Photo

Photo

Thursday, 31 July 2025

Perintah Kaisar Naga : 5256 - 5260

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5256-5260




Itu Heaven Zhao, pria yang dia temui di gerbang kota!


Orang itu menyuruhnya datang kepadanya jika dia punya masalah, dan dia memperlakukan dirinya seperti adik laki-lakinya.


Bukankah sekarang saat yang tepat untuk menggunakan nama Heaven itu?


Maka, Dave perlahan mengucapkan sebuah nama: "Heaven Zhao, apakah kau mengenalnya?"


"Heaven Zhao?"


Ekspresi pria paruh baya itu tiba-tiba berubah setelah mendengar nama itu, dan sedikit ketakutan terpancar di matanya.


Di Kota Suci Pedang dan sekitarnya, Heaven Zhao dikenal sebagai pembuat onar. Mengandalkan ayahnya, Penguasa Kota Yu, ia bertindak arogan dan mendominasi, dan kekuatannya sangat besar. Pasukan biasa tidak berani memprovokasinya.


Melihat perubahan ekspresi pria paruh baya itu, Dave mengerti dan melanjutkan, "Heaven Zhao dan aku bersaudara. Menurutmu apa yang akan dia lakukan jika tahu aku disakiti olehmu?"


Wajah pria paruh baya itu berubah. Dia memang agak takut pada Heaven, tetapi Gedung Informasi telah beroperasi di Kota Pedang Suci selama bertahun-tahun dan memiliki dukungan yang kuat. Jika dia membiarkan Dave dan yang lainnya pergi begitu saja, bukankah itu akan menjadi bahan tertawaan jika kabar itu tersebar?


Dia menggertakkan gigi dan berkata, "Kalaupun kau kenal Heaven Zhao, lalu kenapa? Ini Kota Pedang Suci, bukan wilayah ayahnya!"


"Bunuh satu nyawa, bayar satu nyawa. Hutang harus dibayar. Kau telah membunuh seseorang, jadi kau harus tetap tinggal! Kau ingin menyelamatkan nyawamu, kau bisa membayar batu peri yang cukup sebagai kompensasi. Kalau tidak, jangan pernah berpikir untuk pergi!"


Jelas dia bertujuan untuk menghindari menyinggung Heaven terlalu dalam sambil tetap menjaga harga dirinya, dia hanya menuntut kompensasi.


Dave menatapnya dan berkata perlahan, "Akan ku katakan lagi. Aku adik Heaven Zhao. Jika kau tahu apa yang terbaik untukmu hari ini, kembalikan satu juta batu peri itu dan minta maaf. Mungkin masalah ini bisa dihentikan."


"Jika tidak, ketika kakak laki-lakiku tiba, aku khawatir kau tidak akan bisa menyelamatkan Gedung Informasimu, apalagi ganti rugi. Dia pemarah dan bahkan mungkin akan merobohkannya."


"Daannccook... Bocah... Kau berani mengancam ku ?"


Pria paruh baya itu murka mendengar kata-kata Dave. Ia merasa Dave memanfaatkan Heaven untuk menakut-nakutinya. Jika ia benar-benar takut, bukankah ia akan terlihat seperti pengecut?


" Hahahaha...."

Ia tertawa terbahak-bahak. "Heaven Zhao? Dia bukan siapa-siapa! Apa kau benar-benar berpikir Gedung Informasiku dibangun dengan intimidasi? Belum lagi dia tidak datang, kalaupun ayahnya datang, kau tidak akan bisa lepas hari ini!"


Begitu ia selesai berbicara, sebuah suara yang mendominasi menggema dari luar Gedung Informasi: "Siapa bilang aku bukan siapa-siapa?!"


Sebelum ia selesai berbicara, sesosok tubuh menyerbu masuk seperti badai. Sosok itu adalah Heaven Zhao.


Ia diikuti oleh beberapa anak buah, semuanya tampak mengancam.


Heaven melihat Dave dan Matt hu yang terkepung, lalu mayat di tanah, dan mencibir, "Apa urusannya bagiku? Itu hanya membunuh gadis kecil seperti itu! Beraninya Gedung Informasi-mu mengganggu adikku?"


Heaven langsung menghampiri Dave dan menepuk pundaknya. "Adik kecil, kau baik-baik saja? Aku akan menghancurkan siapa pun yang berani menindasmu!"


Wajah pria paruh baya itu langsung memucat ketika melihat Heaven mendekat. Kesombongannya lenyap, dan ia tergagap, "Tuan Zhao, ke-kenapa kau di sini?"


Heaven meliriknya dari samping. "Kenapa kalau aku di sini... Ayolah, bukankah adikku akan diganggu sampai mati olehmu, dasar breng-sek? Bukankah kau baru saja bilang aku bukan siapa-siapa?"


Pria paruh baya itu segera menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya: "Tidak... Bukan itu yang kukatakan, Tuan Muda Zhao, kau pasti salah dengar. Beraninya aku mengatakan itu..."


"Ndas mu... tua bangke... Omong kosong!" teriak seorang antek di belakang Heaven. "Kami mendengarnya dengan jelas di luar tadi. Tua bangka, kaulah yang mengatakannya!"


Heaven melangkah maju, menatap tajam pria paruh baya itu: "Kau tidak berani bertanggung jawab atas perbuatanmu? Kurasa kau takkan bisa menjaga Gedung Informasi ini!"


Sebelum ia selesai bicara, ia tiba-tiba menyerang secepat kilat, mengenai dada pria paruh baya itu.


Pria paruh baya itu tak sempat bereaksi. Dengan bunyi gedebuk pelan, ia terlempar mundur seperti layang-layang yang talinya putus, menghantam dinding dengan keras. Ia memuntahkan darah, dan jelas ia sudah mati.


Para penjaga yang mengelilingi Gedung Informasi memucat ketakutan. Mereka mencoba melangkah maju, tetapi terintimidasi oleh kehadiran Heaven yang mengesankan dan tidak berani bergerak.


Heaven bertepuk tangan dan berseru dengan arogan, "Masih ada yang membangkang? Berani menyentuh adikku, dan inilah akibatnya! Hari ini aku akan merobohkan gedung kumuh ini. Mari kita lihat siapa yang berani begitu buta!"


Dave juga tercengang oleh arogansi Heaven. Orang ini bahkan lebih sombong daripada dirinya sendiri.


"Lakukan!"


Heaven melambaikan tangannya, hendak memanggil anak buahnya untuk mulai menghancurkan gedung itu.


Saat ini, sebuah suara menyeramkan terdengar dari kedalaman Gedung Informasi: " Bocah laknat.... Sombong sekali! Beraninya kau bertindak sembrono di Gedung Informasiku? Apa kau benar-benar berpikir aku tidak ada?"


Saat suara itu terdengar, seorang wanita gemuk perlahan muncul.


Dia gemuk, wajahnya penuh lemak, wajahnya merapat, membuatnya tampak sangat jelek, membuatnya sulit untuk menengok.


Namun aura yang terpancar darinya sangat kuat, menunjukkan tingkat kultivasi alam Manusia Abadi tingkat tujuh.


Heaven mengangkat alisnya saat melihat wanita ini. "Siapa kau? Beraninya kau ikut campur dalam urusan Kakek Zhao?"


Wanita gemuk itu mencibir, "Aku pemilik gedung informasi ini, yang dikenal sebagai Fat Lady. Heaven Zhao, ayahmu adalah Penguasa Kota. Beraninya kau bertindak begitu lancang di Kota Suci Pedangku? Apa kau benar-benar berpikir tidak ada yang bisa menghentikan mu ?"


Heaven berkata dengan nada menghina, "Dasar wanita gembrot aneh... jelek, beraninya kau menyombongkan diri di sini? Ayahku adalah Penguasa Kota. Beraninya kau menyentuhku? Percaya atau tidak, ayahku akan memimpin pasukannya untuk merobohkan gedung kumuh mu ini!"


"Hah... Penguasa Kota?"


Sedikit sarkasme terpancar di mata wanita gemuk itu. "Di mataku, tidak ada Penguasa Kota yang hebat! Bahkan jika ayahmu datang, aku akan melawannya!"


Begitu ia selesai berbicara, wanita gemuk itu bergerak.


Meskipun badannya sangat berat, kecepatannya tak membagongkan. Dia seperti bola daging, menyerang Heaven.


Wajah Heaven menjadi gelap, dan ia segera mengerahkan energi spiritualnya untuk melawan. Namun, tingkat kultivasinya hanya berada di tingkat kelima Alam Manusia Abadi, jauh berbeda dari wanita gemuk itu. Ia bukan tandingannya.


Wuuzzzz....

Ledakan! 

Ledakan! 

Duaaaarrrr....


Serangkaian  teredam terdengar, dan Heaven mundur berulang kali, berulang kali dihantam pukulan dan menjerit kesakitan.


Setelah beberapa gerakan, ia ditendang di dada oleh wanita gemuk itu, terpental mundur dan mendarat dengan keras di lantai, menyemburkan darah dan nyaris tak bernapas. Ia jelas telah dipukuli hingga hampir mati.


Wanita gemuk itu berjalan menghampirinya, mengangkatnya seperti ayam, dan melemparkannya keluar dari Gedung Informasi. Ia berkata dengan dingin, "Kembalilah dan beri tahu ayahmu bahwa jika kau berani membuat masalah lagi, itu tidak akan semudah ini !"


Setelah berurusan dengan Heaven, wanita gemuk itu berbalik, tatapannya tertuju pada Dave dan Matt hu seperti ular berbisa. Ia berkata dengan sinis, "Saya sudah berurusan dengan satu orang bodoh, hei bocah laknat... sekarang giliranmu. Kau membunuh seseorang dari Gedung Informasiku, dan kau masih mengharapkan bantuan orang lain? Naif sekali!"


Kaki Matt hu lemas karena ketakutan. Wanita gemuk itu terlalu kuat. Bahkan Heaven pun terluka parah dengan mudah, jadi mereka berdua mungkin bukan tandingannya.


Namun, Dave tetap tenang, menggenggam pedangnya erat-erat, siap menghadapi serangan wanita gemuk itu.


Ia tahu ia tidak bisa menghindari pertempuran ini hari ini.


Wanita gemuk itu menatap Dave, senyum kejam tersungging di bibirnya. "Bukankah kau tadi banyak bicara? Kenapa kau diam saja? Murid Sekte Pedang? Kakak Heaven Zhao? Semua itu tak penting bagiku! Apa kau siap membayar dengan nyawamu?"


Ia maju ke arah Dave, auranya semakin kuat. Udara di aula terasa membeku, membuatnya sulit bernapas.


Para kultivator di sekitarnya menahan napas, menyaksikan pemandangan menegangkan ini, ragu apakah Dave dan dua lainnya bisa lolos.


Sosok wanita gemuk itu mendekat seperti hantu, membawa tekanan luar biasa dari Dewa alam Manusia Abadi tingkat tujuh. Udara terasa berdesir saat ia menerkamnya.


Telapak tangannya yang montok, yang telah berubah menjadi seukuran kipas daun palem, menghantam wajah Dave dengan embusan angin. Gerakannya sederhana dan lugas, namun mengandung kekuatan yang cukup kuat untuk menghancurkan logam dan batu.


"Mencari kematian!"


Mata Dave berkilat dingin, dan energi spiritualnya bersirkulasi tanpa hambatan, aura Alam Dispersi keabadian Negeri Peri tingkat tujuhnya meningkat tajam.


Ia tahu jurang di antara alam mereka selebar jurang yang sangat lebar, tetapi kini tak ada jalan mundur; hanya pertarungan sampai mati yang tersisa!


Ia menyerang dengan Pedang Pembunuh Naga, kilatan cahaya pedang yang cemerlang bagai meteor yang menembus malam, menebas telapak tangan raksasa wanita gemuk itu.


Serangan ini memadatkan seluruh energi dan semangatnya, kekuatannya menusuk dan membawa tekad yang tak tergoyahkan.


"Hah... Seekor semut yang mencoba mengguncang pohon!" Bibir wanita gemuk itu melengkung jijik. Telapak tangannya, bagaikan kipas daun palem, bahkan tak menghindar, melainkan menghantam langsung ke arah cahaya pedang.


Wuuzzzz...

Bang!

Jegeerrrrrr...


Pedang dan telapak tangan saling beradu dengan suara gemuruh yang memekakkan telinga.


Gelombang udara dahsyat menyebar dari mereka berdua. Para kultivator di sekitarnya memucat, buru-buru menyalurkan energi spiritual mereka untuk melawan. Beberapa kultivator yang kurang mahir bahkan terdorong mundur, wajah mereka dipenuhi kengerian.


Dave merasakan gelombang kekuatan yang luar biasa memancar dari pedang itu. Lengannya mati rasa, ruas-rusa jarinya retak, dan darah mengalir deras.


Ia merasa seperti ditabrak monster yang melaju kencang. Ia terhuyung mundur puluhan langkah sebelum akhirnya berhasil menstabilkan diri. Rasa asin dan manis menyergap tenggorokannya, dan ia hampir memuntahkan seteguk darah, yang ia telan kembali dengan paksa.


"Hei bocah... Hanya itu yang mampu kau lakukan?"


Wanita gemuk itu mencibir, serangannya tak tergoyahkan. Dalam sekejap, ia mendekati Dave lagi, tangannya yang lain menyapu dengan suara siulan, berniat menghancurkannya dengan satu pukulan. 


Para kultivator di sekitarnya berseru:


"Sudah berakhir! Pemuda ini dalam masalah!"


"Bagaimana mungkin seorang Dewa alam Manusia Abadi kelas tujuh dikalahkan oleh seorang biksu alam Dispersi keabadian Negeri Peri?"


"Sayang sekali! Dia tangguh, tulang nya kuat, tetapi perbedaan kekuatannya terlalu besar."


Mata Matt hu memerah karena cemas. Ia mencoba melangkah maju untuk membantu, tetapi dihentikan oleh beberapa penjaga Gedung Informasi. Ia hanya bisa menyaksikan tanpa daya ketika telapak tangan besar wanita gemuk itu hendak mendarat di Dave, meraung frustrasi.


Pada saat kritis ini, kilatan kegilaan melintas di mata Dave. Alih-alih mundur, ia maju, memutar tubuhnya untuk menghindari titik vital. 


Pada saat yang sama, Pedang Pembunuh Naga di tangannya, seperti ular roh yang muncul dari gua, menusuk ketiak wanita gemuk itu dengan sudut yang luar biasa.


Serangan ini sangat licik; Ia bertekad melukai musuh bahkan dengan risiko menerima pukulan!


Wanita gemuk itu jelas tidak menyangka keganasan Dave. Sekilas keterkejutan terpancar di matanya. Ia mencoba menangkis dengan telapak tangannya, tetapi sudah terlambat, sehingga ia hanya bisa memutar tubuhnya.


Swish!


Pedang itu berkilat. 


Meskipun meleset dari titik vital, pedang itu tetap menggores lengan wanita gemuk itu, membuat darah mengucur deras.


"Bangsat... Mencari kematian!"


Wanita gemuk itu murka. Seorang kultivator tingkat tujuh di Alam Dispersi keabadian Negeri Peri tidak hanya menangkis dua serangannya tetapi juga melukainya. Ini sungguh penghinaan!


Ia meraung, serangannya menjadi semakin ganas. Telapak tangannya beterbangan, menutup semua jalur pelarian Dave. Setiap serangan membawa kekuatan yang menghancurkan.


Dave menggertakkan giginya, mengandalkan kelincahan dan tekadnya yang kuat untuk menahan serangan gencar wanita gemuk itu.


Luka-luka baru terus terbentuk di sekujur tubuhnya, darah membasahi pakaiannya. Ia tampak berantakan, tetapi matanya semakin cerah, memancarkan tekad yang tak tergoyahkan dan tekad yang tak kenal lelah.


Klang! 


Klang! 


Klang!


Suara benturan senjata tak henti-hentinya. Setiap kali terjadi benturan, darah Dave melonjak, lukanya semakin parah. Namun, ia selalu menemukan secercah harapan dalam situasi putus asa dan bertahan.


Satu, dua, tiga... sepuluh jurus!


Dave benar-benar berhasil menahan sepuluh jurus dari Fat Lady!


Hasil ini mengejutkan semua orang, termasuk para penjaga Gedung Informasi.


Tak seorang pun dari mereka menyangka bahwa seorang kultivator tingkat tujuh di Alam Dispersi keabadian Negeri Peri dapat bertahan begitu lama melawan seorang Dewa alam Manusia Abadi tingkat tujuh. Ini di luar pemahaman mereka!


"Ini... bagaimana mungkin?"


"Seorang biksu Dispersi keabadian Negeri Peri kelas tujuh, mampu melawan Dewa Alam Manusia Abadi kelas tujuh selama sepuluh jurus tanpa terkalahkan? Anak ini monster!"


"Mengerikan sekali! Dengan ketangguhan dan kemampuan bertarung seperti itu, masa depannya tak terbatas!"


Obrolan di sekitar mereka semakin keras, dan tatapan mereka ke arah Dave dipenuhi keterkejutan dan kekaguman.


Jurus kesebelas!


Telapak tangan besar wanita gemuk itu akhirnya menembus pertahanan Dave, menghantam dadanya dengan keras.


Wuuzzzz..

"Puff!"


Dave, terpukul keras, menyemburkan darah. Tubuhnya terlempar mundur seperti layang-layang yang talinya putus, menghantam dinding dengan keras dan jatuh, hidup atau matinya tak menentu.


"Saudara Dave!" Mata Matt hu memekik sedih. Ia berjuang mati-matian untuk maju, tetapi ditahan oleh para penjaga.


Wanita gemuk itu terengah-engah, menatap Dave yang terkapar, dengan ekspresi rumit di matanya.


Ia tak menyangka akan bersusah payah menangkap seorang biksu alam Dispersi keabadian Negeri Peri tingkat tujuh, bahkan saat ini dia juga terluka, yang justru membuatnya semakin terlihat buruk rupa. Ia melangkah mendekati Dave, jelas berniat membunuhnya.


Saat ini, sebuah suara memerintah terdengar dari luar Gedung Informasi: "Berhenti!"


Semua orang melihat ke arah suara itu dan melihat sekelompok kultivator berpakaian Sekte Pedang bergegas masuk, dipimpin oleh Syllabus Mo.


Xavia mengikutinya, dan saat melihat Dave terbaring di tanah, wajahnya langsung memucat.


Tatapan Syllabus Mo menyapu Fat Lady yang terluka, pemandangan Dave terbaring di lantai, hidup atau matinya tak menentu, dan kekacauan di sekitarnya. Tatapannya langsung berubah dingin.


"Nona Fatty, sungguh sosok yang berwibawa!"


Suara Syllabus Mo tenang, namun mengandung tekanan yang tak terbantahkan. "Bagaimana mungkin seorang murid Sekte Pedang diperlakukan seperti ini di Gedung Informasi Anda?"


Wajah Fat Lady sedikit berubah saat melihat Syllabus Mo.


Ia tentu pernah mendengar reputasi Syllabus Mo; ia adalah salah satu guru terbaik Sekte Pedang, dengan kekuatan yang tak terduga. Meskipun keduanya berada di Alam Manusia Abadi, ia tidak sepenuhnya yakin bisa mengalahkannya.


Namun, saat ini, ia berada di atas angin dan tentu saja tidak akan menunjukkan kelemahan.


"Rekan Taois Mo, murid Anda melakukan pembunuhan di Gedung Informasi saya. Apakah ada salahnya saya memberinya pelajaran?" tanya Fat Lady itu dingin.


"Pembunuhan?"


Syllabus Mo mendengus. "Saya yakin pasti ada alasannya. Meskipun murid saya masih muda, ia bukan orang yang akan membantai orang tak bersalah. Saya pikir lebih baik lupakan saja masalah ini. Sekte Pedang bersedia mengganti kerugian yang Anda derita akibat Gedung Informasi Anda. Bagaimana dengan sepuluh ribu batu peri?"


Ia tidak ingin mempermasalahkannya. Lagipula, ini Gedung Informasi, bukan wilayah Sekte Pedang.


Mendengar ini, bibir wanita gemuk itu melengkung sinis. "Rekan Taois Mo, apa kau memperlakukanku seperti pengemis? Gedung Informasiku kehilangan bukan hanya seorang pelayan, tapi juga reputasi kami! Sepuluh ribu batu peri? Tidak cukup!"


"Lalu berapa yang diinginkan Anda?" tanya Syllabus Mo dengan sabar.


"Satu juta batu peri!" Kata Fat Lady dengan keras. "Juga, jika anak ini bersujud dan mengakui kesalahannya, aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni nyawanya!"


"Kau keterlaluan!" Xavia tak kuasa menahan diri untuk berteriak.


Bahkan setelah Dave dipukuli habis-habisan, wanita gemuk itu masih mengajukan permintaan yang begitu keterlaluan.


Wajah Syllabus Mo menggelap. "Apakah Gedung Informasi bertekad untuk menjadikan Sekte Pedangku musuh?"


"Oh... Lalu kenapa?"


Fat Lady tak kenal takut. "Rekan Taois Mo, jangan berpikir bahwa hanya karena Sekte Pedangmu terkenal, Gedung Informasiku takut padamu."


"Hari ini, lakukan apa yang kukatakan, atau jangan salahkan aku karena bersikap kasar!"


"Oke, bagus sekali!" Syllabus Mo mengangguk, tatapan tajam terpancar di matanya. "Karena kau tidak mau membantuku, aku harus meminta saranmu!"


Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, Syllabus Mo bergerak. Sosoknya berkelebat, dan aura yang bahkan lebih kuat daripada aura Fat Lady terpancar. Di tangan nya, sebuah pedang panjang kuno muncul. 


Dengan kilatan cahaya, pedang itu melesat ke depan dengan momentum yang dahsyat, menusuk Fat Lady.


"Tepat waktu!" Melihat ini, Fat Lady, tanpa basa-basi lagi, mengayunkan telapak tangannya yang besar untuk menghadapi serangan itu.


Wuuzzzz...

Dentang!


Pedang dan telapak tangan saling beradu, menghasilkan benturan yang lebih keras. 


Hembusan udara yang dahsyat menyebar lagi, kali ini membuat banyak kultivator yang lebih lemah terpental. Retakan muncul di dinding Gedung Informasi.


Kedua master itu langsung terlibat dalam pertempuran sengit!


Ilmu pedang Syllabus Mo sangat indah, sangat lincah dan anggun, seperti antelop yang menggantungkan tanduknya, tanpa meninggalkan jejak; di lain waktu, ganas dan mendominasi, seperti petir, tak terhentikan. 


Setiap serangan dipenuhi dengan pemahaman mendalam tentang jalan pedang, membuat darah para murid Sekte Pedang di sekitarnya mendidih.


Serangan Wanita Gemuk itu kuat dan dahsyat, memanfaatkan kultivasi alam Manusia Abadi dan fisiknya yang tangguh untuk melawan ilmu pedang Syllabus Mo.


Setiap serangannya membawa kekuatan luar biasa yang mengguncang udara.


Kedua orang itu bertarung bolak-balik, pertempuran mereka menggelapkan langit dan bumi, melenyapkan cahaya matahari dan bulan.


Kilatan pedang dan bayangan telapak tangan saling bertautan, raungan tanpa henti memenuhi udara. Meja, kursi, dan bangku di dalam gedung informasi hancur berkeping-keping, dinding runtuh, dan seluruh bangunan berada di ambang kehancuran.


Para kultivator di sekitarnya telah mundur ke luar, menyaksikan pertarungan para master tingkat atas dari jauh, wajah mereka dipenuhi keterkejutan.


"Ya Tuhan! Apakah ini duel antara para master Alam Manusia Abadi tingkat atas? Mengerikan!"


"Senior Mo benar-benar sesuai dengan reputasinya; ilmu pedangnya luar biasa!"


"Fat Lady juga bukan kaleng-kaleng. Kekuatan fisiknya luar biasa; dia bahkan berhasil menahan serangan pedang Senior Mo secara langsung!"


Pertarungan itu berkecamuk untuk waktu yang lama. Seperti yang dikatakan, keduanya bertarung dalam tiga ratus jurus penuh!


Setelah tiga ratus jurus, keduanya kehabisan napas dan terluka.


Pakaian Syllabus Mo robek di beberapa tempat oleh telapak tangan wanita gemuk itu, dan sedikit darah menempel di sudut mulutnya.


Kondisi wanita gemuk itu pun tak jauh lebih baik. Pedang itu telah mengoyak tubuhnya dengan beberapa luka yang dalam, cukup dalam hingga tulangnya terlihat. Darah menetes, dan napasnya agak tersengal-sengal.


Jelas bahwa pertempuran ini telah menguras tenaga mereka berdua.


"Syllabus Mo, kekuatanmu memang hanya sebatas itu!"


Wanita gemuk itu terengah-engah, matanya berbinar-binar penuh semangat. "Hari ini, biarkan aku menyaksikan kekuatan sejati sekte pedangmu!"


Setelah itu, auranya melonjak kembali, jelas bersiap untuk melepaskan jurus terkuatnya.


Wajah Syllabus Mo muram, tahu ia hampir mencapai batasnya.


Tubuh wanita gemuk itu terlalu tangguh. Meskipun ilmu pedangnya luar biasa, hampir mustahil untuk mengalahkannya sepenuhnya.


"Rasakan jurus terakhirku! Tarian Iblis Darah!" Fat Lady meraung, dan darah yang mengalir dari lukanya tiba-tiba mendidih, berputar-putar di sekujur tubuhnya dalam aliran udara semerah darah.


Sosoknya tampak membengkak, menjadi semakin mengerikan.


"Gawat!" Syllabus Mo bergidik. Ia bisa merasakan kekuatan mengerikan yang terkandung dalam serangan ini, dan tak berani gegabah. 


Ia memusatkan seluruh energi spiritualnya pada pedang panjangnya dan berbisik, "Teknik Rahasia Sekte Pedang, Semua Pedang Kembali ke Sekte!"


Seketika, energi pedang tajam yang tak terhitung jumlahnya meletus dari tubuhnya, menyatu di udara menjadi bayangan pedang raksasa. Dengan kekuatan dahsyat, bayangan itu menebas ke arah wanita gemuk itu.


Udara semerah darah dan bayangan pedang raksasa itu bertabrakan dengan suara gemuruh yang menggelegar!


Wuuzzzz...

Boom!

Duaaaarrrr...


Suara gemuruh yang menggelegar dan mengguncang bumi bergema, dan seluruh Kota Suci Pedang tampak berguncang.


Badai energi dahsyat menyebar, meratakan gedung informasi hingga rata dengan tanah. Bangunan-bangunan di sekitarnya juga terdampak, menyebabkan banyak bangunan runtuh.


Awan debu tebal memenuhi udara, mengaburkan pandangan semua orang.


Para kultivator di sekitarnya menahan napas, menatap tajam ke pusat awan, ingin tahu hasil duel mengerikan ini.


Setelah beberapa saat, asap berangsur-angsur menghilang.


Di arena, Syllabus Mo dan wanita gemuk itu muncul kembali di hadapan semua orang.


Syllabus Mo bersandar pada pedangnya, wajahnya sepucat kertas, darah mengucur dari sudut mulutnya. Auranya sangat lemah, jelas terluka parah dan tidak mampu bertarung lagi.


Bersambung....


Pernah gak sih kamu ngerasa udah ngasih semuanya, tapi dia kayak gak pernah benar-benar peduli....

" Cinta Itu Butuh Dua Arah..."


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)


Terima Gajih...☺️





.

Perintah Kaisar Naga : 5253 - 5255

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5253-5255



Namun, tepat ketika kesadaran ilahinya mencapai tepi Istana Dao Hitam di dalam lembah, niat membunuh yang ganas tiba-tiba menguncinya!


"Seseorang sedang memata-matai!" 


Sebuah teriakan tajam menggema dari dalam lembah, diikuti oleh beberapa aura kuat yang membubung ke langit dengan kecepatan yang mencengangkan, langsung menuju tempat persembunyian mereka!


"Oh sial! Kita ketahuan!"


Wajah Dave berubah, dan ia tiba-tiba menarik kembali kesadaran ilahinya, menarik Matt Hu menjauh dan berlari. 


"Mundur!"


Hampir saat mereka bergerak, beberapa cahaya iblis hitam legam menghantam lembah tempat mereka bersembunyi, menghancurkan batu-batu besar dan memenuhi udara dengan asap dan debu.


"Tangkap mereka!"


"Berani beraninya memata-matai di luar Lembah Angin Hitam? Kalian sedang mencari mati!"


Puluhan kultivator iblis menyerbu keluar dari lembah, dipimpin oleh seorang kultivator Manusia Abadi tingkat lima. Wajahnya ganas, dan ia bergerak dengan kecepatan luar biasa, memperpendek jarak di antara mereka dalam sekejap.


Dave dan Matt Hu tak berani berhenti, melesat hingga kecepatan maksimum, melesat menuju Kota Suci Pedang.


Para kultivator iblis di belakang mereka tak henti-hentinya mengejar, melepaskan rentetan mantra ganas dan senjata tersembunyi, memaksa mereka ke dalam situasi berbahaya.


"Daanccookk.... Bajingan-bajingan ini sangat cepat!"


Matt Hu menghindar, mengumpat dengan geram. Berbalik, ia melemparkan beberapa jimat, yang meledak menjadi semburan api, menghentikan sementara para pengejar.


Dave, dengan saksama merasakan kehadiran di belakangnya, terus-menerus menyesuaikan arahnya dan memanfaatkan medan untuk menghindari serangan.


Ia diam-diam berterima kasih pada dirinya sendiri karena terburu-buru, kalau tidak, ia pasti sudah dikepung musuh, tak bisa melarikan diri.


Mereka berdua berpacu tanpa henti. Berkat keakraban mereka dengan arah Kota Pedang Suci dan kemampuan menghindar Dave yang lihai di saat-saat genting, mereka akhirnya, setelah menderita beberapa luka ringan, berhasil menerobos gerbang kota.


Para kultivator iblis mengejar mereka hingga ke gerbang kota, tampak waspada dan tidak berani memasuki Kota Pedang Suci. Mereka hanya bisa mengumpat dengan marah di luar sebelum pergi dengan gusar.


Dave dan Matt Hu bersandar di tembok kota, terengah-engah, tubuh mereka basah kuyup oleh keringat, wajah mereka masih terukir sedikit keterkejutan.


"Sialan, aku hampir terbunuh di sana!"


Matt Hu menyeka debu dari wajahnya, wajahnya masih gemetar.


Saat ini, sesosok yang familiar bergegas mendekat. Itu adalah Xavia.


Melihat kedua pria itu yang tampak terengah-engah, ia terkejut. "Kakak Senior Chen, Tuan Hu, bagaimana kalian bisa sampai seperti ini?"


Dave menarik napas dan menceritakan kejadian itu secara singkat.


Ekspresi Xavia sedikit berubah setelah mendengar ini. "Aku senang kau baik-baik saja. Ikutlah denganku! Guru ingin bertemu denganmu."


Keduanya mengikuti Xavia dan kembali ke halaman Syllabus.


Syllabus sedang menyesap teh di meja batu. Melihat mereka masuk, ia meletakkan cangkirnya, melirik mereka, dan berkata dengan tenang, "Jadi, kalian pergi ke Lembah Angin Hitam?"


"Benar, Senior."


Dave membungkuk, "Tapi sepertinya ada yang salah di Lembah Angin Hitam."


Dave menceritakan semua temuannya kepada Syllabus, termasuk perbedaan antara aura para kultivator iblis dan aura Istana Dao Jahat, dan bagaimana mereka diburu setelah ditemukan.


Syllabus mengangguk. "Seperti yang diduga, Lembah Angin Hitam tidak mungkin merupakan cabang dari Istana Dao Jahat."


"Kenapa?" tanya Dave.


"Para kultivator iblis di Lembah Angin Hitam berasal dari garis keturunan Iblis Darah. Metode kultivasi mereka mengandalkan menghisap darah kultivator lain untuk meningkatkan kemampuan mereka. Metode mereka brutal, tetapi sangat berbeda dengan fokus Istana Dao Jahat pada pemurnian jiwa."


Syllabus menjelaskan, "Lebih lanjut, garis keturunan Iblis Darah dikenal karena sifatnya yang keras dan pendendam. Kau beruntung bisa lolos dari cengkeraman mereka. Jika kau benar-benar menerobos masuk, kemungkinan besar kau tidak akan pernah lolos."


Dave dan Matt Hu bertukar pandang, keduanya merasakan hawa dingin di hati mereka, dan luapan amarah yang memuncak


"Bangsat.... Jadi, kita tertipu oleh gedung informasi itu?"


Matt Hu bertanya dengan marah, "Satu juta batu peri itu hanya ditukar dengan berita palsu?"


Syllabus melirik mereka dan mendesah, "Sudah ku bilang sebelumnya bahwa informasi dari Gedung Informasi mungkin tidak dapat diandalkan. Kau harus mencari tahu sendiri."


"Kurasa karena kau kurang berpengalaman dan mereka ingin sekali menjual informasi, mereka sengaja menggunakan berita Lembah Angin Hitam untuk menipumu dan menghasilkan uang kotor."


"Daannccookk.... Keterlaluan!"


Matt Hu menggebrak meja. "Ayo kita selesaikan masalah ini dengan mereka sekarang dan suruh mereka mengembalikan uangnya!"


Ekspresi Dave juga dingin. Satu juta batu peri hanyalah masalah kecil; dipermainkan seperti ini sungguh tak tertahankan.


"Senior, kami akan segera kembali."


Setelah itu, ia dan Matt Hu berbalik dan menuju Gedung Informasi.


"Guru, haruskah aku menghentikan Kakak Senior Chen?" tanya Xavia sambil menatap Syllabus!


"Tidak, biarkan saja mereka pergi. Setiap kegagalan adalah pelajaran," kata Syllabus.


.....


Tak lama kemudian, Dave dan Matt Hu kembali memasuki Gedung Informasi. Pelayan yang menyambut mereka masih berdiri di lobi. Melihat Dave dan Matt Hu kembali, raut wajah terkejut terpancar di wajahnya.


Lalu, senyum profesionalnya kembali: "Tuan-tuan, adakah hal lain yang Anda butuhkan?"


"Pengembalian dana."


Dave langsung ke intinya, nadanya dingin. "Informasi yang Anda berikan salah. Lembah Angin Hitam sama sekali bukan cabang dari Istana Dao Jahat."


" Yo Ndak tau... Kok nanya saya...."

Senyum pelayan itu memudar, dan ia menggelengkan kepalanya. "Tuan-tuan, aturan Gedung Informasi kami adalah setelah informasi terjual, tidak dapat dikembalikan."


"Ndas mu.... Aturan yang tidak masuk akal!"

Matt Hu berteriak dengan marah, "Kalian menjual informasi palsu dan menipu orang, dan kalian masih tidak mau mengembalikan dana? Percaya atau tidak, aku akan meruntuhkan gedung kumuh kalian!"


Pelayan itu, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh posisinya sebagai kader, berkata dengan tegas, "Tuan-tuan, hargai diri Anda! Gedung Informasi kami telah berdiri di Kota Suci Pedang selama bertahun-tahun dan memiliki aturannya sendiri."


"Kami hanya bertanggung jawab untuk menyediakan informasi. Informasi itu sendiri tidak benar atau salah. Itu adalah kesalahan penilaian Anda sendiri, jadi bagaimana Anda bisa menyalahkan kami?"


"Pengembalian uang tidak mungkin!"


"Kau...!" Matt Hu sangat marah dan hendak menyerang, tetapi Dave menahannya.


Dave menatap pelayan itu, matanya sedingin es. Dia tahu bahwa mengambil tindakan di sini tidak akan menghasilkan apa-apa. Gedung Informasi pasti memiliki dukungan untuk bertindak seperti ini.


"Bukankah Anda mengatakan bahwa jika informasinya salah, pengembalian uang penuh akan diberikan?" tanya Dave.


"Oh yaa...? Apakah saya mengatakan itu? Saya tidak ingat. Tanyakan saja dan cari tahu kapan Gedung Informasi kami pernah mengembalikan uang!"


Pelayan itu berkata dengan arogan!


"Dancoookk.... Sial, kau menyangkalnya?" Matt Hu sangat marah!


Mata Dave sedikit menyipit, kesal dengan pelayan di depannya.


"Kau mau mengembalikan uang atau tidak?" tanya Dave dingin!


"Tidak!" kata pelayan itu!


"Tuan Hu, bunuh dia..." teriak Dave pada Matt Hu!


Matt Hu, setelah mendengar ini, menerkam pelayan itu seperti harimau lapar yang menerkam mangsanya!


Pelayan itu mencoba melawan, tetapi Dave menahannya.


Pelayan itu baru saja mencapai tingkat keempat Alam Manusia Abadi, tetapi Dave dan Matt Hu telah mengejutkannya dan membuatnya benar-benar tidak bisa bergerak!


Matt Hu menyerang pelayan itu dengan meniduri nya dengan gila gilaan dan menancapkan tombak baja nya dengan ganas!


Orang-orang yang lewat berhenti untuk menonton, hanya untuk mendengar jeritan pelayan itu, tidak dapat melihat apa pun!


Hanya dalam waktu sepuluh menit, pelayan itu mati!


Matt Hu telah membunuhnya!


Di dalam Gedung Informasi, tubuh pelayan itu ambruk ke lantai, darah perlahan merembes dari bawah rok nya, menodai lantai yang bersih hingga merah.


Para biksu yang berdiri di sana menyaksikan langsung gempar, terkesiap kaget.


"Gila! Beraninya mereka membunuh orang di sini!"


"Mereka orang-orang dari Gedung Informasi. Apakah kedua orang ini ingin mati?"


"Lihat, penjaga Gedung Informasi datang!"


Setelah beberapa teriakan marah, sekelompok orang dengan cepat muncul dari kedalaman Gedung Informasi.


Pemimpinnya adalah seorang pria paruh baya berjubah brokat dengan wajah persegi, tetapi saat ini wajahnya pucat pasi dan matanya sedingin es. Ia menatap mayat di lantai, lalu tiba-tiba menoleh ke Dave dan Matt Hu. Aura kuat terpancar darinya, menekan udara di sekitarnya begitu kuat hingga seolah membeku.


Di belakangnya ada lebih dari selusin penjaga yang tenang, masing-masing dengan tatapan mata tegas dan menghunus berbagai senjata. Mereka langsung mengepung Dave dan Matt Hu, membentuk pengepungan yang tak tertembus.


"Kalian bocah lancang!"


Pria paruh baya itu menggertakkan giginya, suaranya dipenuhi amarah yang tertahan. "Beraninya kau membunuh seseorang di siang bolong di Gedung Informasiku? Apa kau pikir Gedung Informasiku hanya untuk pertunjukan?"


Matt Hu, yang sebelumnya dibutakan amarah, kini tenang. Melihat para penjaga mengawasinya dan pria paruh baya yang berwibawa itu, ia merasa sedikit takut, tetapi ia tetap teguh. "Dia pantas mati! Siapa yang menyuruh Gedung Informasimu menjual berita palsu? Dan kau berani menyangkalnya!"


"What... Menjual berita palsu?"


Pria paruh baya itu mencibir, matanya melirik mayat pelayan di tanah, lalu ke Dave. "Aturan Gedung Informasi saya selalu jelas soal harga, tidak ada yang tertipu."


"Tapi kau, kau membunuh orang saat pertama kali muncul ketidaksetujuan. Jika kau tidak memberiku penjelasan hari ini, kau tidak akan bisa meninggalkan Gedung Informasi ini!"


Dave melangkah maju, berdiri di depan Matt Hu. Dengan tenang ia menatap pria paruh baya itu dan berkata perlahan, "Penjelasan? Kami memang bisa memberimu penjelasan."


"Kami menghabiskan satu juta batu peri  untuk membeli informasi tentang cabang Istana Dao Jahat, tetapi orang-orangmu mengarahkan kami ke Lembah Angin Hitam, mengklaim bahwa itu adalah cabang Istana Dao Jahat."


"Tetapi sebenarnya, Lembah Angin Hitam adalah wilayah garis keturunan Iblis Darah dan tidak ada hubungannya dengan Istana Dao Jahat. Kami pergi untuk menyelidiki dan hampir mati di tangan keturunan Iblis Darah."


"Kami kembali untuk berdebat dan menuntut pengembalian batu peri, tetapi pelayanmu tidak hanya menolak untuk mengakuinya, tetapi juga arogan dan membuat segala macam alasan. Apakah ini salah kami?"


Suara Dave tidak keras, tetapi bergema jelas di seluruh aula, mencapai para kultivator di sekitarnya, yang mendengarnya dengan jelas. Banyak dari mereka menatap pria paruh baya itu dengan sedikit terkejut.


Wajah pria paruh baya itu sedikit memucat, jelas tidak siap menghadapi situasi ini. Namun, ia terus membantah, "Ndas mu.... Omong kosong! Informasi yang diberikan oleh Gedung Informasi kami semuanya terverifikasi. Bagaimana mungkin itu salah?"


"Pasti kesalahan penilaianmu sendiri yang membuatmu keliru mengidentifikasi Lembah Angin Hitam sebagai targetmu. Sekarang kau mencoba mengalihkan kesalahan kepada kami, bahkan sampai melakukan pembunuhan. Sungguh keterlaluan!"


"Hah... Kesalahan penilaian?"


Mata Dave menjadi gelap. "Orang-orangmu berjanji saat itu bahwa informasi itu benar-benar dapat diandalkan dan jika ada kesalahan, pengembalian dana penuh akan diberikan. Sekarang karena ada yang salah, bukan hanya tidak mengembalikan uangnya, tetapi dengan tegas menyangkalnya. Apakah ini aturan Gedung Informasimu?"


"Bocil.... Berhentilah mencoba membingungkan orang-orang di sini!"


Pria paruh baya itu menggeram, "Membunuh seseorang berarti membayar dengan nyawa. Itu sudah sepantasnya! Apa pun alasanmu, jika kau membunuh seseorang dari Gedung Informasi kami, kau harus membayar harganya! Katakan padaku, siapa kau? Beraninya kau membuat masalah di Gedung Informasi kami? Apakah kau tidak punya senior di belakangmu untuk mendisiplinkanmu?"


Dia jelas ingin tahu latar belakang Dave dan Matt Hu. Jika mereka rentan, dia pasti akan menindak mereka dengan keras hari ini. Jika mereka memiliki latar belakang, dia juga akan mempertimbangkan pengaruh mereka.


Dave berkata dengan tenang, "Aku murid Sekte Pedang, Dave Chen."


"Hah... Sekte Pedang?"


Pria paruh baya itu sedikit mengernyit. Sekte Pedang cukup terkenal di Kota Suci Pedang, tetapi tampaknya tidak cukup untuk mengintimidasinya. Dia mendengus dingin, "Memangnya kenapa kalau kau murid Sekte Pedang? Bukan giliran Sekte Pedang yang bisa mengamuk di Kota Pedang Suci!"


Matt Hu tak kuasa menahan diri untuk berseru, "Kau tidak tahu apa-apa! Dave bukan murid Sekte Pedang biasa!"


Pria paruh baya itu mengabaikan Matt Hu dan menatap Dave. "Beraninya seorang murid Sekte Pedang begitu lancang? Sepertinya kau tidak tahu tempatmu kecuali aku memberimu pelajaran hari ini!"


Sekilas ketidakberdayaan melintas di mata Dave. Ia tidak menyangka reputasi Sekte Pedang begitu buruk.


Namun, melihat pihak lain hendak menyerang, Dave tidak ingin menjadi musuh Gedung Informasi. Namun kemudian, seseorang tiba-tiba terlintas di benaknya!


Bersambung...


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)


Terima Gajih...☺️








Wednesday, 30 July 2025

CARA JENIUS MENGUASAI TOPIK DALAM 1 HARI




Orang pintar belum tentu paham. Tapi orang yang benar-benar paham, selalu bisa menjelaskan dengan cara yang sederhana.


Richard Feynman memenangkan Nobel Fisika, tapi dikenal bukan karena teorinya yang rumit. Justru karena kemampuannya menjelaskan hal sulit dengan cara paling gampang. la dijuluki "The Great Explainer".


Pernah baca buku berulang kali tapi tetap tidak paham? Atau duduk di kelas berjam-jam, tapi begitu ditanya, lidah kelu dan kepala kosong? Ini bukan soal IQ rendah. Ini soal cara belajar yang tidak tepat.


Masalahnya, kebanyakan orang belajar untuk mengingat, bukan untuk memahami. Mereka tumpuk teori, hafalkan istilah rumit, tapi lupa menguji: "Bisa gak sih aku jelasin ini ke orang awam?"


Feynman punya pendekatan lain. la belajar bukan untuk kelihatan pintar. Tapi untuk benar-benar ngerti. Caranya disebut Feynman Technique. Terkenal di kalangan ilmuwan, pelajar, bahkan pekerja kreatif. Teknik ini sederhana, tapi berdampak dalam. Cocok buat siapa saja yang mau belajar cepat dan dalam, termasuk dalam satu hari.


Berikut cara kerjanya.


1. Pilih satu topik spesifik, lalu jelaskan ke anak umur 10 tahun


Mulailah dari topik yang ingin kamu kuasai, misalnya "gravitasi" atau "mekanisme inflasi". Tulis semua yang kamu tahu, lalu coba jelaskan seolah kamu sedang bicara ke anak kecil. Tanpa jargon, tanpa istilah ribet.


Ini akan langsung membongkar bagian mana yang benar-benar kamu pahami dan mana yang cuma kamu hapal.


Feynman menekankan bahwa pemahaman sejati terlihat dari kesederhanaan penjelasan, bukan dari kerumitan kata.


2. Cari titik buntu dan perbaiki pemahamanmu


Saat kamu bingung menjelaskan sesuatu dengan bahasa sederhana, berarti kamu belum cukup paham. Kembali ke buku atau referensi, baca ulang bagian yang belum kamu kuasai, lalu coba jelaskan ulang.


Proses ini bukan kelemahan. Justru inilah latihan berpikir yang jernih.


3. Gunakan analogi dan cerita


Feynman gemar menggunakan analogi dalam penjelasannya. Misalnya, untuk menjelaskan elektron, ia menganalogikannya seperti bola pingpong yang terus bergerak tanpa henti. Ini bukan trik murahan, tapi cara otak manusia bekerja: kita lebih paham lewat cerita daripada definisi.


4. Ulangi proses sampai bisa menjelaskan tanpa teks


Tujuan akhir: kamu bisa berdiri di depan orang, tanpa catatan, dan menjelaskan dengan lancar. Bukan sekadar hafal, tapi mengerti. Karena saat kamu bisa mengajarkan dengan baik, itu tanda kamu benar-benar menguasai.


5. Tuliskan ulang dengan struktur yang logis dan runtut


Setelah semuanya dipahami, tulis ulang penjelasanmu dalam versi sederhana dan rapi. Ini memperkuat pemahamanmu dan bisa jadi bahan belajar ulang jika suatu hari lupa.


Belajar itu bukan soal banyaknya catatan atau tebalnya buku. Tapi seberapa dalam kamu bisa memahami dan mengajarkan ulang. Feynman menunjukkan bahwa kecerdasan bukan tentang bicara rumit, tapi tentang membuat rumit jadi sederhana.


Kalau kamu mau coba teknik ini, pilih satu topik dan langsung tulis penjelasannya dengan cara paling gampang. Lalu uji: bisa gak kamu jelaskan ke adikmu atau teman yang bukan dari bidang yang sama?


Kalau kamu pernah mengalami belajar yang gak masuk-masuk meski udah baca berulang, tulis di komentar. Mungkin teknik Feynman ini bisa jadi jalan keluar.


Jangan lupa share ke teman yang lagi skripsi, sidang, atau ujian. Biar belajarnya gak muter-muter lagi




.


.

CARA MENJADI ORANG SUKSES DI BIDANG APAPUN



Untuk menjadi orang sukses, kamu tidak harus selalu terpaku pada satu bidang saja.


Banyak sekali orang yang telah sukses saat ini ternyata telah mengerjakan banyak hal di berbagai bidang sebelumnya.


Tak peduli apapun bidang yang kamu minati, berikut ini adalah cara untuk menggapainya:


1. KOMITMEN.


Memiliki komitmen adalah salah satu cara menjadi kaya.


Saat seseorang melakukan sesuatu dengan setengah hati, maka hal ini akan menjadikannya stagnan dan biasa saja.


Agar bisa berhasil terhadap sesuatu yang di lakukan, seseorang harus memiliki komitmen penuh dalam niat dan tindakan.


Kamu juga tidak boleh menyerah begitu saja apabila usahamu belum menunjukkan hasil, tapi kamu harus terus berjuang sebagai bentuk komitmen kamu terhadap sesuatu yang sedang kamu kerjakan.


2. BERORIENTASI PADA MASA DEPAN DAN BERFIKIR UNTUK JANGKA PANJANG.


Orang yang sukses adalah dia yang bukan hanya hidup untuk hari ini, tapi untuk masa depan.


Dia sadar bahwa perilaku atau keputusan yang dia ambil pada hari ini akan mempengaruhi nasibnya di masa depan.


Sehingga, dia selalu memanfaatkan waktu dengan baik dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.


3. JADIKAN KEBIASAAN.


Selain mengukur kemajuan dari proses yang dilakukan, mulailah untuk menjadikan kebiasaan baik sebagai hal yang kamu lakukan setiap hari.


Misalnya saja, kamu berniat untuk terampil di bidang keterampilan tertentu. Maka, mulailah untuk membiasakan diri belajar dan mengikuti kursus di bidang tersebut.


Tidak perlu merasa terbebani dalam mempelajari suatu hal yang baru.


Sebaliknya, anggaplah kegiatan tersebut adalah kebiasaan baru yang memang wajar kamu lakukan setiap harinya. Dengan begitu kamu akan menjalaninya dengan lebih mudah.


4. BUAT RENCANA CARA MENJADI ORANG SUKSES, JANGAN PERNAH ΜΕΝΕΤΑΡΚΑN SEBUAH TUJUAN YANG KABUR.


Sebaiknya, buatlah tujuan yang menantang dengan terikat waktu.


Misalnya saja, kamu ingin menjadi seorang pengusaha sukses, maka mulailah menentukan kapan tujuan tersebut akan tercapai sebesar 20% dan kapan kamu berada di 50%.


Hal yang penting untuk dilakukan selanjutnya adalah melakukan rencana yang telah ditetapkan.


Tujuan yang tidak jelas akan membuat kamu menunda tugas dan pekerjaan yang seharusnya dilakukan.


Dengan memecah tujuan menjadi tonggak - tonggak yang lebih sederhana akan membuat seseorang bisa merayakan kemenangan kecil sepanjang jalan. mencapai kesuksesan.


Hal ini tentu saja jauh membuat kamu lebih termotivasi.


Untuk menjadi orang sukses ataupun menjadi kaya kamu harus tuliskan tujuan yang akan dicapai dan juga tenggat waktu untuk mencapainya. Hal ini membuat impianmu terlihat lebih jelas, bukan?


5. LAKUKAN EVALUASI.


Salah satu kesalahan umum yang dilakukan adalah banyak orang yang tidak mengukur kemajuan yang mereka lakukan.


Mulai saat ini apapun tujuan yang kamu miliki, mulailah melakukan evaluasi dan bertanya kepada diri sendiri serta lakukan pelacakan dan segera mengukur kemajuan.


Mengukur kemajuan membuat kamu mengetahui apa yang berhasil dan bagian mana yang perlu diperbaiki lebih lanjut.


6. FOKUS PADA PROSES, BUKAN PADA HASIL.


Apabila selama ini kamu selalu berfokus pada hasil saja, sebaiknya mulai saat ini kamu harus mulai berfokus pada proses untuk mencapai hasil di masa depan.


Cara seperti ini akan lebih memungkinkan seseorang untuk mempertahankan motivasi dalam mencapai sebuah tujuan.


Saat terlalu fokus pada hasil yang akan didapatkan, motivasi kamu bisa menurun karena melihat hasil yang diharapkan tidak segera didapatkan dan akhirnya berhenti melakukan proses.


Lakukan beberapa hal ini untuk MENGEMBALIKAN MOTIVASI, Jangan lupa share ya, semoga bermanfaat.




.

7 CARA TETAP TENANG SAAT HARUS BICARA DALAM EMOSI





Orang paling emosional sering merasa paling benar. Sayangnya, justru di momen itu kata-kata kita paling tidak rasional.


Seorang manajer kehilangan kendali saat rapat. Suaranya meninggi, argumennya tajam, ekspresinya penuh tekanan. Setelah itu ia menyesal. Tapi kerusakan sudah terjadi. Timnya diam. Tidak lagi percaya. 


Di sisi lain, ada orang yang bisa bicara tenang saat dituduh. Tidak membalas serangan. Tapi pesannya tetap sampai. Sikapnya tegas. Suaranya stabil. la tidak kehilangan wibawa, justru bertambah dihormati.


Keduanya sedang menghadapi emosi. Tapi yang satu dikendalikan, yang lain mengendalikan.


Menurut riset Harvard Medical School, butuh waktu 90 detik bagi emosi intens seperti marah, kecewa, atau takut untuk melewati puncaknya dalam otak manusia. Sisanya bukan karena emosi itu sendiri, tapi karena kita memilih untuk tetap berada di dalamnya.


Maka pertanyaannya bukan: bagaimana agar tidak emosi? Tapi: bagaimana tetap tenang saat harus bicara dalam emosi?


Berikut 7 cara berdasarkan buku-buku psikologi dan komunikasi kredibel untuk tetap jernih saat kamu harus berbicara di tengah tekanan emosional:


1. Sadari bahwa emosi itu datang seperti ombak, bukan banjir


Dalam Emotional Agility oleh Susan David, emosi dijelaskan sebagai sinyal, bukan komando. la datang dan pergi. Tapi saat kamu memperlakukannya seperti banjir yang harus segera disumbat atau dilawan, kamu justru terseret. Kesadaran bahwa emosi adalah tamu, bukan tuan rumah, membuatmu bisa menunggu gelombangnya lewat sebelum bicara.


2. Gunakan jeda mikro, bukan reaksi spontan


Buku Crucial Conversations karya Kerry Patterson menyarankan teknik "pause and label" saat kita terpicu secara emosional. 


Misalnya, saat kamu ingin membalas kalimat yang menyakitkan, tahan dua detik. Lalu sebut dalam hati: "Saya marah." 


Pemberian label itu seperti menyalakan lampu di ruangan gelap. Kamu jadi punya jarak dengan emosimu, dan itu memberi ruang untuk memilih respon.


3. Ubah napas, ubah nada bicara


Dalam The Body Keeps the Score oleh Bessel van der Kolk, dijelaskan bahwa cara kita bernapas menentukan kondisi sistem saraf. Saat marah, napas menjadi pendek dan cepat, yang membuat suara meninggi dan nada memanas. 


Tapi jika kamu ambil satu napas dalam lewat hidung, lalu hembuskan perlahan dari mulut, sistem tubuhmu perlahan menyesuaikan. Nada bicaramu ikut tenang, dan isi pesanmu lebih diterima.


4. Fokus pada pesan, bukan perasaan


Terapis komunikasi Marshall Rosenberg dalam bukunya Nonviolent Communication mengajarkan: saat emosi memuncak, kembalilah pada niat komunikasi.


 Tanyakan: apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan? Dengan mengalihkan perhatian dari "rasa saya" ke "pesan saya", kamu menggeser posisi dari reaktif ke reflektif.


5. Gunakan kalimat 'aku', bukan 'kamu'


Saat kamu bicara dalam emosi, kalimat seperti "kamu selalu begini" memicu defensif. Tapi kalimat "saya merasa kecewa karena harapan saya tidak terpenuhi" membuka ruang untuk didengarkan. Ini bukan trik manipulasi, tapi cara sehat menjaga arah diskusi. Hal ini dijelaskan secara praktis dalam buku Difficult Conversations karya Douglas Stone.


6. Latih komunikasi dalam tekanan kecil sebelum krisis besar


Tenang dalam emosi itu bukan bawaan, tapi latihan. Di buku Thinking, Fast and Slow oleh Daniel Kahneman, dijelaskan bahwa otak kita punya dua sistem: cepat dan lambat. Sistem cepat itu impulsif. Sistem lambat itu rasional. Kamu bisa melatih sistem lambat dengan simulasi. Coba bicarakan hal sensitif dalam suasana santai. Uji dirimu di konflik kecil, sebelum diuji di konflik besar.


7. Evaluasi usai bicara: apakah saya berhasil menjaga makna?


Setelah emosi reda dan kata-kata sudah keluar, cek kembali: apakah pesan saya sampai, atau justru terlindas oleh nada? 


Refleksi ini bukan untuk menyalahkan diri, tapi untuk memperkuat kontrol emosional di masa depan. Dalam The Art of Communicating karya Thich Nhat Hanh, komunikasi yang utuh bukan hanya soal berkata, tapi juga menyadari dampaknya setelah itu.




.

5 TIPS CARA MEMBUJUK ORANG TANPA TERLIHAT MEMAKSA

 




Meyakinkan orang lain bukan soal siapa yang paling keras bicara. Tapi siapa yang paling halus menyentuh logikanya tanpa bikin dia sadar sedang dibujuk.


Kita semua pernah ada di posisi ini: Punya ide bagus, niat tulus, atau ajakan yang logis banget tapi orang yang kita ajak justru makin defensif.


Padahal, menurut Robert B. Cialdini dalam buku Influence: The Psychology of Persuasion, saat seseorang merasa "dipaksa" bahkan untuk hal yang baik otaknya otomatis aktifkan resistensi. Itu artinya: semakin kita terlihat ingin meyakinkan, semakin besar kemungkinan ditolak.


Jadi, kuncinya bukan di kalimat yang rumit, tapi di cara menyampaikannya.


Berikut ini 5 strategi halus tapi ampuh, biar kamu bisa membujuk orang tanpa harus maksa, ngegas, atau debat kusir:


1. Ajukan Pertanyaan, Bukan Pernyataan


Alih-alih bilang: "Menurutku kamu harus lebih disiplin."


Coba:


"Kamu sendiri ngerasa gak sih akhir-akhir ini waktumu ke buang ke mana-mana?"


Dalam buku Never Split The Difference karya Chris Voss (mantan negosiator FBI), teknik ini disebut calibrated question yaitu pertanyaan yang bikin lawan bicara mikir dari sudut pandangnya sendiri, bukan dari sudut pandang kita.


Orang lebih terbuka saat solusi terasa datang dari mereka sendiri, bukan disodorkan mentah-mentah.


2. Gunakan Cerita, Bukan Instruksi


Kata Simon Sinek di Start With Why, orang gak akan peduli apa yang kamu tawarkan, sampai mereka ngerti kenapa kamu menawarkan itu.


Dan cara paling ampuh membangun "kenapa" adalah lewat cerita pribadi.


Contoh: Daripada bilang, "Kamu harus rutin olahraga."


Coba cerita, "Gue tuh dulu gampang stres, tapi sejak jogging 15 menit tiap pagi kok kepala jadi lebih enteng ya."


Cerita itu membujuk tanpa menggurui. Dan otak manusia jauh lebih responsif terhadap cerita dibandingkan perintah.


3. Tawarkan Pilihan, Jangan Paksa Satu Jawaban


Kalimat kayak, "Kamu harus pilih yang ini." akan terasa mengancam ruang kendali seseorang.


Sebaliknya, beri pilihan yang tetap mengarahkan, misalnya:


"Mau mulai dari yang ringan dulu atau langsung ke yang kamu pengen coba banget?"


Menurut buku Nudge karya Richard Thaler & Cass Sunstein, memberi ilusi pilihan membuat orang lebih nyaman mengambil keputusan meskipun kamu tetap yang arahkan jalannya.


4. Gunakan Bahasa "Kita", Bukan "Kamu"


Contoh kecil: "Kamu sih gak disiplin."


VS


"Kayaknya kita sama-sama sering ke-distract akhir-akhir ini ya?"


Penggunaan kata "kita" menurunkan jarak emosional. Menurut Dale Carnegie dalam How to Win Friends and Influence People, pendekatan kolaboratif jauh lebih efektif ketimbang konfrontatif.


Karena saat orang merasa tidak sedang disalahkan, mereka jadi lebih terbuka. pada saran.


5. Beri Ruang Mundur dengan Elegan


Kadang niat baik kita gagal karena lawan bicara merasa "dipojokkan".


Padahal, Cialdini menyarankan: selalu beri ruang bagi orang lain untuk menjaga harga dirinya.


Contoh:


"Kalau kamu belum siap sekarang juga gak apa-apa, yang penting kamu tahu aku dukung kalau nanti kamu butuh."


Ini bukan tentang ngalah, tapi biar keputusan terasa bebas, bukan tekanan.


Membujuk bukan soal menang argumen, tapi soal membangun rasa aman. Karena manusia lebih mudah diyakinkan saat mereka tidak merasa diserang.


Dari kelima cara ini, mana yang paling kamu sering gunakan, atau malah belum pernah coba..?




.

7 GAYA BICARA YANG MENUNJUKKAN KECERDASAN EMOSIONAL



Orang paling cerdas di ruangan bukan yang paling banyak bicara, tapi yang tahu kapan diam, kapan mendengar, dan kapan menyuarakan sesuatu dengan empati.


Kecerdasan emosional tidak tampak dari nilai rapor atau gelar akademik. la muncul dari gaya bicara. Cara kamu merespons, memilih kata, hingga menyesuaikan nada suara adalah cermin dari kedewasaan emosional yang seringkali lebih berharga daripada IQ tinggi.


Fakta menarik dari Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence: lebih dari 85 persen kesuksesan seseorang dalam karier dan hubungan interpersonal ditentukan oleh kecerdasan emosional, bukan kecerdasan intelektual. Artinya, gaya bicara yang menunjukkan kemampuan memahami emosi diri dan orang lain, jauh lebih berpengaruh. daripada sekadar pintar berdebat.


Bayangkan ini dalam kehidupan sehari-hari. Saat temanmu curhat dan kamu langsung memberi nasihat tanpa mendengar tuntas, kamu kehilangan momen untuk membangun koneksi emosional. Saat atasanmu marah dan kamu membalas dengan nada defensif, kamu memperburuk situasi. Dan ketika kamu sedang sedih lalu temanmu hanya bilang "sabar ya", kamu tahu bahwa empati bukan tentang kata, tapi tentang bagaimana kata itu diucapkan.


Tulisan ini akan membahas 7 gaya bicara yang mencerminkan kecerdasan emosional, berdasarkan wawasan dari Emotional Intelligence (Daniel Goleman), Nonviolent Communication (Marshall Rosenberg), Crucial Conversations (Patterson et al.), dan The Language of Emotions (Karla McLaren).


1. Gaya reflektif sebelum reaktif


Orang dengan EQ tinggi tidak langsung menjawab ketika emosi sedang tinggi. la memberi jeda. Goleman menyebut ini sebagai "kekuatan jeda emosional". Dalam praktiknya, ini seperti berkata "Berikan aku waktu sejenak untuk berpikir" daripada langsung membalas dengan reaksi. Diam bukan tanda kalah, tapi bukti penguasaan diri.


2. Menggunakan bahasa perasaan, bukan tuduhan


Dalam Nonviolent Communication, Rosenberg menekankan pentingnya mengatakan "Aku merasa kecewa" dibanding "Kamu menyakiti aku". Gaya ini tidak menyalahkan, tetapi mengundang dialog. la menciptakan ruang aman, bukan pertahanan.


3. Mengulang atau memparafrase sebelum menjawab


Gaya ini menunjukkan bahwa kamu mendengar dengan sungguh-sungguh. Ketika seseorang selesai berbicara, kamu bisa berkata "Kalau aku tidak salah dengar, kamu merasa kecewa karena proyekmu diabaikan ya?" Teknik ini dikenal sebagai active listening dan terbukti dalam riset McLaren sebagai alat memperdalam empati.


4. Nada rendah, tempo lambat saat emosi tinggi


Dalam Crucial Conversations, disebutkan bahwa orang dengan EQ tinggi menurunkan tempo bicara saat konflik meningkat. Ini menenangkan suasana. Kamu tidak harus setuju, tapi kamu bisa menyampaikan ketidaksetujuan tanpa menyalakan api.


5. Memberi validasi sebelum mengoreksi


Gaya bicara ini muncul seperti "Aku bisa paham kenapa kamu marah. Kalau aku di posisimu mungkin aku juga merasa begitu. Tapi ada hal yang perlu kita luruskan bersama." Validasi tidak berarti setuju, tapi tanda bahwa kamu mengakui emosi orang lain sebagai sesuatu yang sah.


6. Tidak menyela bahkan saat tidak setuju


Kesabaran mendengar adalah gaya bicara yang paling jarang ditemukan dalam debat publik hari ini. Padahal menurut Karla McLaren, diam yang mendengarkan jauh lebih menyembuhkan daripada argumen yang cemerlang. Orang dengan EQ tinggi menghargai konteks sebelum membentuk opini.


7. Menutup percakapan dengan kehangatan, bukan keunggulan


Alih-alih menutup pembicaraan dengan "Kan aku sudah bilang", gaya bicara. EQ tinggi akan memilih "Terima kasih sudah mau ngobrol meski ini berat buat kita berdua." Ini menunjukkan bahwa hubungan lebih penting daripada menang..


Kamu bisa mulai melatih semua gaya ini dari hal kecil. Saat sedang tidak setuju dengan teman, ucapkan dulu bahwa kamu mendengar dan mengerti. 


Saat pasanganmu emosional, turunkan nada, bukan volume. 


Saat diskusi memanas, beri jeda sejenak sebelum bicara. 


Kalau kamu ingin belajar lebih dalam soal gaya komunikasi yang mencerminkan kecerdasan emosional,




.

Tuesday, 29 July 2025

Perintah Kaisar Naga : 5249 - 5252

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5249-5252



"Apakah kau yakin?" Syllabus menyimpan pedang kayunya dan bertanya sambil tersenyum.


Dave menarik napas dalam-dalam, membungkuk, dan berkata, "Senior, ilmu pedangmu sungguh hebat. Aku kalah darimu."


"Karena kau sudah menyerah, mari kita bicara tentang bergabung dengan Sekte Pedang..."


"Senior, aku..." Dave ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Syllabus tiba-tiba melangkah maju dan menepuk pundaknya secepat kilat.


Dave hanya merasakan suatu kekuatan lembut namun tak tertahankan mengalir ke dalam tubuhnya, dan sensasi terbakar langsung datang dari bahunya, seolah-olah ada sesuatu yang dicap di sana.


Dave menunduk dan melihat tanda berbentuk pedang berwarna emas pucat muncul di bahunya, memancarkan cahaya spiritual yang redup.


"Ini adalah tanda murid Sekte Pedang. Mulai sekarang, kau adalah anggota Sekte Pedang." 


Syllabus menepuk bahunya dan berkata dengan nada tegas, "Dengan bakatmu, kau pantas menjadi kakak senior. Xavia terlalu tidak sabaran. Kau akan lebih bertanggung jawab atas urusan sekte di masa depan."


Xavia tertegun mendengar ini, lalu raut wajah gembira muncul di wajahnya. 


Ia membungkuk kepada Dave dan berkata, "Salam, Kakak Senior!"


Dave membuka mulutnya, menatap tanda yang tak terhapuskan di bahunya, lalu menatap mata Syllabus yang penuh harap, dan akhirnya hanya bisa menghela napas tak berdaya.


Dia tahu bahwa dirinya "direkrut" secara paksa.


Namun, meskipun Syllabus kuat, dia tidak memiliki niat buruk. Dia bahkan menunjukkan penghargaan dan kehebatan kepada Dave di mana-mana. Dave masih bisa merasakan kebaikan ini.


" Oh... itu saja...."

Dave tersenyum pahit dan berkata, "Karena Senior begitu bersikeras, junior hanya bisa menuruti perintahmu."


Syllabus tertawa dan berkata, "Hahaha, dengan bergabungnya kau ke Sekte Pedang kami, Sekte Pedang pasti akan berkembang pesat di masa depan. Biarkan Xavia mengantarmu ke Gedung Berita. Dia tahu rutenya."


"Terima kasih, senior." Dave mengucapkan terima kasih dan mengikuti Xavia keluar halaman.


Setelah meninggalkan halaman Syllabus, Xavia membawa Dave dan Matt Hu ke Gedung Berita di timur kota.


Begitu berbelok di tikungan, mereka bertemu beberapa murid muda berseragam Sekte Pedang. 


Pemimpinnya adalah seorang pemuda tampan dengan pedang bertahtakan permata di pinggangnya. Jelas sekali bahwa statusnya tidak rendah.


Ketika pemuda itu melihat Xavia, matanya langsung berbinar. Ia segera melangkah maju dengan senyum hangat di wajahnya: "Saudari Ling, kebetulan sekali. Aku baru saja akan mencarimu. Aku baru saja mendapat sepotong besi dingin, dan aku ingin mengajakmu ke bengkel penempaan pedang untuk melihat apakah kau bisa menempa pedang yang cocok."


Sambil berbicara, dia melirik ke arah Dave dan Matt Hu, alisnya tanpa sadar berkerut, dan nadanya agak menyelidiki: "Siapa kedua orang ini?"


Xavia menunjuk Dave, nadanya tenang namun dengan keseriusan yang tak terbantahkan: "Ini Saudara Dave Chen. Mulai hari ini, dia akan menjadi kakak senior di Sekte Pedang kita. Dan ini adalah Senior Matt Hu, teman dari Kakak Senior Chen.


"What... Kakak Senior?" 


Beberapa murid Sekte Pedang tertegun sejenak. Mereka saling memandang dengan ekspresi tak percaya.


" Hahahaha....."

Pria muda itu langsung tertawa terbahak-bahak, menatap Dave dari atas ke bawah, dengan penghinaan yang tak terselubung di matanya: Saudari Ling, kau tidak bercanda, kan?" 


"Hanya dia? Seorang biksu Alam Dispersi keabadian Negeri Peri, apakah dia layak menjadi kakak senior Sekte Pedang kita? Meskipun Sekte Pedang kita tidak sekuat dulu, kita tidak mungkin membiarkan seseorang biksu alam Dispersi keabadian Negeri Peri menjadi Kakak Senior kita, kan?"


Dia melangkah maju, sengaja melepaskan aura tingkat ketiga Alam Manusia Abadi, dan menatap Dave dengan tatapan tertekan: "Hei... Cil, aku tidak peduli jalan mana yang kau pilih. Jika kau ingin menjadi kakak senior, kau harus bertanya kepada kami, para senior, apakah kami setuju." 


"Apakah kau berani membandingkan denganku? Kalau kau bisa menahan tiga jurusku, aku akan mengakuimu sebagai kakak seniorku!"


Beberapa murid lain juga ikut bersorak: "Benar, Kakak Senior Li adalah yang terbaik di generasi kami, dan bahkan dia saja belum memenuhi syarat untuk menjadi kakak senior, jadi mengapa kita harus membiarkan orang luar mengambil posisi itu?"


Matt Hu mulai tidak sabar menonton dari samping dan hendak berbicara ketika Dave mengangkat tangannya untuk menghentikannya. 


Wajah Dave tanpa ekspresi, bahkan tanpa mengangkat kelopak matanya. 


Ia hanya melirik pemuda bermarga Li, dan nada meremehkannya hampir meluap: "Oh...Mau membandingkan denganku? Apa kau layak?"


Pemuda bermarga Li itu tiba-tiba menjadi marah: "Daanccookk... Lancang! Bocah keparat.... Kau mencari kematianmu!" 


Dia hendak menghunus pedangnya. Tetapi begitu tangannya menyentuh gagang pedang, cahaya dingin menyambar di depan matanya, begitu cepat hingga dia tidak dapat bereaksi sama sekali.


Wuuzzzz....


Disertai bunyi pelan, sehelai rambut hitam perlahan terjatuh dan mendarat tepat di telapak tangan terbuka pemuda itu.


Semua orang tercengang. 


Dan pemuda itu membeku di tempat, masih memegang pedang. 


Kemarahan di wajahnya belum pudar, tetapi matanya terbelalak ngeri.


Murid-murid di belakangnya juga membuka mulut lebar-lebar. 


Tak seorang pun melihat bagaimana Dave menghunus pedangnya. 


Mereka hanya melihat kilatan di depan mata mereka, dan masalah itu selesai.


Dave bahkan berdiri di sana tanpa bergerak, seolah-olah tidak terjadi apa-apa barusan, dan hanya membersihkan debu yang tidak ada di lengan bajunya.


Xavia menyaksikan adegan ini, senyum tipis tersungging di sudut mulutnya. 


Ia melangkah maju dan berkata kepada para murid yang masih linglung, "Kakak senior yang dipilih oleh Guru sendiri pasti memiliki beberapa kualitas luar biasa. Saudara Li, kau harus belajar dari Kakak Senior Chen di masa depan."


Setelah mengatakan itu, dia tidak peduli dengan reaksi murid-murid itu, dia menoleh ke Dave dan Matt Hu dan berkata, "Ayo pergi, jangan tunda masalah penting."


Dave mengangguk dan mengikuti Matt Hu.


Setelah mereka bertiga pergi, para murid-murid Sekte Pedang akhirnya terbangun dari mimpi mereka.


Pemuda bermarga Li itu menatap helaian rambut di telapak tangannya, dan lapisan keringat dingin langsung muncul di punggungnya.


Saat itu, ia benar-benar merasakan ancaman kematian. Seandainya target Dave bukan rambutnya, melainkan lehernya...


Ia menelan ludah dan menatap punggung Dave dan yang lainnya yang semakin menjauh. 


Ia tak berani lagi memandang rendah Dave. Saat ini ia hanya merasakan keterkejutan dan kebingungan di hatinya.


"Kakak Senior Li... dia... apa yang baru saja dia lakukan..." 


Seorang murid di sebelahnya bertanya dengan gagap.


Pemuda bermarga Li itu menarik napas dalam-dalam, suaranya masih sedikit bergetar, "Entahlah, tapi dengan kecepatan dan ketepatan seperti itu... aku khawatir meskipun kita semua bersatu, kita mungkin tidak akan bisa mengalahkannya."


Beberapa murid saling berpandangan, terdiam sesaat, dan merasa bahwa apa yang terjadi hari ini sungguh aneh.


Dalam perjalanan, Matt Hu tak kuasa menahan diri untuk bertanya, "Nona Ling, menurutmu, apakah Gedung berita itu bisa dipercaya? Mungkinkah itu penipuan?"


" Yo... Ndak tau...kok nanya saya... Sulit untuk dikatakan...”


Xavia menggelengkan kepalanya. "Aku belum ke Gedung berita, jadi aku tidak tahu apakah berita itu benar atau tidak. Kita hanya bisa mencobanya."


Di bawah kepemimpinan Xavia, mereka menemukan Gedung Berita.


Ini loteng yang tinggi, sepenuhnya hitam dan tampak agak menyeramkan. 


Dua penjaga berpakaian hitam berdiri di pintu dengan mata tajam, terus-menerus mengamati orang-orang yang lewat.


Dave menarik napas dalam-dalam dan berjalan masuk bersama Matt Hu.


Saat memasuki Gedung Berita, aroma cendana yang samar-samar tercium. 


Perabotan di dalamnya benar-benar berbeda dari suasana suram di luar, dan tampak sangat mewah.


Sebuah meja giok besar diletakkan di tengah aula, dan beberapa pelayan berpakaian cheongsam berdiri mengelilinginya, semuanya cantik dan sopan.


Seorang pelayan melangkah maju dan bertanya sambil tersenyum, "Tuan-tuan, informasi apa yang kalian butuhkan?"


"Kami ingin tahu lokasi aula cabang Istana Dao Iblis," kata Dave langsung.


Senyum di wajah pelayan itu membeku sebentar, jelas dia tidak menyangka mereka akan menanyakan hal ini.


Dia mengamati Dave dan Matt Hu dari atas ke bawah, lalu berkata, "Informasi tentang Istana Dao Iblis itu tidak murah, karena sangat berisiko. Apa kalian yakin ingin mencari tahu?"


Dave mengangguk. "Tentu saja.. Sebutkan harganya?"


Pelayan itu berpikir sejenak dan berkata, "Lokasi spesifik aula cabang Istana Dao Iblis akan menelan biaya satu juta batu peri."


"What.... edan.... Satu juta batu peri?" 

Matt Hu berseru, "Kenapa kau tidak pergi dan merampok saja?"


Pelayan itu masih mempertahankan senyumnya: "Tuan, ini sudah harga terendah. Sulit untuk mendapatkan informasi tentang Istana Dao Iblis, dan kami harus menanggung risiko yang besar. Jadi harga ini sangat wajar."


Dave mengerutkan kening. 


Meskipun ia telah memperoleh satu juta batu peri dari Heaven, jumlah ini tentu saja tidak sedikit, dan ia tidak tahu apakah berita itu benar atau tidak.


"Bagaimana jika berita itu salah?" tanya Dave.


Pelayan itu berkata dengan tegas, "Gedung Berita kami menghargai kredibilitas dalam berbisnis, dan kami tidak akan pernah menjual berita palsu,"


"Jika beritanya palsu, kami akan mengembalikan uangmu sepenuhnya."


Dave memikirkannya dan berkata, "Baiklah, aku akan membayarnya."


Dia mengeluarkan satu juta batu abadi dari tas penyimpanannya dan menyerahkannya kepada pelayan itu.


"Okey.... Tunggu sebentar..." 


Xavia menghentikan Dave, lalu menatap pelayan itu dan berkata, "Kami dari Sekte Pedang, bisakah kau memberi kami diskon?"


Menurut Xavia, satu juta batu peri hanyalah sebuah angka astronomi.


Perlu diketahui bahwa para pembudidaya biasa mengandalkan batu peri untuk latihan mereka. 


Lagipula, mereka tidak punya cara lain untuk mendapatkan sumber daya lainnya.


Jika satu juta batu peri ini ditujukan kepada Sekte Pedang, kekuatan pengikut Sekte Pedang secara umum akan meningkat pesat.


Jadi Xavia ingin pihak lain memberinya diskon dan membuatnya lebih murah.


"Maaf, tuan kota ada di sini, kami tidak akan memberimu diskon!" Kata pembantu itu dengan sikap bangga!


"Kau..." Xavia langsung geram saat melihat sikap pelayan itu!


"Baiklah, kau hitung saja!" Dave menghentikan Xavia!


Pelayan itu mengambil batu peri itu, menghitungnya, lalu menyerahkan sebuah catatan kepada Dave: "Aula Cabang Istana Dao Iblis ada di Lembah Angin Hitam di sebelah barat kota. Di sana dijaga sangat ketat, jadi kau harus berhati-hati."


Matt Hu tercengang: " Anjay... kami memberikan satu juta, dan hanya itu saja?"


Menurut Matt Hu, informasi yang dibeli seharga satu juta batu ini pasti diperoleh dengan susah payah setelah dipanggil ke ruang rahasia oleh manajemen senior gedung berita dan diperiksa.


Ternyata hanya selembar kertas kecil untuk satu juta batu peri?


"Yaah.... Mau bagaimana lagi? Apa aku harus tidur denganmu? Anda ingin informasi, dan aku memberi informasinya!" Pelayan itu memutar matanya dan berkata!


"Brengsek...cok...." Matt Hu sedikit marah!


Kalau saja dia tidak bertemu dengan wanita seperti ini di Kota Suci Pedang ini, melainkan di hutan belantara, Matt Hu pasti sudah membiarkan dia merasakan sendiri tombak baja miliknya.


Dave mengambil catatan itu, membukanya dan melihat bahwa catatan itu memang berisi lokasi Lembah Angin Hitam.


Dia menyimpan catatan itu dan berkata kepada pelayan itu, "Terima kasih."


Setelah mengatakan itu, dia meninggalkan Gedung Berita bersama Matt Hu dan Xavia.


"Dave, apakah kita akan pergi ke Lembah Angin Hitam sekarang?" tanya Matt Hu.


"Jangan terburu-buru." 


Dave menggelengkan kepalanya. "Lembah Angin Hitam dijaga ketat. Kita bisa mati kalau ke sana sekarang. Ayo kita kembali dan bersiap dulu, baru kita selidiki situasinya besok."


"Rasanya tidak layak menghabiskan satu juta batu peri!" Xavia masih merasa tidak rela dengan satu juta batu peri itu!


"Tidak ada istilah layak atau tidak. Pihak lain sudah menyatakan harganya, dan kita bersedia membeli. Ini bukan jual beli paksa." Dave tersenyum tipis, berpikiran terbuka.


"Jika kau pergi ke Lembah Angin Hitam, apakah kau ingin aku membawa beberapa murid Sekte Pedang untuk menemani?" Xavia bertanya!


"Tidak perlu, kami hanya ingin mencari tahu. Akan merepotkan jika terlalu banyak orang." Dave menggelengkan kepalanya!


"Baiklah, hubungi aku jika ada sesuatu!" kata Xavia dan pergi.


Dave dan Matt Hu kembali ke penginapan. 


Dave mengeluarkan catatan itu dan dengan saksama mempelajari lokasi Lembah Angin Hitam.


Matt Hu terus menggambar jimat di sampingnya, bersiap untuk pertempuran.


Keesokan paginya, Dave dan Matt Hu berganti pakaian yang tidak mencolok, diam-diam meninggalkan penginapan, dan menuju ke Lembah Angin Hitam di sebelah barat kota.


Lembah Angin Hitam terletak lima ratus mil di sebelah barat Kota Suci Pedang. 


Angin hitam bertiup di sana sepanjang tahun. Dan lembah itu tampak menyeramkan dan menakutkan, dan hanya sedikit orang yang berani mendekatinya.


Setelah keduanya meninggalkan kota, mereka berencana mencari Tywin. 


Dengan Tywin di sekitar, mereka tidak perlu takut!


Namun setelah mencari-cari, mereka berdua tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Tywin!


"Apakah orang itu telah pergi?" kata Matt Hu!


"Tidak, pasti terjadi sesuatu. Terlepas dari dia, kita akan pergi sendiri!" Dave tahu bahwa Tywin tidak akan pernah meninggalkannya, dan dia masih mempercayai kesetiaan Tywin.


Dave dan Matt Hu menuju ke lembah Angin Hitam.


Lembah Angin Hitam tampak seperti sudut yang ditinggalkan oleh langit dan bumi, disapu oleh angin gelap sepanjang tahun.


Angin membawa pasir hitam halus, yang menghantam bebatuan dengan suara berderak. 


Dari kejauhan, terdengar seperti jiwa-jiwa yang tak terhitung jumlahnya yang tersakiti sedang menangis tersedu-sedu.


Ada patung-patung batu hitam di kedua sisi pintu masuk lembah setinggi tiga meter. 


Mereka tampak seperti Yaksha yang ganas, dengan api hijau samar tertanam di rongga mata mereka, seolah-olah mereka sedang menatap setiap makhluk yang mencoba mendekat.


Patung itu dipenuhi bercak-bercak merah tua. 


Jika seseorang mendekat, tercium bau campuran karat dan darah busuk, bau yang hanya berasal dari noda darah para biksu yang telah berlumuran darah selama bertahun-tahun.


Di pintu masuk lembah, terdapat dinding-dinding batu hitam curam yang ditutupi retakan-retakan tak berdasar. 


Angin bertiup melalui celah-celah, menghasilkan siulan melengking, terkadang seperti jeritan wanita, terkadang seperti auman binatang buas.


Mendongak, langit tertutup awan tebal kelabu-hitam, bahkan sinar matahari pun tak mampu menembusnya. 


Yang bisa dilihat di bawah langit redup hanyalah bebatuan bengkok tak terhitung jumlahnya, bagaikan cakar hantu yang terentang, menjulang tertiup angin.


Begitu kesadaran spiritual Dave memasuki lembah, ia merasakan bau darah yang lengket menghampirinya. 


Baunya begitu pekat hingga hampir memadat menjadi substansi, bercampur dengan energi iblis membentuk kabut merah muda yang perlahan mengalir di lembah.


Tak ada tanaman lembah atau rumput biasa di tanah, hanya tanah berwarna cokelat tua. 


Tanah itu terasa lembut saat diinjak, seperti spons yang berlumuran darah. 


Sesekali, mereka seperti menginjak benda tajam dan keras, dan ketika mereka melihat ke bawah, mereka akan menemukan bahwa itu adalah tulang yang patah.


Sekelompok bangunan samar-samar terlihat di kedalaman lembah. 


Semuanya terbuat dari batu hitam, dan atapnya dilapisi genteng ungu tua, yang memancarkan kilau aneh diterpa angin kencang.


Di ruang terbuka di antara gedung-gedung, terdapat banyak senjata berkarat dan sejumlah pakaian compang-camping yang tidak dapat dikenali berserakan di sana-sini.


Saat angin bertiup, pakaian-pakaian itu tertiup seperti hantu, memperlihatkan tanah cokelat tua di bawahnya. 


Itu sama sekali bukan tanah, melainkan lapisan tebal keropeng darah yang mengeras menjadi cangkang keras.


Yang paling membuat kulit kepala orang kebas adalah selain suara gesekan pasir dan kerikil yang tertiup angin, ada juga suara kunyahan samar-samar.


Sesekali terdengar teriakan samar dari dalam rumah batu, namun segera setelah terdengar suara itu, teriakan itu terhenti karena angin kencang, dan hanya menyisakan rintihan pelan yang kemudian hilang tertiup angin.


Energi iblis di sini tak lagi dingin dan suram, melainkan membawa sensasi panas dan haus darah. 


Setiap helainya seakan dipancing keluar dari genangan darah, melekat erat di kulit, membuat orang menggigil tak terkendali.


Dave dan Matt Hu bersembunyi di lembah yang jauh, dan melihat ke arah pintu masuk lembah di bawah naungan bebatuan.


Lebih dari sepuluh pembudidaya iblis berbaju zirah hitam, memegang bilah tajam, mengamati sekeliling dengan waspada. 


Aura mereka setidaknya berada di puncak Alam Manusia Abadi tingkat keempat. 


Di antara mereka, terdapat dua pembudidaya Alam Manusia Abadi tingkat kelima. 


Dan aura mereka berat dan pekat, dan jelas mereka tidak mudah dihadapi.


"Sial, situasi ini lebih serius dari yang kita bayangkan."


Matt Hu merendahkan suaranya dan mendecak lidahnya, "Hanya kita berdua, jangankan masuk untuk menyelidiki, kita mungkin akan ketahuan begitu mendekati pintu masuk lembah."


Dave tidak berbicara, tetapi sedikit mengernyit. Ia melepaskan kesadaran spiritualnya dengan tenang, bagaikan jaring tak terlihat, perlahan-lahan meluas ke Lembah Angin Hitam.


Energi iblis di lembah itu memang kuat, tetapi itu sama sekali berbeda dengan aura dingin dan suram para pembudidaya iblis di Istana Dao Iblis yang mengkhususkan diri dalam memurnikan jiwa dalam kesannya.


Energi iblis di sini lebih ganas dan haus darah, dengan hasrat merampok yang primitif, seakan selalu menginginkan darah segar.


Kesadaran spiritualnya dengan hati-hati menghindari para pembudidaya iblis yang berpatroli dan mencoba menjelajah lebih dalam untuk melihat apakah ada formasi khusus dari Istana Dao Iblis.


Bersambung..... 


PS: Yasha (夜叉) adalah istilah yang memiliki beberapa arti, tergantung pada konteksnya. Dalam konteks bahasa Jepang, Yasha (ヤシャ) bisa merujuk pada "yaksha," yaitu roh alam yang kuat dalam mitologi Buddha, Hindu, dan Jain, yang bisa bersifat baik hati maupun jahat.


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)


Terima Gajih...☺️





Monday, 28 July 2025

Perintah Kaisar Naga : 5244 - 5248

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5244-5248




Dave dan Matt Hu mengikuti kerumunan memasuki Kota Sudi Pedang. Pemandangan di dalam kota bahkan lebih mengejutkan daripada di luar kota.


Jalan-jalan lebar itu ditaburi batu-batu biru tua, dengan deretan bangunan di kedua sisinya, yang sebagian besar memiliki tanda-tanda yang berhubungan dengan pedang tergantung di atasnya, seperti "Bengkel Penempaan Pedang" dan "Paviliun Sutra Pedang".


Di antara pejalan kaki, sembilan dari sepuluh orang memiliki pedang di pinggang atau punggung mereka. Meskipun mengenakan pakaian biasa, mereka memancarkan aura tajam dan garang.


"Wah, tempat ini seru banget. Aku sampai merasa tegang cuma karena jalan-jalan di jalan."


Matt Hu mengecilkan lehernya dan tanpa sadar menyentuh tas jimat di pinggangnya. Dibandingkan dengan para praktisi pedang di sekitarnya, pakaiannya tampak agak janggal.


Dave melihat sekeliling dan berkata dengan suara berat, "Carilah tempat untuk tinggal terlebih dahulu, lalu kumpulkan informasi secara perlahan."


Keduanya berjalan di jalan selama sekitar satu batang dupa dan akhirnya memilih sebuah penginapan bernama "Yingkelou"


Penginapan ini cukup besar, dengan model dua pedang raksasa yang bersilangan tergantung di pintu, memancarkan semangat kepahlawanan.


Begitu mereka memasuki penginapan, seorang pelayan menghampiri nya dengan ramah dan berkata, "Silakan masuk tuan-tuan. Apakah Anda ingin menginap atau makan?"


"Kami membutuhkan dua kamar atas untuk tinggal," kata Dave.


"Oke!" Pelayan itu segera mencatat informasi dan mengantar kedua orang itu ke atas.


Kamarnya bersih dan rapi, dan jendelanya menghadap ke jalan, jadi Anda bisa melihat pemandangan luar dengan jelas.


Setelah duduk, Matt Hu duduk di kursi dan menyesap tehnya: "Dave, ada begitu banyak kultivator pedang di Kota Suci Pedang, apakah menurutmu ada orang-orang dari Istana Dao Jahat?"


"Sulit untuk mengatakannya." Dave berjalan ke jendela dan melihat kerumunan yang ramai di jalan. "Istana Dao Jahat bertindak secara rahasia. Karena ini adalah tanah suci bagi para kultivator pedang, meskipun mereka memiliki aula cabang, mereka mungkin tidak melakukannya secara terbuka. Kita harus bertindak hati-hati dan mencari penduduk setempat untuk menanyakan situasinya terlebih dahulu."


Pada saat ini, Dave sedikit mengernyit. Ia merasakan kehadiran samar yang diam-diam mengikuti mereka, yang tak pernah berhenti sejak mereka memasuki kota.


"Ada apa?" Matt Hu memperhatikan ada yang tidak beres dengan Dave dan bertanya.


"Kita sedang diikuti," bisik Dave, "Mereka mengikuti kita dari gerbang kota."


Matt Hu tiba-tiba menjadi gugup: "Apakah pria berbaju brokat itu, Heaven Zhao? Atau seseorang dari Istana Dao Jahat?"


"Tidak dua-duanya." Dave menggelengkan kepalanya. "Itu kultivator wanita. Auranya sangat familiar. Seharusnya itu wanita berbaju putih di gerbang kota."


Matt Hu tertegun sejenak: "Kenapa dia mengikuti kita? Apa karena kau baru saja menghancurkan kompetisi pedangnya?"


"Itu mungkin."


Mata Dave berkedip. "Kekuatan pedangnya sangat murni dan kekuatannya tidak lemah. Jangan kita ganggu dia dulu, kita lihat saja apa yang ingin dia lakukan."


Keduanya tinggal di dalam ruangan selama sekitar setengah jam, dan Dave berdiri dan berkata, "Ayo keluar dan cari tempat untuk mendapatkan informasi."


Matt Hu mengangguk dan mengikuti Dave keluar dari penginapan.


Begitu mereka berbelok di suatu sudut, sesosok berpakaian putih tiba-tiba muncul di hadapan mereka dan menghalangi jalan mereka.


Itu adalah kultivator perempuan yang sedang beradu niat pedang dengan kultivator laki-laki di gerbang kota. Saat ini, raut wajahnya yang sebelumnya tampak halus telah hilang, dan yang tersisa hanyalah tatapan tajam, menatap Dave lekat-lekat.


"Siapa kau? Kenapa kau mengganggu kompetisi niat pedangku dengan Taylor Qin dari Vila Pedang Dewa?"


Pembudidaya wanita langsung ke pokok permasalahan, suaranya dingin dan mengandung nada bertanya.


Dave menatap kultivator wanita di depannya. Wanita ini tinggi, berwajah cantik, berpakaian putih bersih, dan pedang panjang di tangannya memancarkan cahaya dingin yang redup.


"Saya hanya lewat saja, tidak sengaja," kata Dave dengan tenang.


"What...Tak disengaja?"


Kultivator perempuan itu jelas tidak mempercayainya. "Meskipun niat pedangmu samar, aku bisa merasakan ada pesona yang sangat istimewa di dalamnya. Itu jelas bukan kebetulan. Siapa kau? Mengapa kau memiliki niat pedang yang begitu murni?"


"Haiyah... Namaku Dave Chen. Soal niat pedang, aku hanya berlatih secara membabi buta."


Dave tidak menanggapi dengan rendah hati maupun arogan.


Kultivator wanita itu mengamati Dave dari atas ke bawah. Melihat bahwa Dave hanya biksu alam Dispersi keabadian Negeri Peri, secercah keraguan melintas di matanya: "Bisakah biksu alam Dispersi keabadian Negeri Peri memiliki niat pedang seperti itu? Apa kau pikir aku anak berusia tiga tahun?"


Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, kultivator wanita itu tiba-tiba bergerak. Pedang panjang di tangannya berubah menjadi pelangi putih, dan dengan energi pedang yang tajam, ia menusuk ke arah Dave!


Pedang itu datang cepat dan tajam, membawa momentum yang luar biasa, seolah-olah hendak menembus Dave.


Wajah Matt Hu berubah drastis dan dia berseru, "Hati-hati!"


Tatapan Dave terfokus, tak berani lengah. Kekuatan spiritual di tubuhnya langsung bersirkulasi, dan Pedang Pembunuh Naga muncul di tangannya, lalu ia menangkis pedang kultivator perempuan itu


Wuuzzzz...

Dentang!


Kedua pedang itu saling beradu, menghasilkan suara dentuman logam yang tajam. Gelombang udara yang kuat menyebar ke segala arah, membuat papan nama toko di dekatnya berdengung.


Dave hanya merasakan datangnya suatu kekuatan besar, lengannya menjadi sedikit mati rasa, dan tanpa sadar dia mundur dua langkah.


Kultivator perempuan itu juga terkejut dan mundur selangkah, dengan sedikit ekspresi terkejut di matanya.


"Hah... Ilmu pedangmu..."


Kultivator perempuan itu menatap Pedang Pembunuh Naga di tangan Dave dan gerakan pedang yang baru saja dilakukannya, dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya, "Itu....Apakah itu teknik pedang dari Sekte Pedang?"


Hati Dave tergerak. Ia tak menyangka kultivator perempuan ini ternyata bisa mengenali ilmu pedang Sekte Pedang.


Ia ingat bahwa ketika berada di Surga Ketiga, ia memang telah mempelajari beberapa teknik pedang di reruntuhan Sekte Pedang yang telah hancur. Di saat-saat putus asa, ia secara tidak sadar menggunakannya.


"Aku tidak tahu Sekte Pedang apa itu. Aku sendiri yang menemukan teknik pedang ini," Bantah Dave.


Kultivator perempuan itu menggelengkan kepalanya, tatapannya semakin tajam: "Ndas mu.... Mustahil! Inti dan pesona teknik pedang ini jelas merupakan 'Teknik Pedang Awan Mengalir' milik Sekte Pedang."


"Meskipun kau hanya menggunakan sedikit kekuatanmu, aku tidak mungkin pernah salah. Siapa kau? Apakah kau murid Sekte Pedang?"


Dave tetap diam. Ia tidak mau mengakuinya. Lagipula, Sekte Pedang telah hancur, dan ia tidak lagi dianggap sebagai murid resmi Sekte Pedang.


Melihat Dave diam saja, kultivator perempuan itu mengira Dave telah mengiyakan, jadi ia sedikit melembutkan nadanya: "Namaku Xavia Ling, dan aku juga murid Sekte Pedang. Jika kau benar-benar anggota Sekte Pedang, maka kita berasal dari sekte yang sama, dan tidak perlu bertarung."


"Sudah ku bilang, aku bukan murid Sekte Pedang."


Dave mengerutkan kening, "Apa yang kau inginkan?"


"Aku ingin tahu di mana kau mempelajari ilmu pedangmu."


Xavia menatap Dave lekat-lekat, "Sekte Pedang telah hancur di Surga Ketiga. Selain kami para murid yang telah naik, hanya sedikit orang yang mengetahui ilmu pedang Sekte Pedang."


Dave mengerti dalam hatinya bahwa tampaknya Xavia memang seorang murid Sekte Pedang yang telah naik dari Surga Ketiga.


Dia berpikir sejenak dan berkata, "Aku memang mempelajari beberapa teknik pedang di reruntuhan Surga Ketiga, tapi aku tidak tahu kalau itu adalah Sekte Pedang."


Mata Xavia berkilat sedih: "Jadi begitu, reruntuhan itu seharusnya menjadi gerbang gunung Sekte Pedang kami."


"Aku tidak menyangka bahwa setelah Sekte Pedang hancur, masih ada seseorang yang bisa mempelajari ilmu pedang kami.”


Dia terdiam sejenak, lalu menatap Dave dan berkata, "Kau punya bakat pedang yang tinggi. Meskipun wilayah mu tidak tinggi, pemahamanmu tentang niat pedang sangat mendalam."


"Pedang yang kau gunakan tadi tampak sederhana, tetapi pedang itu mengandung semacam pesona kuno yang bahkan aku merasa rendah terhadapnya."


Dave tidak menyangka Xavia akan menilainya seperti ini, dan sedikit terkejut.


"Karena kau telah mempelajari teknik pedang dari Sekte Pedang kami, kau dapat dianggap memiliki hubungan dengan Sekte Pedang."


Xavia mengganti topik pembicaraan, "Sepertinya kau tidak begitu mengenal Kota Suci Pedang. Kebetulan aku akan bertemu dengan seorang tetua yang juga berasal dari Sekte Pedang dan merupakan penanggung jawab Kota Suci Pedang. Mau ikut denganku?"


Mata Dave bergerak sedikit. Ia baru saja akan mencari informasi. Jika ia mengikuti Xavia menemui penanggung jawab Sekte Pedang, ia mungkin bisa mendapatkan informasi yang berguna, atau bahkan mengetahui keberadaan Istana Dao Jahat.


"Oke lah kalo begitu..."


Dave mengangguk dan setuju, "Kami baru saja tiba di Kota Suci Pedang, dan kami ingin mencari seseorang untuk bertanya tentang situasinya."


Matt Hu kebingungan mendengarkan apa yang dikatakan wanita berbaju putih ini. Melihat Dave setuju, ia tidak banyak bicara dan mengikuti kedua orang itu.


Berjalan di jalanan Kota Suci Pedang, Dave melirik Xavia di sampingnya dan bertanya, "Kau baru saja mengatakan bahwa kultivator pria yang bertanding pedang denganmu bernama Taylor Qin, dan dia berasal dari Vila Pedang Dewa? Apakah ada dendam di antara kalian berdua?"


Ketika Xavia mendengar nama Taylor Qin, ia sedikit mengernyit dan berkata dengan nada tidak senang: "Vila Pedang Dewa cukup kuat di Surga Kelima, dan mereka selalu menganggap diri mereka sebagai kultivator pedang ortodoks. Mereka selalu menganggap ilmu pedang Sekte Pedang kami tidak ortodoks, dan mereka memandang rendah kami dari lubuk hati mereka."


Dia berhenti sejenak dan melanjutkan, "Terutama Taylor Qin itu, yang mengandalkan bakatnya yang baik dan cukup terkenal di kalangan generasi muda Kota Suci Pedang, dan dia selalu mengincar kami, para murid Sekte Pedang yang telah naik dari Surga Ketiga."


"Kali ini, saat kami bertanding niat pedang di gerbang kota, dialah yang pertama kali memprovokasi saya. Dia berkata ingin menunjukkan ilmu pedang yang sesungguhnya. Karena tersinggung, saya pun mulai bertanding dengannya."


Dave mengerti. Pantas saja benturan niat pedang mereka begitu hebat tadi. Ternyata mereka punya dendam lama.


"Mana yang lebih kuat di Kota Suci Pedang, Vila Pedang Dewa atau Sekte Pedangmu?" tanya Dave lagi.


“Sulit untuk mengatakannya.”


Xavia menggelengkan kepalanya, "Vila Pedang Dewa memiliki fondasi yang kuat dan banyak murid; meskipun Sekte Pedang kami hanya memiliki sedikit orang, kami memiliki banyak guru dari generasi yang lebih tua. Jika kita benar-benar sampai pada kesimpulan, tidak ada yang bisa melakukan apa pun kepada siapa pun."


"Namun di kalangan generasi muda, mereka lebih aktif dibandingkan kami.”


Saat mereka sedang berbincang-bincang, mereka melewati sebuah toko pedang dan mendengar suara pandai besi.


Xavia menunjuk ke toko dan berkata, "Kebanyakan kultivator pedang di Kota Suci Pedang menyempurnakan senjata mereka sendiri. Pandai besi di sini memiliki keterampilan yang baik, dan banyak orang yang bersedia datang ke sini untuk mengasah pedang mereka."


Dave melihat ke arah yang ditunjuknya, dan melihat bahwa toko itu dipenuhi dengan segala macam pedang, bersinar dengan cahaya dingin, dan jelaslah bahwa itu bukan barang biasa.


"Selain itu, Kota Suci Pedang juga memiliki arena pedang khusus untuk bertanding. Banyak orang datang ke sana setiap hari untuk bertanding. Mereka dapat bertukar keterampilan pedang dan menimba ilmu."


Xavia memperkenalkan, "Ngomong-ngomong, sebentar lagi, Kota Suci Pedang akan mengadakan kompetisi pedang. Banyak kultivator pedang terkenal dari Surga Kelima akan datang untuk berpartisipasi. Mungkin kalian ingin pergi dan melihatnya."


Dave mengangguk, dan dia memiliki pemahaman lebih baik tentang Kota Suci Pedang.


Xavia membawa Dave dan Matt Hu melewati beberapa jalan dan sampai di daerah yang relatif terpencil.


Tidak ada pusat kota yang ramai di sini, tetapi ada lebih banyak bangunan kuno, dan udaranya dipenuhi dengan aroma samar rumput dan pepohonan.


Ketika mereka sampai di halaman yang tampak biasa saja, Xavia berhenti dan berkata kepada Dave dan Matt Hu, "Di sinilah guruku tinggal. Dia punya karakter yang aneh. Jangan bicara omong kosong saat kalian masuk."


Setelah berkata demikian, dia berjalan mendekat dan mengetuk pintu.


"Siapa?"

Sebuah suara tua datang dari halaman.


"Guru, ini aku, Xavia," jawab Xavia.


"Masuklah."


Xavia mendorong pintu hingga terbuka dan masuk bersama Dave dan Matt Hu.


Halamannya penuh dengan berbagai macam sayuran. Seorang lelaki tua berpakaian linen kasar sedang sibuk bekerja di ladang sayur dengan cangkul di tangannya. Ia tampak seperti petani biasa, tanpa aura seorang biksu.


"Guru, saya membawa dua teman untuk menemui Anda," kata Xavia dengan hormat.


Pria tua itu berbalik dan melirik Dave dan Matt Hu. Matanya tampak sayu, tetapi ia seolah mampu melihat isi hati orang-orang.


Dia tersenyum dan berkata, "Xavia, kau kan perempuan. Biasanya kau cuma latihan pedang. Tumben... Sejak kapan kau membawa teman-temanmu pulang?"


Pipi Xavia sedikit memerah: "Guru, ini Dave Chen, dia juga menguasai ilmu pedang Sekte Pedang kita."


Mendengar ini, mata lelaki tua itu berbinar-binar, dan ia menatap Dave dengan saksama: "Oh... benarkah...? Kau tahu ilmu pedang Sekte Pedang kami? Anak muda, tunjukkan padaku keahlianmu."


Dave ragu sejenak. Ia tidak ingin terlalu mencolok, tetapi melihat penampilan lelaki tua itu, ia tampak bukan orang biasa. Mungkin ia benar-benar bisa mendapatkan informasi berguna darinya.


Dia menarik napas dalam-dalam, dan kekuatan spiritual dalam tubuhnya beredar, dan Pedang Pembunuh Naga muncul lagi di tangannya.


Tidak ada gerakan ekstra yang aneh, hanya ayunan pedang sederhana.


Pedang ini biasa saja, tetapi mengandung pesona unik, bagaikan awan dan air yang mengalir, alami dan spontan. Jurus ini persis seperti "Teknik Pedang Awan Mengalir" yang ia pelajari dari reruntuhan Sekte Pedang.


Mata lelaki tua yang awalnya keruh itu tiba-tiba menjadi cerah. Ia menatap lekat-lekat gerakan Dave, dengan ekspresi terkejut di wajahnya.


"Hebat! Sungguh teknik pedang Awan Mengalir yang hebat!"


Pria tua itu tak kuasa menahan diri untuk tidak mengagumi, "Meskipun kau hanya menguasai dasar-dasarnya, kau menguasai tekniknya dengan tepat. Kau jauh lebih hebat daripada Xavia."


Xavia mengerutkan bibirnya dengan ketidakpuasan, tetapi tidak membantah. Jelas dia setuju dengan penilaian lelaki tua itu.


Pria tua itu meletakkan cangkulnya, berjalan mendekati Dave, dan menatapnya dengan saksama: "Anak muda, di mana kau belajar ilmu pedangmu? Katakan dengan jujur."


Dave tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikannya, jadi dia berkata dengan jujur: "Saya mempelajarinya di sebuah reruntuhan di Surga Ketiga. Saya tidak tahu bahwa itu adalah Sekte Pedang."


Mendengar ini, lelaki tua itu tampak sedih: "Aduh, itu memang gerbang gunung Sekte Pedang kami. Dulu, Sekte Pedang kita adalah salah satu sekte terkuat di Surga Ketiga. Aku tidak menyangka Sekte Pedang akan berakhir seperti itu."


Dia menghela napas dan berkata kepada Dave dan Matt Hu, "Mari kita bicara di dalam."


Beberapa orang masuk ke ruangan itu. Ruangan itu berperabotan sederhana, hanya sebuah meja dan beberapa kursi.


Orang tua itu menuangkan secangkir teh untuk mereka dan berkata, “Namaku Syllabus Mo, dan aku dulunya adalah pemimpin Sekte Pedang."


"Ketika sekte menghadapi bencana, saya memimpin beberapa pengikut untuk melarikan diri dari Surga Ketiga, dan baru saat itulah garis keturunan saya terpelihara."


Dave dan Matt Hu sama-sama sedikit terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa lelaki tua yang tampak biasa ini sebenarnya adalah mantan pemimpin Sekte Pedang.


"Senior Mo, apakah Anda tahu Istana Dao Jahat?" Dave bertanya langsung ke intinya.


Ekspresi Syllabus Mo sedikit berubah ketika mendengar ini: "Istana Dao Jahat? Kenapa kau bertanya tentang mereka?"


"Saya punya dendam terhadap mereka dan ingin membalas dendam pada mereka."


Dave berkata dengan suara berat, "Mereka ikut serta dalam pemusnahan klan temanku, klan Hu, dan mengambil jiwa para anggota klan Hu."


Matt Hu pun berkata dengan penuh semangat: "Senior Mo, Anda harus membantu kami. Kami harus menyelamatkan jiwa keluarga Hu saya dan membalaskan dendam mereka!"


Syllabus Mo terdiam sejenak, lalu berkata, "Istana Dao Jahat sangat kuat di Surga Kelima, dan mereka bertindak kejam tanpa ampun. Mereka ahli dalam mengumpulkan roh dan mempraktikkan keterampilan iblis, sehingga banyak kekuatan yang enggan memprovokasi mereka."


"Jika kau ingin membalas dendam pada mereka, aku khawatir itu tidak akan semudah itu."


“Betapapun sulitnya, kami harus mencobanya!”


Tatapan Dave tajam. "Selama aku bisa menemukan aula cabang mereka, aku akan menyelamatkan jiwa keluarga Hu bahkan jika itu mengorbankan nyawaku."


Syllabus Mo menatap mata Dave yang penuh tekad dan mengangguk: "Anak baik, kau punya nyali! Namun, aula cabang Istana Dao Jahat tersembunyi sangat dalam dan dijaga ketat. Mustahil bagi kalian berdua untuk masuk."


"Lalu apakah kau tahu di mana aula cabang mereka?" tanya Dave.


Syllabus Mo menggelengkan kepalanya: "Aku juga tidak tahu lokasi persisnya. Istana Dao Jahat beroperasi secara rahasia. Hanya sedikit orang yang tahu tentang aula cabang mereka. Hanya beberapa pejabat tinggi yang tahu situasinya."


Dave sedikit kecewa, tetapi dia tidak menyerah: "Apakah Anda kenal seseorang yang mungkin tahu lokasi cabang Istana Dao Jahat?"


Syllabus Mo berpikir sejenak dan berkata, "Ada tempat di Kota Suci Pedang yang disebut 'Gedung Berita', yang khusus menjual segala macam berita. Selama kau mampu membayar harganya, kau mungkin bisa membeli berita tentang aula cabang Istana Dao Jahat di sana."


"Namun, kekuatan di balik Gedung Berita sangat misterius, dan sulit untuk mengetahui apakah berita itu benar atau tidak, jadi Anda harus berhati-hati."


"Terima kasih atas informasinya, senior." Dave berdiri dan berkata, "Kalau begitu kami akan ke gedung berita dan melihatnya."


"Sebentar...."


Syllabus Mo memanggilnya, "Anak muda, bakatmu dalam ilmu pedang sangat hebat. Mengapa kau tidak bergabung dengan Sekte Pedang kami? Meskipun jumlah anggota kami saat ini tidak banyak, kami masih bisa memberimu beberapa sumber daya pelatihan."


"Lagipula, dengan adanya kami di sini, setidaknya di Kota Suci Pedang, tak seorang pun berani menindas mu dengan mudah."


Dave tertegun sejenak. Ia tak menyangka Syllabus Mo akan mengajaknya bergabung dengan Sekte Pedang.


Dave berpikir sejenak dan berkata, "Saya menghargai kebaikan Anda, tetapi saya hanya ingin balas dendam sekarang, jadi saya khawatir saya tidak punya waktu untuk tinggal di Sekte Pedang untuk berlatih."


Mendengar ini, Syllabus Mo mengelus jenggot abu-abunya, senyumnya tetap ada, tetapi tatapan matanya lebih serius: "Anak muda, aku tahu kau punya kekhawatiran dan takut terlibat dalam pertikaian antara Sekte Pedang kami dan Vila Pedang Dewa."


"Tapi kau ahli dalam ilmu pedang Sekte Pedang, dan kau punya hubungan dekat dengan Sekte Pedang kami. Bagaimana mungkin aku bisa melihatmu mengubur bakat hebat ini?"


Dia minggir untuk memberi jalan ke ruang terbuka di tengah halaman, dan di tangannya muncul sebilah pedang kayu biasa. Bilahnya berbintik-bintik, dan jelas telah digunakan selama bertahun-tahun.


"Ayo, kita tanding sebentar saja, dan berhenti setelah selesai. Kalau kau bisa bertahan seratus jurus di tanganku, atau mengalahkan ku dengan selisih satu atau dua jurus, aku tak akan pernah lagi menyinggung soal membiarkanmu bergabung dengan Sekte Pedang, dan aku akan segera melepaskan mu."


Dave mengerutkan kening. Ia tidak ingin menjadi musuh mantan pemimpin Sekte Pedang, tetapi pihak lain bertekad dan jelas tidak berniat membiarkan mereka pergi begitu saja.


Ia melirik Matt Hu di sampingnya dan melihat bahwa Matt Hu juga tak berdaya. Ia hanya bisa pasrah dan berkata, "Senior, kekuatanku lemah dan aku khawatir aku tak mampu bertahan di hadapanmu."


"Oh.... santuy.... Tidak masalah, lakukan saja yang terbaik."


Syllabus Mo melambaikan tangannya, sambil mengarahkan pedang kayunya ke tanah dengan santai, "Silakan."


Dave menarik napas dalam-dalam, dan kekuatan spiritual di tubuhnya bersirkulasi. Pedang pembunuh Naga berdengung dan cahaya keemasan mengalir.


Dia tahu bahwa pertempuran ini tidak dapat dihindari dan dia harus bertarung dengan seluruh kekuatannya.


Tubuhnya bergerak dan ilmu pedangnya dilepaskan. Cahaya pedang bagaikan aliran air yang bergemuruh, menyapu Syllabus Mo dengan serangan tanpa henti.


Mata Syllabus Mo berbinar dan dia memuji, "Bagus."


Pedang kayu di tangannya terayun ringan, tampak lambat, tetapi dia selalu mampu menangkis Pedang Pembunuh Naga di saat-saat kritis.


Wuuzzzz....

Dentang! Dentang! Dentang!


Suara dentang pedang terus bergema. Meskipun gerakan pedang Dave cepat, ia masih belum mampu menembus pertahanan Syllabus Mo.


Pedang kayu biasa itu seakan memiliki kehidupan di tangannya. Terkadang bagaikan akar pohon tua, kokoh bagai Gunung Tai; terkadang bagaikan ular yang muncul dari gua, luar biasa cepatnya.


Setelah puluhan gerakan, dahi Dave dipenuhi keringat dan dia terkejut.


Ia bisa merasakan Syllabus Mo sama sekali tidak mengerahkan seluruh kekuatannya. 


Setiap tangkisan yang ia buat tepat sasaran, yang tidak hanya menetralkan serangannya tetapi juga tidak melukainya sama sekali, seolah-olah ia sedang mengajarinya ilmu pedang.


"Senior, jika kau tidak bersungguh-sungguh sekuat tenaga, aku akan mengaku kalah."


Dave menyimpan pedangnya dan melangkah mundur, sambil berkata dengan suara berat.


Syllabus Mo tersenyum dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkan kepadamu hakikat sebenarnya ilmu pedang Sekte Pedang."


Begitu dia selesai berbicara, tubuhnya bergetar dan pedang kayu itu menyerang dengan momentum yang kuat.


Pedang ini tampak biasa saja, tetapi membuat Dave merasa tidak memiliki jalan keluar dan ia hanya bisa menangkisnya dengan pedangnya secara horizontal.


Dentang!


Dengan suara keras, Dave merasakan kekuatan dahsyat datang, dan Pedang Pembunuh Naga hampir terlepas dari tangannya. Ia terkejut dan mundur berulang kali, darahnya bergolak.


Pada saat ini, Syllabus Mo tiba-tiba menyingkirkan tangan kirinya, memegang pedang hanya dengan tangan kanannya, dan berkata dengan ringan: "Aku akan menggunakan satu tangan, ayo, coba lagi."


Sekilas terlihat kekeraskepalaan dan keengganan untuk mengakui kekalahan di mata Dave, lalu dia mengangkat pedangnya dan melangkah maju lagi.


Dave menggabungkan "Teknik Pedang Awan Mengalir" dengan niat pedang yang telah dipahaminya, dan gerakan pedangnya menjadi lebih ganas dan cahaya keemasannya lebih menyilaukan.


Namun, meskipun Syllabus Mo hanya menggunakan satu tangan, pedangnya tetap sekuat dinding tembaga yang mengurung Ya'juj-Ma'juj, dan betapa pun Dave menyerang, Dave tak mampu menggoyahkannya. 


Sebaliknya, Dave berulang kali berada dalam bahaya selama serangan balik Syllabus Mo yang tampak acak.


Setelah puluhan gerakan, Syllabus Mo mengangkat pedang kayunya dan mendarat tepat di punggung Pedang Pembunuh Naga.


Dave merasakan pergelangan tangannya mati rasa dan ia tak mampu lagi memegang Pedang Pembunuh Naga. 


Pedang itu terlepas dari tangannya dan tertancap di ladang sayur tak jauh dari sana dengan bunyi berdentang.


Dave berdiri di sana dengan linglung, menatap tangannya yang kosong, merasakan emosi yang campur aduk.


Dia berusaha sekuat tenaga, bahkan dengan mengorbankan sebagian energi spiritualnya, tetapi dia bahkan tidak bisa mengalahkan satu tangan pun lawannya. Apakah ini kekuatan seorang pendekar pedang ulung?


Bersambung....


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)


Terima Gajih...☺️




CARA MELATIH ANAK JAGO PUBLIC SPEAKING, BAHKAN DIATAS RATA RATA

Biar Anak Jago Public Speaking, Bahkan di Atas Rata-Rata Banyak orang tua pengen anaknya percaya diri, pintar ngomong, dan bisa bikin orang ...