Photo

Photo

Tuesday 1 November 2022

Bukan Benci Tapi Sudah Kecil Hati


Kita kalau sudah tersinggung dengan kata-kata orang, jangankan untuk menyapa memandang wajahnya pun rasanya malas.

Itu Bukan benci tapi sudah kecil hati.

Orang yang biasa merendahkan kita, biarkanlah mereka.....

Tidak perlu kita merasa tersinggung, apalagi merasa sedih.

Yang penting kita tetap yakin dan tidak merasa rendah diri.

Jika kita dinilai baik ya Syukurr, dinilai tidak baikpun tidak apa, itu terserah mereka.

Semua yang hadir dalam hidup kita memiliki peranan masing².

Entah mereka memberi kita kebahagian atau memberi kepedihan.

Dalam berbagai hal tidak semua orang akan menyokong, menyukai atau pun membantu. Ada yang sudah dibantu tapi merasa tidak Dibantu, yang menghina tanpa sebab tanpa kita ketahui. Inilah hidup, kita tidak boleh memaksa semua orang agar menyukai kita.

Kita tidak mampu menutup mulut orang lain untuk tidak berkata buruk.

Yang mampu kita lakukan adalah menutup kedua telinga dari perkataan yang menyakiti Hati.

Memaksa diri agar disukai semua orang itu sangatlah melelahkan.

Maka, jadilah diri sendiri walaupun tak banyak yang menyukai, hingga kita menemukan yang menyukai kini dan nanti tanpa tapi.

Jauhi orang yang membuat kita kecewa. Berhenti berusaha menyenangkan orang yang tidak pernah menghargai kita.

Semakin kita menjauhi mereka yang meracuni jiwa, kita akan hidup jauh lebih sehat.

Belajar Dari Ratu Japara " Ratu Kalinyamat "

Kita tidak boleh gegabah, kemudian mendadak menjadi generasi yang mudah kebakaran jenggot…! Mendahulukan emosi, menanggalkan nalar sehat dan terkesan arogan. Artinya jika tidak paham detailnya suatu permasalahan, pilihlah diam. Berpikirlah dahulu sebelum bertindak…! Itu karakter generasi beradat pun beradab. Kudu ngerti empan papan panggonan…!

Ini yang perlu diperhatikan…! Bahwa " Anak Jawa "  itu mewarisi kepribadian yang santun, ramah dan bersahaja sebagaimana karakter Leluhurnya. Bukan berarti tidak berani melawan saat diperlukan semena-mena. Hanya saja, perlawanan terhadap kezaliman perlu disertakan kecerdasan, kecerdikan dan tepat sasaran. Tolong catat dan beri garis tebal…! Aja nerajang angger, nungkak ngidak tanpa ngerti wewaler.

Belajarlah dari Sang Ratu Japara, namanya Ratu Kalinyamat. Sosok " Wanita Jawa " yang semasa hidupnya di benci, namun bersama itu pula ditakuti dan dikagumi musuh-musuhnya. Bukan tokoh kaleng-kaleng…!

Bahwasannya… Ratu Kalinyamat sebelum memborbardir Portugis dan antek-anteknya di beberapa titik Samodra, tidak dengan tangan kosong. Beliau butuh waktu kurang lebih selama sewindu untuk mempersiapkan segala hal keperluan demi sebuah perlawanan. Setidaknya saat mengumumkan perang…! Sudah terbekali ratusan " Jung " ( kapal besar ) pun belasan ribu Perwira berani mati. Ini yang perlu dimengerti…!

Ratu Kalinyamat tidak terlahir sebagai " Wanita Jawa " yang bengis dan kejam. Namun bila kebengisan dan kekejaman mengancam kehidupan sesama " Anak Nusantara " cukup satu kata : Lawan…!

Namun ingat…! Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, Ratu Kalinyamat melawan tidak dengan kekonyolan. Namun perlawanan yang dibekali kecerdasan dan kecerdikan agar tepat sasaran. Yekti prawira birawa datan nate katalumpit jurit lan kawicaksanan.

Demi Tuhan….! Jangan buru-buru marah….! Bukankah pemarah itu gampang dibodohi dan di adu domba. Adalah sebuah prahara jika kita tidak segera menyadarinya…! Sabar sak wentara.

" Kilah Pandulu Siring Taka, Ratma Nidi Nora Swara. "

Tajam Memandang Isi Kepala, Meringkus Cepat Tanpa Suara.

 

Semoga hidup kita senantiasa berlimpah ruah berkah dan penuh suka cita.

  

Tradisi Wiwitan “ Kenduri di sawah Sebelum panen “

Wiwitan adalah ritual tradisional Jawa sebagai wujud ungkapan rasa terima kasih dan rasa syukur kepada Tuhan yme atas berkat bumi sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri ( dewi padi ) yang telah menumbuhkan padi yang di tanam sebelum panen.

Disebut sebagai “ wiwitan “ karena arti “ wiwit “ adalah “ mulai “, jadi memulai memotong padi sebelum panen di selenggarakan.

Yang di sebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang Jawa karena bumi di anggap sebagai saudara manusia yang harus di hormati dan di jaga kelestariannya untuk kehidupan.

Dalam tradisi Jawa, konsep meminta kepada sedulur sikep tidak ada atau tidak sopan, kepada sedulur sikep kita harus memberi sekaligus menerima, bukan meminta.

Jika hormat kita berkurang kepada bumi, atau kita tidak menjaga kelestarian alam, maka bumi akan memberi balasan dengan situasi yang buruk yang di sebut pagebluk, di tandai dengan hasil panen yang buruk, kekeringan, cuaca tak menentu, dll.

Sebuah budi pekerti dan nilai-nilai yang luhur dari akar tradisi Jawa dan saya yakin berbagai tradisi Nusantara mempunyai nilai-nilai Luhur yang sama dalam hal ini, jauh sebelum manusia modern tergopoh-gopoh dengan istilah go-green di abad milennium ini.

Konon tradisi wiwitan ini sudah ada sejak sebelum agama-agama masuk ke tanah Jawa dan orang Jawa kuno hanya mengenal animisme, tapi itulah tradisi yang di lakukan sebagai usaha menjaga kelestrian keseimbangan alam yang pasti petani Jawa kini semakin jarang melakukan upacara wiwitan karena berbagai alasan.

Ahirnya banyak juga yang hasil pertanianya juga tidak seperti dahulu...

Apapun itu sebenarnya " wiwitan " sejatinya kaya akan makna dan disamping mengajarkan budi pekerti dan nilai-nilai kearifan lokal yang sangat luar biasa arti dan makna nya jika kita mendalaminya.

Maka dari itu lestarikanlah budaya adat leluhur supaya alam ini juga tetap lestari sebagai bentuk syurga nyata dalam dunia ini.

 

Rahayu…

Keris Jawa

Beberapa alasan mengapa keris jawa selalu di letakkan di belakang

Banyak yang bilang Keris Jawa sebagai pertahanan diri, ada juga yang bilang Keris Jawa sebagai bentuk Kesaktian & Keperkasaan, bahkan ada perkataan negatif yang bilang Keris Jawa ditaruh dibelakang karena untuk menikam dari belakang dibalik keramah tamahannya.

Berbagai argumen dan pendapat muncul pada benda Pusaka ini, agar tidak salah faham, mari simak ulasan berikut :

1. Keris adalah sebagai benda Pusaka

Sebenarnya, keris bukan termasuk dalam kategori senjata melainkan pusaka. Namun bagaimana pun pusaka tersebut bisa berbahaya kalau kepepet. Mungkin karena memang sifat dasarnya orang Jawa yang pemalu dan rendah hati, maka mereka enggan untuk terlalu menonjolkan dirinya.

2. Keris sebagai simbol Kesaktian & Keperkasaan

Dalam tradisi Jawa, keris merupakan salah satu dari lima benda yang harus dimiliki oleh orang Jawa Kuno. Keris yang merupakan simbol kesaktian dan keperkasaan ini berdampingan dengan empat benda lainnya yaitu :

Turangga ( kuda )

Griya ( Rumah )

Garwa ( Istri )

Kukila ( Burung ).

Namun bagi orang Jawa, pantang untuk menunjukkan kesaktiannya. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan untuk membawa keris di belakang tubuh. Selain itu meletakkan keris di belakang tubuh menghilangkan sikap ancaman pada siapapun.

Ada legenda yang mengatakan bahwa jika ada seseorang yang membawa keris di depan, artinya orang tersebut sudah siap mati dalam membela apa yang dipercaya dan dimiliki.

Contohnya seperti Pangeran Diponegoro yang senantiasa menaruh kerisnya di depan dalam menghadapi Belanda. Hal tersebut memang menandakan bahwa Pangeran Diponegoro bermaksud menjatuhkan Belanda tersebut.

3. Ditaruh Dibelakang karena faktor kenyamanan

Keris diletakkan di belakang juga karena faktor kenyamanan. Kenyamanan yang dimaksud adalah dalam rangka mbebek atau jalan jongkok terhadap raja. Dulunya, para prajurit memang wajib menghadap raja dengan sikap mbebek ini. Supaya lebih mudah maka keris diletakkan di belakang agar prosesi mbebek tidak terganggu. Selain itu, meletakkan keris di belakang juga sebagai simbol kepatuhan terhadap raja. Kalau keris sudah diletakkan di depan, itu artinya memberontak kepada raja.

4. Keris Dibelakang Karna Faktor Kesopanan

Alasan lainnya adalah faktor kesopanan. Orang Jawa memang terkenal dengan sikap sopan dan santunnya seantero nusantara. Hal tersebut juga berpengaruh dengan cara orang Jawa membawa senjata. Keris memang sengaja diletakkan di belakang tubuh agar senjata tersebut tidak terlihat oleh lawan bicara. Tentu saja dengan menunjukkan senjata di depan orang lain, sama saja melakukan tindakan intimidatif dan dianggap sebagai mengurangi rasa hormat terhadap lawan bicara tersebut.

Rahayu…

Nama Nama Jawa

Nama² Legendaris Jawa yang Terancam Punah

Kakek nenek buyut kita dulu, mungkin masih memakai nama Jawa yang kental dan khas. Generasi setelahnya, mulai jarang, banyak campuran dengan nama berbau “ negeri “ asing.

Sebelum benar² kita tak mampu mengingatnya, ada baiknya kita segarkan kembali ingatan kita, bahwa nama² berikut adalah nama² leluhur Jawa, di masa lalu. Tak ada lagi nama bayi yang lahir dengan nama berikut ( mohon di tambahkan jika kurang ).

 

Nama berawalan Su-

Suparno, Sumarni, Suyoto, Sugeng, Susilo, Sulastri, Sulasmi, Supangat, Sundari, Sungatmo, Sujiati, Sumiati, Sumarsono, Sumarno, Sumiah, Sunari, Sumini, Sumari, Suminah dan lainnya

 

Nama berawalan Nga-

Ngatemi, Ngadiran, Ngatminah, Ngasiran, Ngatmo, Ngadirin, Ngatiman, Ngatmono, Ngatirah, Ngadimin, Ngadiya dan lainnya

 

Nama berawalan Pa-

Painem, Paijo, Pademi, Pairan, Pairin, Patemi, Patemo, Pariman, Parimin, Pateman, Paijem, Paimo, Parno, Paijo, Paimin dan lainnya

 

Nama berawalan Wa-

Wagirin, Wagiran, Wadi, Wagimo, Watmi, Wateman, Wagimin, Wajiati, Warmo, Wagiyo, Wagiman, Wagini dan lainnya

 

Nama berawalan Ju-

Jumiran, Jumirah, Juminten, Juminten, Jumiati, Jumiah, Jumangin dan lainnya

 

Nama berawalan Sa-

Sarmi, Satemo, Sakiran, Sakirin, Samiati, Sariwati, Sariyan, Sateman dan lainnya

 

Nama berawalan Ka-

Kadirin, Kadiran, Katminah, Katemi, Kasiati, Kasiah, Katminah, Katmijo, Karno, Kasno dan lainnya

 

Nama berawalan Mu-

Mukidi, Muntamah, Mujiati, Mujiatun, Mulyono, Mujono, Mujiasih, Muji, murni dan lainnya

 

Nama berawalan Po-

Poniman, Ponimin, Ponijan, Poniran, Ponidi, ponirah, podrono dan lainnya

 

Nama berawalan Tu-

Tukirin, Tukinem, Tukijan, Tumirah, Tukiran, Tugiman, Tugimin dan lainnya

 

Sekarang lebih banyak menggunakan nama nama arab ataupun nama asing lainya..

Ayuuk Lestarikan adat budaya dan Nama Nusantara..

 

Rahayu..

Meneladani Kesabaran Istri Gus Baha'

Isteri Gus Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha' adalah " Ning " dari keluarga pesantren Sidogiri.

Saat pernikahan Beliau, Gus Baha' memilih untuk " naik bis ekonomi " dari pandangan ( Kragan, Rembang, Jateng ) menuju rumah mertuanya di Sidogiri.

Setelah mempersunting Neng Sidogiri tadi, Gus Baha' hidup di Yogya, ngontrak rumah di sana. Di sana, bukan berarti Gus Baha' hidup enak. Beliau hidup pas-pasan. Bahkan, tak jarang telat bayar kontrakan karena tidak punya uang.

Gus Baha' itu bukan Kyai kacangan. Keilmuannya diakui oleh ulama-ulama Indonesia, bahkan oleh Syaikhina Maimoen Zubair.

Beliau ketua Tim Lajnah Mushaf UII,  yang anggotanya terdiri dari profesor dan doktor, padahal, Gus Baha' tidak memiliki gelar satupun.

Dan bersamaan dengan itu, beliau hidup sangat sederhana... Ngebis ke sana ke mari, bahkan saat ke madura kemarin, Beliau tidak purun untuk dijemput dengan mobil, mau ngojek saja dawuhnya...

Ah, Allah... Saya malu... Ulama bukan, tapi maunya macam-macam.

Dalam hati, saya berfikir : " Ah, betapa sabarnya isteri Gus Baha '. Padahal Beliau keluarga Sidogiri, tapi mau diajak hidup susah seperti itu "

Tapi saya tidak kaget, karena di daerah saya, banyak juga keluarga-keluarga sidogiri yang hijrah ke sana, tempat-tempat terpencil dan pedalaman, berdakwah dan hidup sangat sederhana.

Tapi saya mikir… Wajar saja isteri Gus Baha' bahagia di ajak hidup susah, la wong suaminya seperti Gus Baha'.

Tidak pernah marah sama isteri, mengerti akan isteri, mengayomi keluarga dengan baik, menjadi penyejuk bagi keluarganya, perbuatan dan ucapannya semuanya dengan ilmu, tidak asal-asalan...

Lah, saya…? Entahlah...

Hidup itu bagaikan daun yang hanyut di sungai. Daun itu adalah kita, dan sungai adalah takdir. Jangan banyak harap, karena harap kita tidak akan merubah takdir.

Semakin banyak harap dan angan, hidup semakin sumpek, takut kehilangan, takut gak kesampaian, takut keduluan orang, takut ini, takut itu.

 

Ah, Jalani saja...

Belajar Dari Bob Marley

Bob Marley, pernah ditanya " Apakah ada wanita yang sempuna…? "

Dia menjawab " Siapa yang peduli dengan kesempurnaan…? "

Bulanpun tak sempurna, penuh dengan kawah

Laut itu luar biasa indah, tetapi asin dan gelap di kedalaman

Langit selalu tidak terbatas, tapi sering mendung

Jadi, semua yang indah tidak sempurna itu " istimewa "

Oleh karena itu, setiap wanita bisa jadi " special " bagi seseorang

Berhenti menjadi " sempurna ", tetapi berusaha untuk bebas dan hidup, melakukan apa yang kamu cintai, bukan ingin mengesankan orang lain “


Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...