Photo

Photo

Tuesday 10 May 2022

Ilmu Jawa Bab Mateg

 

Kata " Mateg " sepadan maknanya dengan kata " Wenang " yang memiliki arti kuasa. Maksudnya disini adalah menguasai segala unsur didalam diri sendiri, tentu tidak serta merta kemudian mengingkari kekuasaan Sang Amurba Jagat, ini semacam pengendalian rasa. Adapun Keyakinan tentang kekuatan sejatinya hanya milik Tuhan, tetap terpatri

Maka jika Anak Jawa sudah memasuki fase " Hameteg, " dia telah berhasil mengendalikan segala rasa tersebut. Intinya adalah jiwa, hati serta pikiran tidak lagi dikuasai oleh rasa semu, sebab kesemuan itu hakikatnya ilusi. Sehingga perlu dikuasai. Kemudian sedih tidak menjadi penyebab meneteskan air mata, bahagia pun tak dapat membuat terlena. Ibaratnya begitu

Itulah tataran " Ingsun " pengertiannya adalah dirimu yang sebenarnya atau " Jati Diri, Diri Kang Sejati. " Memang agak rumit jika dijelaskan dengan tulisan, perlu diterangkan secara berhadap-hadapan. Karena memang Ilmu Jawa yang Pakem tidak diperkenankan diserap hanya dengan membaca.

Mengutip dawuhnya Kanjeng Sunan Lemah Abang : " Kasiwuh Caya Ngelmi Murwate Lawan Dhep-dhepan " Bahwa Ke-Agungan cahaya ilmu akan melebur kedalam sukma dengan cara berhadap-hadapan. Keterangan pada bab ini senada dengan Wulang Reh Ngarsa Dalem Sri Susuhunan Pakubuwana IV dalam guratan-guratan Pupuhnya. Pamuji Kula : " Mugiya Pra Karuwa Suwargi Langgeng. "

Dalam hemat saya. Hal Warisan Luhung seperti inilah yang semestinya kita pelajari, kita pahami dan dikembangkan. Betapa luas dan cerdasnya ilmu pengetahuan para Leluhur kita. Menggarap wilayah jasmani serta rohani. Teramat menyeluruh dan mengagumkan, jenius

Sungguh kita Anak Jawa dalam pandangan sejarah secara geneologi adalah keturunannya Wong Agung. Yang berperadaban besar, ber-Adat terhormat, ber-Budaya luhur, berseni tinggi dan sarat dengan nilai-nilai kearifan. Tidak sembrana, asal-asalan.

Mateg itu bukan berdefinisi kulit luar pada suatu awalan lafal doa atau mantra saja. Ada muatan terdalam, yang berkelas mewah pada suatu ranah pengetahuan. Ini ilmu mangejawantah! Peleburan jiwa dan raga sehingga menjadi tunggal yang bertaraf " Ingsun. " Sejatinya dirimu yang sejati

Ini tidak berkaitan dengan doktrin Agama manapun, namun tidak akan bertentangan dengan Agama atau keyakinan manapun. Leluhur kita itu " Luwes Senajan Digdaya " dan tidak " Ladak " yaitu tidak beringas menyalah-nyalahkan, tidak serakah menghujat, tidak beringas semau-maunya menang sendiri dan merasa paling benar. Leluhur itu cerdik dalam " Empan Papan "

Jika manusia kelas emperan seperti saya yang jelas bukan panutan, bukan guru, bukan kalangan cendekiawan dan tidak golongan ningrat, tokoh masyarakat pun bukan. Namun teramat mengerti dan paham akan ajaran Leluhur yang Luhung. Tentu jenengan-jenengan yang cerdas, pintar dan berpendidikan tinggi tentu jauh lebih mengerti dan paham dibanding saya.

Yen kowe Jawa aja ilang Jawamu. Siji wadah aja pecah. Terpujilah orang-orang terpuji.

Waras….

No comments:

Post a Comment

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...