Bagaimana sih seharusnya umat Islam harus bersikap terhadap keturunan Rasulullah…?
Perlukah sampai harus berdoa di depan baliho seseorang yang dianggap sebagai keturunan beliau…?
Ada pendapat yang MEWAJIBKAN umat Islam untuk mencintai dan menyayangi siapa saja keturunan Nabi, lepas dari apa pun perbuatannya. Biarpun buruk kelakuannya ya harus tetap dicintai. Lha wong keturunan Nabi Muhammad je…!
Ada yang MEWAJIBKAN mencintai dan menyayangi mereka tapi kalau mereka berprilaku melenceng maka siapa saja yang memiliki keahlian atau kedudukan untuk memberi nasihat, hendaknya TIDAK SEGAN-SEGAN MENASIHATI dan mendorong mereka kembali menempuh jalan hidup berakhlak terpuji dan berperilaku luhur sebagai mana seharusnya keturunan Nabi.
Tapi ada pula yang tidak menerima pendapat tersebut. Mereka yang demikian berpandangan bahwa semua manusia itu sejatinya sama, hanya amal dan takwalah yang membedakannya di hadapan Allah. Buya Syafii menyebut orang-orang yang mendewakan seorang yang mengaku keturunan nabi adalah bentuk PERBUDAKAN SPIRITUAL.
" Gelar habib, dan 1.001 gelar lain yang mengaku keturunan nabi, atau keturunan raja, hulubalang, keturunan bajak laut, perompak yang menjadi raja, sultan, dianggap suci oleh sebagian orang akan runtuh berkeping berhadapan dengan penegasan ayat Al quran, " kata Buya Syafii.
Bagi beliau kemuliaan manusia di sisi Allah adalah karena ketakwaannya semata. “ Inna akromakum indalllahi ‘atsqookum ( Al Hujarat 13 ). Beliau, dan orang Muhammadiyah umumnya, menganggap Habib, Sayyid, Syarif, keturunan siapa pun tak terkecuali, kedudukannya sama seperti orang lain. Semuanya anak cucu Nabi Adam. Tak ada keistimewaan satu dengan lainnya. Dasarnya dalam Al Quran jelas. Surat Al-Baqarah 285-286 yang menyatakan : “ Kami tak membedakan Rasul satu dengan lainnya. ” Ini artinya, keturunan Nabi Adam pun kedudukannya sama dengan keturunan Nabi yang lain. Kecuali kalau ternyata ada di antara kita yang keturunan Pithecanthropus Erectus.
Memang ada ulama sekaligus habib keturunan Rasulullah asal Tarim Hadramaut Yaman, yakni Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad ( 1634 - 1720 M ) dalam kitabnya berjudul Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, menulis begini : “ Ahlul Bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah telah menunjukkan perhatiannya yang besar kepada mereka. Beliau berulang-ulang berwasiat dan mengimbau agar umatnya mencintai dan menyayangi mereka. Dengan itu pula Allah SWT telah memerintahkan di dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya : “ Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku minta suatu balasan melainkan kecintaan kalian PADA KERABATKU.” ( QS 42 : 23 ).
Jadi menurut ulama dan sekaligus habib ini kaum Muslimin memang harus menghormati dan mencintai Ahlul Bait bukan saja karena kekerabatan mereka dengan Rasulullah tetapi juga karena Allah telah MEMERINTAHKAN kepada beliau untuk berseru kepada umatnya agar mencintai kerabat beliau. Dengan kata lain perintah untuk mencintai Ahlul Bait merupakan perintah dari Allah SWT. Rasulullah sebagai pemimpin kaum Muslimin tidak meminta balasan apa pun dari umatnya kecuali kecintaan mereka kepada keluarga dan keturunan beliau.
Jadi katanya perintah memuliakan dan mencintai Ahlul Bait juga merupakan perintah langsung dari Allah yang wajib dipatuhi. Allah SWT dan Rasul-Nya telah mewajibkan seorang muslim untuk hormat dan cinta kepada Ahlul Bait. Namun khusus bagi Rasulullah, penentuan keturunannya diambil dari putri kesayanganya yakni Fathimah Az-Zahro. Hal ini ditegaskan oleh hadis yang berbunyi : “ Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunan setiap nabi dalam sulbinya. Dan Allah menjadikan keturunanku dalam sulbi Ali bin Abi Thalib. ”
Lha kok bisa berbeda penafsiran ya…?
Tak usah heran. Ya memang begitulah faktanya. Ada banyak perbedaan dan bahkan ironi dalam PENAFSIRAN ajaran Islam itu sendiri. Jika benar bahwa keturunan Nabi Muhammad harus dicintai dan dihormati FAKTANYA Ali bin Abi Thalib yang merupakan ayah dari cucu-cucu Rasulullah atau kakek moyang dari semua orang yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad justru dimusuhi, ditolak kepemimpinannya, dan bahkan akhirnya dibunuh oleh khawarij Ibnu Muljam. Katanya saat melakukan aksinya Ibnu Muljam yang seorang hafidz ini tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207 : “ Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. ” Jadi dia menganggap perbuatannya membunuh Ali bin Abi Thalib itu sebagai sebuah tindakan jihad atas perintah Allah juga.
Bukan hanya itu…
Bahkan Hasan, cucu Nabi yang merupakan putra pertama Ali bin Abi Thalib, ketika sudah jadi khalifah pun tidak ditaati oleh umat Islam pada saat itu. Umat Islam di bawah pengaruh Muawiyah menentang kepemimpinan cucu Nabi ini dan memeranginya. Muawiyah akhirnya berhasil merebut kekuasaan dari tangan cucu Nabi tersebut.. Hasan bahkan meninggal karena diracun.
Pertanyaannya adalah apakah Muawiyah dan para umat Islam yang ikut memerangi Hasan tidak pernah mendengar soal KEWAJIBAN untuk menghormati dan menyayangi keturunan Nabi…? Ini cucu nabi lho. Bukan sekedar orang yang mengaku-ngaku keturunan ke sekian puluh dari cucu Nabi.
Yang paling mengenaskan dan membuat hati hancur adalah pembantaian Husen, cucu Nabi satunya atau anak kedua Ali bin Abi Thalib. Husein tewas di Karbala dalam sebuah pembantaian yang dilakukan rezim Yazid bin Muawiyah. Sebanyak 128 orang anggota-anggota terhormat keluarga dekat Nabi Muhammad yang ikut Husein dibantai habis dengan sangat kejam kecuali Ali Zainal Abidin. Husein bukan hanya dibunuh oleh pasukan Yazid bin Muawiyah tapi bahkan dipenggal kepalanya dan dipisahkan dari jasadnya.
Lalu di mana itu keharusan untuk mencintai dan menyayangi keturunan Nabi…? Lha wong umat Islam di zaman itu saja begitu tega kepada Ali bin Abi Thalib dan para cucu Nabi yang sangat disayanginya. Bukankah itu semua sebuah ironi yang sangat menyesakkan dada….?
Saya juga mengecek tafsir ayat Alquran Asy-Syura ayat 23. Dan ternyata berbeda dengan penafsiran yang menyatakan bahwa ayat itu menyuruh umat Islam untuk mencintai kerabat Rasulullah. Penafsirannya bukan menyuruh umat Islam untuk mencintai keturunan Rasulullah, apalagi sampai yang kesekian puluh. Kok yo adoh men…
Silakan cek sendiri. Mudah kok…! Kalian punya HP kan…. Klik saja ini https://tafsirweb.com/9113-quran-surat-asy-syura-ayat-23.html
Quran Surat Asy-Syura Ayat 23 :
“ żālikallażī yubasysyirullāhu 'ibādahullażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāt, qul lā as`alukum 'alaihi ajran illal-mawaddata fil-qurbā, wa may yaqtarif ḥasanatan nazid lahụ fīhā ḥusnā, innallāha gafụrun syakụr ”
Terjemah Arti : Itulah ( karunia ) yang ( dengan itu ) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah : " Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali KASIH SAYANG DALAM KEKELUARGAAN ". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Tafsir lain menyatakan sbb : “ … kecuali kecintaan kalian kepadaku SEBAGAI KERABAT KALIAN dan hendaknya kalian tetap menyambung tali silaturahmi antara diriku dengan kalian ”.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 23 menyatakan sbb : “…kalian mencintaiku karena KEKELUARGAANKU PADA KALIAN.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid ( Imam Masjidil Haram ) 23 menyatakan sbb : “…. agar kalian MENYAMBUNG HUBUNGAN KEKERABATAN ANTARA DIRIKU DENGAN KALIAN. ”
Dari Ibnu ‘Abbas, bahwa dia pernah ditanya tentang firman Allah, “(إلا المودة في القربى) KECUALI KASIH SAYANG DALAM KEKELUARGAAN”; kemudian Sa’id bin Jabir berkata: (القربى) yakni Ahlul bait Nabi Muhammad. Maka Ibnu Abbas berkata : “ Kamu terlalu terburu-buru berpendapat, sesungguhnya Nabi Muhammad memiliki hubungan kekerabatan dengan SELURUH SUKU DALAM KABILAH QURAISY ; sehingga maknanya adalah, kecuali hanya agar kalian menyambung hubungan kekerabatan antara diriku dengan kalian. ( Shahih al - Bukhari 8 / 426 no. 4818, kitab tafsir surat asy - Syura bab ayat ini ).
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 23. ( Katakanlah : “ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan ” ) Yakni akan tetapi aku meminta dari kalian KASIH SAYANG DALAM KEKERABATAN ANTARA AKU DAN KALIAN…”
Masih banyak tafsir dari para ulama lain. Silahkan cek dan baca sendiri.
Sekian dulu hasil ngaji saya pagi ini. Kalau ada yang mau dikoreksi atau dibantah ya monggo.
Rujukan :
https://tafsirweb.com/9113-quran-surat-asy-syura-ayat-23.html
https://tirto.id/kematian-hasan-bin-ali-perebutan-takhta-khalifah-dengan-muawiyah-c6aq
No comments:
Post a Comment