Photo

Photo

Sunday, 4 April 2021

Aja Dumeh

 

Di Jawa, ada tokoh besar yang hingga detik ini tidak diketahui secara pasti dia menyembah siapa…? Apa agamanya…? Dan apa nama kitab sucinya…?

Namun dari zaman ke zaman dia selalu menjadi simbol perdamaian, dimengerti sebagai sosok yang dikenal luhur budi pekertinya, bijak pemikirannya, santun perkataannya, teramat rendah hati, amat beradab dan dari masa ke masa terpandang sebagai kawula alit.

Walau kawula alit, pada kenyataannya justru para pembesar segan padanya, semua ningrat menaruh hormat padanya, semua kesatria tidak ada yang kurang ajar padanya.

Hebatnya lagi, ketika dua atau beberapa kelompok sedang berseteru, jika dia datang, sepontan perseteruan itu terhenti. Dia laksana cahaya untuk menerangi hati yang gelap, pendingin untuk jiwa yang pemarah, pelipur dalam kedukaan dan pemersatu segala macam perpecahan.

Dan dia adalah Sang Begawan Semar, sesepuhnya Punakawan. Begawan Semar sebagai salah satu tokoh penting dalam cerita pewayangan, dihadirkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga untuk menyadarkan sesama bahwa tingginya kederajatan manusia jangan dipandang dari segi penampilan, jangan dinilai dari embel-embel gelar ataupun pencitraan semu lainnya.

Melarat belum tentu hina, rakyat jelata belum tentu rendahan, wajah buruk belum tentu hatinya busuk, meski buruh kasar bisa jadi hatinya lembut, walau tampak biasa saja tapi pemikirannya luar biasa bahkan istimewa.

Sebagaimana berlian walau bercampur tumpukkan sampah tetap saja dia berlian. Beda halnya dengan kotoran, sekalipun di olesi serbuk emas selama seribu tahun, tetap saja kotoran yang menjijikkan.

Dari ketokohan Semar dalam cerita wayang merupakan sindiran tajam untuk manusia sombong, para serakah, para pemamer silsilah, para pembangga harta, para penindas wong cilik, para watak-watak licik, para pembual pengetahuan, para penyembah sanjungan, para penggila kekuasaan, para iri dengki dan para ilmu dangkal namun haus sanjungan. Amat tidak punya harga diri di hadapan tokoh wayang Semar.

Juga Semar adalah spirit pembentukan moral bagi anak Jawa, agar teguh memegang prinsip yang luhur. Meski hidup pas-pasan jangan jadi penjilat, meski dipandang sebelah mata jangan mengemis, meski dilihat tak punya arti jangan rendah diri, meski dicap bodoh yang penting tidak membodohi, meski dihakimi sebagai penghuni neraka yang penting perbuatannya sebagaimana amal perbuatan ahli sorga. Tansah welas asih, ngayomi, ngajeni dan memayu hayuning bumi.

 

" Tetaplah menyala, walau terangmu tak seberapa. "

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4502 - 4504

Perintah Kaisar Naga. Bab 4502-4504 Semua orang mendengarkan omelan Guru yang Tak Terukur, dan semua orang terdiam untuk sementara waktu. Ta...