Mudik atau pulang ke udik ( kampung
halaman ) adalah salah satu dari produk Islam Nusantara. Tradisi unik umat
muslim di Nusantara yang belum tentu ditemui dalam tradisi masyarakat muslim
dinegara lain.
Bagi kalangan Islam anti tradisi
yakni warga kampung sebelah seperti Salafi-Wahabi sangat menolak tradisi mudik
karena dianggap sarat dengan kebid'ahan yakni sebuah tradisi sesat karena tidak
pernah dilakukan oleh Nabi dan sahabat. Sebagaimana dalil top bid'ah andalan
kaum yang sering dijadikan referensi wajib:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ: يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ يَقُولُ: «مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ»،
Artinya, “Dari Jabir bin
Abdullah, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW dalam khothbahnya bertahmid dan
memuji Allah SWT. Lalu Rasulullah SAW berkata, ‘Siapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, maka tiada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang Allah sesatkan jalan
hidupnya, maka tiada yang bisa menunjuki orang tersebut ke jalan yang benar.
Sungguh, kalimat yang paling benar adalah kitab suci. Petunjuk terbaik adalah
petunjuk Nabi Muhammad SAW. seburuk-buruknya perkara itu adalah perkara yang
diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid‘ah. Setiap bid‘ah itu sesat.
Setiap kesesatan membimbing orang ke neraka,’” ( Lihat Ahmad bin Syu‘aib bin
Ali Al-Khurasani, Sunan An-Nasai, Maktab Al-Mathbu‘at Al-Islamiyah, Aleppo,
Cetakan Kedua, tahun 1986 M/ 1406 H ).
Bagi kalangan Islam moderat
seperti NU, walau mudik lebaran sesuatu yang baru yang tidak pernah dilakukan
nabi dan sahabat jelang hari raya, tidak lantas tradisi ini mengandung
kesesatan bahkan mengandung beberapa kemaslahatan. Toh ini hanyalah tradisi
yang memang tidak pernah dianggap wajib hanya sekedar tradisi baik, yang tidak
salah untuk dilestarikan.
Beberapa kemanfaatan dari tradisi
mudik dan merayakan lebaran antara lain :
1. Meminta maaf kepada orang tua, saling mendoakan antara orang
tua dan anak.
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا ؕ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا ؕ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan
agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.Dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai
Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil." [QS. Al-Isra': Ayat 23-24]
Walau meminta maaf dan mendoakan
kedua orang tua tak harus dihari lebaran dan boleh dilakukan kapan saja, namun
melakukan sungkeman sebagai bentuk birrul walidain di hari lebaran tidak ada
dalil yang melarangnya.
2. Menyambung jalinan silaturahim
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا الرَّحْمَنُ ، خَلَقْتُ الرَّحِمَ ، وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنَ اسْمِي ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ ، وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
Allah 'azza wajalla berfirman,
"Akulah Sang Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku pula yang
mengambilkannya dari nama-Ku.
Barangsiapa menyambung rahim (tali kekeluargaan) maka Aku tersambung
dengannya, dan barangsiapa memutusnya Aku pun terputus darinya. (HR Ahmad,
Tirmidzi, Abu Dawud)
3. Memperbanyak sedekah dan berbagi kebaikan
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم - كل سُلامى من الناس صدقة , كل يوم تطلع فيه الشمس تعدل بين اثنين صدقة , وتعين الرجل في دابته فتحمله عليها أ, ترفع عليها متاعه صدقة , والكلمة الطيبة صدقة , وبكل خطوة تمشيها إلى الصلاة صدقة , وتميط الأذى عن الطريق صدقة " رواه البخاري ومسلم
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap
anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari
masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah;
kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang
bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu menuju
tempat sholat juga dihitung sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah
sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jelaslah bahwa mudik bukanlah hal
yang terlarang karena didalamnya terkandung misi yang bermanfaat. Bagi yang
anti mudik maka tidak ada alasan untuk menuduh sesat kalangan yang
melakukannya.
Hanya sekedar tips untuk warga
kampung sebelah. Jika ingin mudik agar bernilai syar'i dan terhindar dari
kebid'ahan yang menjurus pada kesesatan, sebaiknya mudiknya pakai kuda atau onta.
Bisa irit perbekalan. Jika haus tak perlu beli minuman, cukup minum pipis onta
untuk menambah gairah dan stamina. Hindarilah tol dan jalur udara karena hal
itu kebid'ahan yang paling parah apalagi jelang lebaran sedang padat dengan
harga tiket selangit. Dikhawatirkan menambah kebid'ahan yang semakin tercela
dan menyesatkan.
Mengapa warga NU suka mudik…?
Karena warga NU bukan bang Toyib yang tak mau pulang setiap lebaran. Akhi dan
ukhti jangan heran. Selain bid'ah mudik, akan muncul juga bid'ah buat ketupat
dan bid'ah mengucapkan minal 'aidin wal faizin. Antum tak perlu ikut-ikutan
karena itu tidak ada dalilnya dalam al-Qur'an dan sunnah.
Setibanya dikampung halaman,
berhati-hatilah dengan makanan palsu yang beredar dalam kaleng Khong Guan.
Antum tak perlu terkejut, karena biasanya bukan berisi roti tapi rengginang.
Hal itu sudah biasa dilakukan masyarakat mengikuti tradisi nenek moyang
sehingga sulit untuk diajak kepada manhaj salaf. Namun antum tak perlu khawatir
menikmatinya karena hal itu bukan termasuk bid'ah yang tercela sehingga tidak
bercampur dengan takhayul dan churofat.
No comments:
Post a Comment