Photo

Photo

Thursday 2 February 2023

Astana Gunung Sembung


Bicara sejarah tentu tak lepas dari bicara bukti-bukti primer. Artinya memaparkan sejarah bukan sedang menyuguhkan karangan bebas, meski terkadang cara penyampaiannya mirip mendongeng.

Mengupas sejarah bisa jadi mendongeng, tapi mendongeng belum tentu mengupas sejarah. Sebab dongeng itu tak butuh observasi pun tak perlu perangkat otentik.

Maka berhati-hatilah dalam bersejarah. Lebih baik pelajari dulu pada ahlinya. Karena mengabarkan sejarah yang salah adalah dusta. Dan setiap dusta merupakan dosa besar serta ada karmanya. Ini rumus hukum semesta, bisa kuwalat..! Jangan dianggap remeh. Bisa ditimpa masalah dalam sepanjang hidup. Lebih baik bahas yang aman-aman saja…!

Catat dan beri garis tebal…!

Setidaknya saya memiliki beberapa dokumen kuno yang biasa diistilahkan manuskrip, ada yang ditulis pada zaman Wali Sanga dan ada pula setelahnya. Pun tak luput berisi tentang sejarah Eyang Kanjeng Sunan Gunung Jati Cirebon Maulana Syarif Hidayatullah Al Quthub, dari semasa beliau masih muda dan kemudian wafat. Lengkap..!

Walau demikian… Saya tidak sembarang menulis sejarah beliau. Butuh penelitian super ketat dan berusaha maksimal melacak, mempelajari, mengerti dan memahami situs-situs kuno sebagai obyek pendukung. Termasuk melakukan riset konkrit di Astana Gunung Sembung, yakni kompleks makam Eyang Kanjeng Sunan di Cirebon.

Di Astana Gunung Sembung

Berbagai bentuk, corak pahatan, pola ukiran, hiasan bunga, simbol-simbol, gambar medalion, guratan huruf dsb yang terpampang di gapura, tembok gedong dan batu nisan didalam Astana Gunung Sembung, tidak luput dari obyek penelitian saya. Bertahun-tahun saya lakukan observasi secara serius.

Setidaknya saya menemukan ratusan ragam keindahan yang teramat monumental, menakjubkan, bersifat sakral ataupun profan dan bisa menjadi bagian terpenting dari pondasi sejarah aktual dalam buku saya tentang Eyang Kanjeng Sunan Gunung Jati yang berjudul Jejak Al Quthub Nusantara ( buku untuk kalangan sendiri )

Astana Gunung Sembung yang terdiri dari 9 pintu dan halaman, dibangun oleh Kanjeng Sunan sesungguhnya memiliki misi yang dahsyat…! Tidak berkaitan dengan stratifikasi sosial namun lebih pada soal menjaga hubungan Trah/ Sarasilah, wasiat turun temurun, fakta sejarah dan cermin kepribadian Eyang Kanjeng Sunan semasa hidup sehingga dapat diteladani.

Maha Karya Batu Nisan Astana Gunung Sembung:

Masih soal halaman Astana Gunung Sembung. Pada halaman 1, 2 dan 3 saya hitung ada 888 makam dengan rincian 207 makam pada halaman ketiga, 333 makam pada halaman kedua dan 348 pada halam pertama.

Dari ketiga halaman tersebut saya mengidentifikasi ada 222 tipe nisan dengan segala identitas dan ciri khasnya. Sebagian bergelar Pangeran, kemudian sebagian lagi bergelar Elang, Ratu dan Raden.

Kalo gelar saya jelas tukang sapu yang kadang nyambi markir. Untuk tambah-tambah beli rokok…! Hehehe…

Dari ketiga halaman tersebut batu nisannya ada yang memiliki keterkaitan dengan pola bentuk batu nisan berciri khas Samodra Pasai, Tralaya, Demak, Madura, Pajang, Mataram Islam, Bugis, Belambangan dan Ternate.

Berlanjut kehalaman berikutnya, setelah Pintu Pasujudan

Pintu Pasujudan yang tertutup dan dibuka pada saat tertentu saja adalah pintu halaman ke 4 di Astana Gunung Sembung, kemudian berlanjut secara berundak-undak hingga kehalaman kemuncak yakni setelah pintu ke 9 atau disebut Gerbang Teratai, setelah melewati pintu ini kita akan langsung berhadapan dengan Pesarean Eyang Kanjeng Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah Al Quthub.

Pesarean Eyang Kanjeng Sunan Gunung Jati dikelilingi Pesareannya para Wong Agung. Pun didalamnya ada Maha Karya dahsyat yang tidak mungkin saya uraikan secara terbuka. Dengan alasan sangat sacral…!

Ini adalah bagian dari bukti primer sejarah, untuk menunjukkan bahwa saya tidak sedang membuat karangan bebas.

Semoga hidup kita senantiasa berlimpah ruah berkah dan penuh suka cita.

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...