Photo

Photo

Sunday, 11 April 2021

Jangan Buat Orang Susah Menjalankan Syariat Islam

Sendiko Dawuh Gus…

Gus Baha' : " Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam ".

Hindarilah omongan seperti misalnya saat bulan Rhamadan: " Rugi, Ramadhan hanya setahun sekali kok gak sholat tarawih di masjid berjama'ah. "

Itu namanya tak menghargai perasaan orang.

“ Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya mereka sedang bekerja. ”

“ Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama ".

" Dan dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai sholat tarawih, tapi beliau sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari sholat, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib. ”

 

Bahkan dalam hal sholat wajib, Gus Baha mewanti-wanti agar imam sholat jangan terlalu lama membaca bacaan sholat.

" Kanjeng Nabi itu sangat suka sholat. Suatu saat ketika Kanjeng Nabi mengimami sholat, beliau mendengar bayi menangis.

Kanjeng Nabi memutuskan untuk mempercepat sholatnya. Khawatir ibu dari bayi yang jadi makmumnya. “

 

Gus Baha juga pernah disowani oleh kiai yang mengeluh karena jama'ahnya tak bertambah.

Sambil tertawa Gus Baha menjawab, “ loh Jangan-jangan orang yang tidak datang sudah hebat. ”

“ loh Kok bisa, Gus...? ”

“ Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yang tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia mungkin sedang makan Bakso dengan keluarganya.

“ Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah yang halal. Nah, orang yang tidak datang itu mungkin sedang bekerja mencari nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya. ”

Kiai itu terdiam. “ Masak sih, Gus...? ”

" Loh kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak ".

" Kiai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah. "

 

Semoga Gus Baha' dan kita semua selalu sehat.. Aamiin…

Sunday, 4 April 2021

Digunjing


Dalam sebuah ceramah,  Gus Baha mengatakan, " Saya saat difitnah orang, saya ingat-ingat nasihat ulama. Seperti Abu Yazid Al Bustomi, " kata Gus Baha.

" Jika kita digunjingkan orang lain harus ingat bahwa mereka pun adalah manusia biasa, juga bukan yang mengatur hidup dan mati manusia. Namun, apabila Allah yang membicarakan kita, maka itu adalah masalah, " ujar Gus Baha.

" Mereka itu siapa….? ya orang. Lah iya orang. Orang itu bukan yang mengatur hidupku, bukan yang mengatur matiku. Makanya tidak masalah, kalau yang ngomongin saya Allah, baru masalah, " terangnya.

Selain itu, tambah Gus Baha, jika hidup kita digunjingkan orang lain supaya tak sakit hati caranya adalah mengingat bahwa kita tidak membutuhkan mereka yang selalu melakukan ghibah. Tapi yang kita butuhkan adalah rahmat dari Allah SWT.

" Makanya tidak masalah digunjingkan orang. Jadi kalau sedang diomongin orang ingat saja, kalau mereka juga manusia yang hidupnya bergantung kepada Allah. Kamu juga bergantung kepada Allah. Sama-sama tidak jelasnya, kok susah, " jelasnya.

Sekali lagi Gus Baha menegaskan, orang lain yang membicarakan kita tidak perlu dianggap. Sebab, mereka bukanlah yang mengatur hidup.

" Saya kalau diomongin orang inginnya susah. Tapi ketika saya ingat dia bukan yang mengatur kehidupanku, dan saya bisa istighna' tidak membutuhkan dia, " pungkasnya.

Aja Dumeh

 

Di Jawa, ada tokoh besar yang hingga detik ini tidak diketahui secara pasti dia menyembah siapa…? Apa agamanya…? Dan apa nama kitab sucinya…?

Namun dari zaman ke zaman dia selalu menjadi simbol perdamaian, dimengerti sebagai sosok yang dikenal luhur budi pekertinya, bijak pemikirannya, santun perkataannya, teramat rendah hati, amat beradab dan dari masa ke masa terpandang sebagai kawula alit.

Walau kawula alit, pada kenyataannya justru para pembesar segan padanya, semua ningrat menaruh hormat padanya, semua kesatria tidak ada yang kurang ajar padanya.

Hebatnya lagi, ketika dua atau beberapa kelompok sedang berseteru, jika dia datang, sepontan perseteruan itu terhenti. Dia laksana cahaya untuk menerangi hati yang gelap, pendingin untuk jiwa yang pemarah, pelipur dalam kedukaan dan pemersatu segala macam perpecahan.

Dan dia adalah Sang Begawan Semar, sesepuhnya Punakawan. Begawan Semar sebagai salah satu tokoh penting dalam cerita pewayangan, dihadirkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga untuk menyadarkan sesama bahwa tingginya kederajatan manusia jangan dipandang dari segi penampilan, jangan dinilai dari embel-embel gelar ataupun pencitraan semu lainnya.

Melarat belum tentu hina, rakyat jelata belum tentu rendahan, wajah buruk belum tentu hatinya busuk, meski buruh kasar bisa jadi hatinya lembut, walau tampak biasa saja tapi pemikirannya luar biasa bahkan istimewa.

Sebagaimana berlian walau bercampur tumpukkan sampah tetap saja dia berlian. Beda halnya dengan kotoran, sekalipun di olesi serbuk emas selama seribu tahun, tetap saja kotoran yang menjijikkan.

Dari ketokohan Semar dalam cerita wayang merupakan sindiran tajam untuk manusia sombong, para serakah, para pemamer silsilah, para pembangga harta, para penindas wong cilik, para watak-watak licik, para pembual pengetahuan, para penyembah sanjungan, para penggila kekuasaan, para iri dengki dan para ilmu dangkal namun haus sanjungan. Amat tidak punya harga diri di hadapan tokoh wayang Semar.

Juga Semar adalah spirit pembentukan moral bagi anak Jawa, agar teguh memegang prinsip yang luhur. Meski hidup pas-pasan jangan jadi penjilat, meski dipandang sebelah mata jangan mengemis, meski dilihat tak punya arti jangan rendah diri, meski dicap bodoh yang penting tidak membodohi, meski dihakimi sebagai penghuni neraka yang penting perbuatannya sebagaimana amal perbuatan ahli sorga. Tansah welas asih, ngayomi, ngajeni dan memayu hayuning bumi.

 

" Tetaplah menyala, walau terangmu tak seberapa. "

Sumbangan Di Acara Pesta Pernikahan, syukuran, Hajatan

Pahami Tujuan Dan Niat Dalam Mengundang Dan Diundang Dalam Acara Walimah

Menjadi beban dan keharusan dimasyarakat dalam sebuah resepsi pernikahan atau acara lainya.

Ketika dia melaksanakan perhelatan, dan diundanglah orang orang terpilih. Meskipun ada undangan masyarakat luas namun yang paling utama diharapkan amplop alias uang di kotak sumbangan.

Nanti selesai hajatan, amplop di catat dengan nama dan nominalnya. Bila sifulan bawa 200 ribu, 100 ribu, 50 ribu atau 5.000,- maka kelak yang bersangkutan mengundang akan dikembalikan sejumlah itu terkadang dilebihkan, karena dianggap hutang, seharusnya itu tak terjadi, dan jangan dianggap utang piutang.

Ketika seseorang diundang dalam sebuah pesta walimah, acara tasyakkuran, dan semisalnya, maka hukum asal kita tidak membawa apa-apa, alias datang saja ( dikarenakan itu adalah undangan menghadiri acara, dan bukan undangan memaksa membawa uang ), maka membawa sumbangan berupa uang dalam amplop bukanlah suatu kewajiban.

Beda halnya kalau ingin memberikan hadiah ( biasanya kado ), itu adalah hal yang dianjurkan dalam agama.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda :

“ Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai ”

( Hadits hasan. HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594 ).

Amalan suka rela inilah yang paling utama walaupun nilainya hanya sedikit, sehingga tidak perlu berhutang.

 

“ Wahai para wanita muslimah, tetaplah memberi hadiah pada tetangga walau hanya kaki kambing yang diberi. ” ( HR. Bukhari, no. 2566 dan Muslim, no. 1030 ).

 

Ini pertanda bahwa tetaplah perhatikan tetangga atau masyarakat yang mengundang kita di dalam berbagi hadiah dengan sesuatu yang mudah bagi kita, dan tidak perlu membebani diri. Memberi sedikit tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Persoalan tuan rumah yang mengadakan pesta tidak suka dengan hadiah yang sedikit, itu adalah persoalan lain.

Ilmu Zaman Dulu & Sekarang

Zaman dahulu, orang sulit mencari ilmu tapi mudah mengamalkannya.

Zaman sekarang, orang mudah mencari ilmu tapi sulit mengamalkannya.

 

Zaman dulu ilmu kecil tataran biji sawi tapi keyakinan laksana bukit.

Zaman sekarang ilmu banyak tataran tinggi tapi sayang keyakinan seperti biji sawi

 

Zaman Dahulu, ilmu dikejar,  Ilmu ditulis, dihafal, diamalkan dan diajarkan.

Tapi Sekarang, Ilmu diunduh, disimpan dan dikoleksi,  lalu diperdebatkan.

 

Zaman Dahulu, butuh peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan ilmu.

Tapi Sekarang, cukup peras kuota sambil duduk manis ditemani secangkir minuman dan snack.

 

Zaman Dahulu, ilmu disimpan di dalam hati, selama hati masih normal, ilmu tetap terjaga.

Tapi Sekarang, ilmu disimpan di dalam memori gadget, kalau baterai habis, ilmu tertinggal. Kalau gadget rusak, hilanglah ilmu.

 

Zaman Dahulu, harus duduk berjam-jam di hadapan guru penuh rasa hormat dan sopan, maka ilmu merasuk bersama keberkahan.

Tapi Sekarang, cukup tekan tombol atau sentuh layar sambil tidur-tiduran, maka ilmu merasuk bersama kemalasan.

 

Imam Malik Berkata :

" Tidak akan menjadi baik umat belakangan ini kecuali apabila diperbaiki dengan cara orang-orang " terdahulu "

 

Jangan lupa bahagia

Wajib menyenangkan hati, hati senang enak menaruh syukur

Perintah Kaisar Naga : 4890 - 4894

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4890-4894 Dunia tangga ketujuh adalah padang bintang, tanpa aura dan tanpa makhluk hidup! Yang ada hanya seorang ...