Itulah keagungan shalawat, yang merupakan puncak dari segala dzikir, puncak dari segala asma.
Shalawat adalah yang mempertemukan semua cinta, menjadi satu dan mawachid, kembali kepada asal kejadian diri dari segala sesuatu.
Dimana cinta Allah dalam Shalawat-Nya, cinta para Malaikat dalam shalawatnya, cinta para kekasih Allah dalam shalawatnya dan cinta umat dalam Shalawatnya, bertemu dalam satu muara yaitu mengagungkan " Muhammad " yang merupakan kekasih dari segala sesuatu.
Jadi, Muhammad adalah muara dari semua kerinduan dan cinta, baik itu kerinduan dan cintaNya Allah, pun para malaikat dan para kekasihNya. Dalam muara itu terdapat kedalam hati, kelembutan jiwa dan kemulyaan ahlaq bagi siapa saja yang menyelaminya dengan bershalawat. Dan hanya dengan menyelami shalawat dan kerinduan kepada Muhammad, yang mampu mensucikan diri dari perangai yang buruk, perangai penuh keakuan dan iri hati, menjadi perangai yang indah dan sempurna.
Sebagaimana hidup ini banyak sekali fitnahan, cacian dan nyinyiran, karena memang begitulah fitrahnya isi dunia. Apalagi bagi mereka yang berjalan dan istiqamah dalam menempuh jalan Rohani, pasti tidak terlepas dari hal tersebut. Bahkan sangat melekat dengan tiga hal, kalau tidak gila dan dibunuh, ya difitnah. Dan itu sudah sunatullah, memang begitu adanya. Kalau salah satu diantara ketiga hal tersebut pernah dialami, maka masih dipertanyakan kesungguhan perjalanan Rohaninya. Apalagi ikut menjadi bagian dalam menfitnah orang lain, mengatakan orang lain gila dan membunuh karakter dan kepribadian orang lain, mereka ibarat orang yang memakan bangkai sesamanya, dan menjadikan jalan lahirnya sebuah rasa sombong dan merasa benar, dan ini sudah masuk dalam wilayah manusia yang berjiwakan Iblis.
Orang yang benar" sudah terjaga, adalah mereka yang dari lisanya sudah tidak keluar kata" yang mengumbar keburukan orang lain, pun apabila dia menjadi bahan fitnahan, diapun diam tidak pernah membela diri untuk mencari pembenaran.
Maka bershalawat lah, agar kita tidak tergolong dalam golongan mereka yang membenci, menyikapi dan menghukumi seseorang dengan sikap yang sok suci, namun hatinya mati, sehingga jiwanya cenderung memakan bangkai saudaranya sendiri. Hanya dengan shalawat, agar tertanam jiwa yang Kamil, yang mampu diam dengan kekurangan dan peran orang lain, namun selalu berprasangka baik dan mendoakan kebaikan bagi orang lain. Dan mampu bereaksi atas kekurangan dirinya sendiri, sehingga sangat mudah untuk memperbaiki diri.
Shalawat adalah kerinduan kepada keindahan dan kesempurnaan itu sendiri, orang yang ahli shalawat adalah mereka yang merindukan keindahan dan kesempurnaan budi pekertinya, dengan selalu mengintai segala keburukan dan kelalaianya, lalu memperbaikinya.
No comments:
Post a Comment