Musibah hanya datang untuk menguji kesabaran dan keimananmu. ”

“ Musibah bagai ubupan bagi seorang hamba. ” Ialah tungku api yang digunakan oleh seorang pandai besi untuk memisahkan logam utama dari karat. “ Dia, ” lanjut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani mengacu pada orang-orang yang sedang mendapatkan musibah, “ bisa keluar dari ubupan sebagai emas atau keluar darinya sebagai sampah. ”

Jika musibah yang menimpa dihadapi dengan baik sangka dan senantiasa berada di dalam syariat-Nya, kesudahan bagi seorang hamba adalah kebaikan. Sebaliknya, jika musibah dihadapi dengan buruk sangka dan tindakan konyol berupa kekufuran, maka seorang hamba akan menjadi hama, sampah, karat, dan terjerumus ke dalam keburukan.

“ Ketahuilah, jika bukan karena musibah, manusia pasti bersikap sembarangan, sewenang-wenang, dan zalim. Maka Allah Ta’ala melindunginya ( hamba yang mendapat musibah ) dari semua itu dengan musibah. ” terang Syeikh Abdul Qadir al-Jailani sebagaimana dikutip oleh Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

Dengan musibah pula, Allah Ta’ala membersihkan kekotoran ruhani yang melekat dalam diri seorang hamba.

Sebagai akhiran, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan, musibah tidak selalu berbentuk keburukan. Bahkan, kebaikan pun bisa bermetamorfosis menjadi musibah jika tidak disikapi dengan bijak sebagaimana yang diperintahkan oleh syariat.

Syeikh Abdul Qadir mengakhiri nasihat emasnya ini dengan mengutip sebuah syair,

Sesekali Allah Ta’ala beri nikmat berupa musibah berat, Allah Ta’ala pun kadang uji seseorang dengan aneka nikmat.

Wallahu a’lam.

Shalawat Pembuka Hijab

Bismillah....

Shalawat Nabi menjadi salah satu Tawasul bagi perjalanan Ruhani. Bibir yang bergetar, lidah yang bergerak dan jantung yang berdetak akan senantiasa tersambung ke alam samawat / alam Ruhani ketika saat nama Nabi Muhammad SAW di ucap.

Maka banyak insan yang hendak menuju kepada Allah SWT atau di sebut wushul, maka peran Shalawat adalah hal utama yang mendampinginya.

Karna keparipurnaan Nabi tersebut menjadi jaminan bagi insan yang hendak bertemu dengan Yang Maha Paripurna. Tapi hal ini tidak lah mudah untuk menyelami keagungan Shalawat, karna setiap kata, huruf dan ucap mengandung atmosfir Ruhani yang sangat dahsyat dan kuat.

Ketika hijab kegelapan telah tersingkap maka nur cahaya Ilahi akan merasuk dan meresap serta menerangi hati. Dan maka nyata dan tampak lah rahasia rahasia Ilahi melalui bshirotul qolbu. Yang utama adalah menyingkirkan segala prasangka diri dalam hati dan pikiran secara syuhud atau memandang Ke-Esaan Wujud Allah melalui Bashirotul Qolbu atau mata hati / batin.

Dalam mempelajari ilmu terkadang banyak kegagalan dan sukar dalam mempelajari nya. Tapi bukan berarti Allah pelit dengan ilmu, tapi apalah arti sebuah gelas untuk menampung sebuah samudra..

Semoga menjadi motivasi dalam bershalawat .

Sholawat Itu Unik, Tetap Sah, Mustajab, Dan Sampai, Meskipun Salah Baca, Ataupun Tidak Sesuai Kaidah Tata Bahasa



ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪ

" Kisah Penjual Halwa ( Manisan ) Yang Sholawatnya Terdengar Di Makam Baginda Sayyidina Muhammad  "

Dikisahkan di kota Aden, ada seorang pedagang Halwa (manisan), beliau sering dan suka bersholawat kepada Nabi Muhammad .

Setiap ia memanggil pelanggan, ia berkata :
* ﺣَﻠْﻮَﻯ ﺣَﻠْﻮَﻯ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲ *
“ HALWA... HALWA... SHOLLU ‘ALAAN NABIY ”

Artinya : MANISAN... MANISAN... BERSHOLAWATLAH KEPADA NABI .

Kebetulan ia mengontrak disuatu kios dan sang pemilik kios ini tidak suka bersholawat dan paling benci siapa saja yang mengatakan itu.

Dalam beberapa hari pemilik kios itu makin tidak suka kepada pedagang itu dan ingin mengusirnya dari rumah yang dikontrakkannya. Akan tetapi, sebelum niat itu terwujud, Allah memberikan rezeki kepada pemilik kios itu untuk pergi Umroh.

Sang pemilik kios pun melaksanakan umroh di Mekkah dan diteruskan berziarah ke makam Sayyidina Muhammad di Madinah.

Sesampainya di makam Sayyidina Muhammad , ia mendengar perkataan sang pedagang, yaitu :
ﺣَﻠْﻮَﻯ ﺣَﻠْﻮَﻯ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲ
“ HALWA... HALWA... SHOLLU ‘ALAAN NABIY ”

Lalu tiba-tiba ia menangis saat mendengar kata-kata itu didepan makam Sayyidina Muhammad .

Ia langsung pulang ke kota Aden dan meminta maaf kepada pedagang itu dan ingin terus mendengar ia bersholawat kepada Sayyidina Muhammad , kemudian ia berkata : “ Aku mendengar sholawatmu didepan makam Sayyidina Muhammad .
* ﺣَﻠْﻮَﻯ ﺣَﻠْﻮَﻯ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲ *
“ HALWA... HALWA... SHOLLU ALAAN NABIY ”

Lalu si pedagang itu tersenyum dan bergembira. Sang pemilik kios pun memeluk si pedagang tersebut sambil meneteskan air mata.

Tausyiah Al Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan di Palembang tahun 2000, saat Haul As Sayyidina As Syekh Abu Bakar bin Salim Rahimahullah..

Shollu 'Alaan Nabiy...

Maasya Allah Laa Quwwata Illaa Billah..

۞ ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ۞

DIAM-DIAM, ORANG YANG KAMU ANGGAP TEMAN BISA JADI SENANG MELIHATMU GAGAL

  Tidak semua tepuk tangan adalah tanda dukungan. Ada tepuk tangan yang sesungguhnya penuh ironi, dilakukan hanya untuk menutupi rasa iri ya...