Photo

Photo

Thursday 2 July 2020

Berhijrah dengan Gus Baha’


Fenomena para artis berhijrah tidak lepas dari dengan siapa mereka hijrah. Kebanyakan mereka hijrah dengan ustadz atau da’i yang memang lebih menonjolkan soal penampilan. Sunnah Nabi lebih diartikan tentang bagaimana penampilan Nabi saat itu, seperti memakai jubah dan berjenggot.

Tentu tidak salah. Akan tetapi, ada logika serampangan yang mereka pahami. Contohnya saja tentang jubah yang dianggap sebagai pakaian sunnah. Jika memakai jubah itu sunnah ( dan memang itu sunnah ), maka memakai pakaian selain jubah itu bukan sunnah. Padahal, ada makna yang lebih dalam mengapa Nabi memakai jubah. Jubah waktu itu adalah pakaian yang menjadi budaya orang Arab. Dan itu dipilih dan dipakai oleh Nabi sebagai penghormatan terhadap budaya Arab. Toh pakaian berupa jubah tersebut tidak menyalahi aturan Islam.

Jika itu logikanya, seharusnya memakai pakaian adat setempat juga dianggap sunnah asalkan tidak menyalahi aturan agama, seperti memakai sarung. Itu menjadi kesimpulan apa itu sunnah jika memahami logika Nabi Muhammad SAW

Jadi, yang lebih penting dalam hal memahami sunnah Nabi bukan melihat penampilan Nabi saja. Lebih dari itu, harus juga ditekankan bagaimana logika nubuwwah Nabi Muhammad SAW. Dan itu menurut Gus Baha’ level sunnah-nya lebih tinggi

Gus Baha’ mengatakan seseorang mengikuti sunnah Nabi dengan memakai jubah, maka nilai sunnahnya hanya senilai jubah. Berbeda jika seseorang mengikuti sunnah Nabi dalam hal berpikir dan juga berperilaku. Ini nilainya jauh lebih tinggi

Maka tidak heran jika beberapa orang yang merasa sudah berhijrah serta sudah kembali ke Alquran dan Sunnah mudah sekali menyalahkan orang lain, bahkan mengkafirkan orang lain. Hal itu dikarenakan mereka tidak memahami sunnah Nabi secara mendalam. Pernahkah Nabi menyalahkan dan mengkafirkan orang lain yang sudah masuk Islam…?

Maka dari itu, membayangkan para artis hijrah bersama Gus Baha itu menyenangkan. Banyak sekali hal yang berbeda. Orang Islam menjadi lebih rileks. Mereka tidak lagi terlalu sensitif, mudah marah, dan mudah menyalahkan orang lain

Santri nasionalis

Kopi Minuman Para Sufi



Kopi merupakan minuman yang sangat nikmat disajikan di segala kondisi. Kopi juga memiliki cita rasa yang khas yang sangat melekat di lidah penikmatnya. Kopi juga terbukti mengandung unsur kimia yang bisa menolak rasa kantuk dan ini sangat berfaedah sekali bagi orang yang ingin bergadang atau memiliki aktifitas malam hari.

Namun taukah Anda bahwa kopi adalah minuman para sufi…?
Dan taukah Anda bahwa para Ulama yang berkomentar tentang kopi…?

Di antara ulama yang saya temukan komentarnya dalam kajian saya seperti yang dikutip oleh Al Allamah Abdul Qodir Bin Muhammad Al Jaziry Dalam kitabnya Umdatus Shofwah fi Hukmil Qohwah, banyak ulama yang berfatwa mengenai hukum kebolehan meminum kopi seperti Syidi Syeh Zakariya Al anshori, Syidi Syeh Abdurrohman Bin Ziyad , Syidi Syeh Zarruq Al Maliki Al Maghribi,  Syidi Syeh Abu Bakr bin Salim Attarimi, dan Syidi Syeh Abdulloh Al Haddad.

Nama-nama yang telah disebut di atas merupakan tokoh tokoh besar sufi. Tidak hanya berfatwa bahkan banyak juga ulama yang telah mengarang kitab yang isinya membahas Khusus mengenai hukum kopi dan faidah Meminum kopi, diantaranya Sayyid Al Allamah Abdurrohman bin Muhammad Al Aidrus dalam Risalah Inusi as-Shofwah bi Anfusi al-Qohwah, juga Al Imam Al Faqih Syeh Bamakhromah mengarang syair tentang kopi yang Syairnya di komentari oleh banyak ulama.

Lalu dari Indonesia juga ada Al-Allamah Syeh Ikhsan Jampes Kediri dalam kitabnya Irsyadul Ikhwan fi Syurbil Qohwah wa Addukhon, juga Syeh abdul Qodir Bin Syekh dalam kitab Shofwatu As Shofwah fi Bayan hukmil Qohwah. Juga dijelaskan dalam kitab Tarikh Ibnu Toyyib mengenai keutamaan Kopi. dan banyak lagi ulama yang menjelaskan tentang kopi.

Pasti kita penasaran kenapa para ulama bahkan para sufi mengistimewakan kopi…?

Coba kita lihat komentar Al Imam Ibnu Hajar Al Haitami ;

ثم اعلم ايها القلب المكروب أن هذه القهوه قد جعلها اهل الصفاء مجلبة للأسرار مذهبة للأكدار وقد اختلف في حلها اولا وحاصل ما رجحه ابن حجر في شرح العباب بعد ان ذكر أنها حدثت في اول قرن العاشر . ان للوسائل حكم المقاصد ،فمهما طبخت للخير كانت منه وبالعكس فافهم الأصل

" Lalu ketahuilah duhai hati yang gelisah bahwa kopi ini telah dijadikan oleh Ahli shofwah (orang orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan, penghapus kesusahan. Para ulama berbeda pendapat akan kehalalannya, namun alhasil yang diunggulkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Syarhul Ubab setelah penjelasan bahwa asal usul kopi di awal abad kesepuluh hijriyah memandang dari Qoidah 'bagi perantara menjadi hukum tujuannya' maka selama kopi ini dimasak untuk kebaikan maka mendapat kebaikannya begitu juga sebaliknya, maka fahami asalnya. "

Begitu juga hasil penelitian saya juga selama di Yaman Khususnya yang saya lihat sendiri di daerah Mukalla, Tarim, Sihr dan Seiyun ketika saya menghadiri Majlis-Majlis Ilmu, ba'da tarawih ataupun Majlis Sholawat dan Hadroh saya mendapati semuanya menghidangkan kopi sambil membaca Qosidah. Memang jelas sekali bahwa Ulama Sufi ketika menikmati kopi tiada lain adalah agar supaya bisa menolak rasa ngantuk jika akan beribadah dan menjadikan tubuh bersemangat untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Dalam Diwan Syekh Bamakhromah beliau berkata ; " Dalam gelas kerinduan itu membuat orang yang meminumnya berada dalam tingkatan para perindu dan memakaikannya pakaian ahli pecinta dalam kedekatan kepada Allah. Bahkan jika seandainya diminum oleh seorang Yahudi maka niscaya hatinya akan mendapatkan tarikan hidayah dan inayah Tuhan. "

Dan Al Habib Abdurrohman Shofi Assegaf mengatakan; "...bahwa kopi yang disiapkan oleh para Sufi ini Esensinya untuk menarik Hati kepada Allah SWT maka pahamilah isyarah dan bedakan antara setiap argumentasi " . Imam Ahmad Assubki juga berkata ;

قال احمد بن علي السبكى  ; واما منافعها يعني القهوه تقريبا ... فالنشاط للعبادة  والأشغال المهمة وهضم الطعام وتحليل الرياح والقولنج والبلغم كثيرا

" Kopi manfaatnya yaitu kira-kira untuk membuat semangat ibadah dan pekerjaan penting juga menghancurkan makanan, agar tidak masuk angin dan menghilangkan dahak yang banyak. "

Ada juga yang menganggap kopi (qohwah) mirip dengan nama khomer, maka ulama memberikan jawaban dalam kitab inasus Shofwah sebagai berikut ; "Penamaan qohwah bagi sebagian orang dianggap menyerupai nama khomer, tentu tuduhan ini tidak mendasar karena tidak harus kesamaan nama juga menunjukkan sama maknanya,  bahkan para sholihin dan shadat membuktikan bahwa kopi digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT."

Dalam Tarikh Ibnu Toyyib dikatakan:

يا قهوة تذهب هم الفتى # انت لحاوى العلم نعم المراد
شراب اهل الله فيه  الشفا # لطالب الحكمة بين العباد
حرمها الله على جاهل # يقول بحرمتها بالعناد

" Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang mencari ilmu. Kopi adalah minuman orang yang dekat pada Allah didalamnya ada kesembuhan bagi pencari hikmah diantara manusia. Kopi diharamkan bagi orang bodoh dan mengatakan keharamannya dengan keras kepala. "

Kesimpulannya, kopi merupakan minuman para sufi yang digunakan untuk taqarrub, mendektkan diri kepada Allah SWT yang mana memiliki banyak faidah baik secara rohani ataupun medis.

Ali Bin Abi Thalib Di Bunuh Untuk Mahar Pernikahan


Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat Kekhalifahan Rasyidin dan Imam Syi'ah pertama, dibunuh oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam pada tanggal 26 Januari 661 di Masjid Agung Kufah.

Ali, yang pada saat itu berumur 62 atau 63 tahun, meninggal karena luka-lukanya, dua hari setelah Abdurrahman bin Muljam memukul kepalanya dengan pedang yang dilapisi racun, pada tanggal 21 ( atau 19 ) Ramadan 40 Hijriyah  ( 28 Januari 661 M ).

Ali adalah khalifah ketiga secara berturut-turut, setelah Umar dan Utsman, yang dibunuh. Pelaku Abdurrahman bin Muljam

Ali menjadi khalifah setelah terbunuhnya Utsman pada tahun 656. Namun, dia menghadapi tentangan dari berbagai faksi termasuk Gubernur Syam, Muawiyah bin Abu Sufyan.

Sebuah perang sipil, yang disebut Fitnah Pertama, terjadi di negara Islam awal yang mengakibatkan penggulingan Khalifah Rasyidin dan berdirinya dinasti Umayyah.

Hal ini dimulai ketika Khalifah Utsman bin Affan dibunuh pada tahun 656 dan kemudian dilanjutkan melalui pemerintahan Ali selama empat tahun.

Setelah Ali setuju untuk melakukan arbitrase dengan Muawiyah bin Abu Sufyan pada saat Pertempuran Shiffin (657), sebuah pemberontakan terjadi terhadap Ali yang dilakukan oleh beberapa anggota tentaranya, yang kemudian dikenal sebagai Khawarij ( " mereka yang keluar " ).

3:390 Mereka membunuh beberapa pendukung Ali, tetapi mereka dihancurkan oleh pasukan Ali pada Pertempuran Nahrawan pada bulan Juli 658.[4] : 260 – 261

Abdurrahman bin Muljam bertemu dengan dua orang Khawarij lainnya yaitu :
Al-Burak bin Abdillah dan Amru bin Bakr at-Tamimi di Mekkah,  dan menyimpulkan bahwa situasi umat Islam pada saat itu disebabkan oleh kesalahan Ali, Muawiyah dan Amru bin Ash, Gubernur Mesir.

Mereka memutuskan untuk membunuh ketiganya agar menyelesaikan " situasi menyedihkan " pada masa mereka dan juga membalas dendam kepada teman-temannya yang terbunuh di Nahrawan.

Bertujuan untuk membunuh Ali, Abdurrahman bin Muljam menuju Kufah di mana dia jatuh cinta pada seorang wanita Yang bernama Fitham yang saudara dan ayahnya meninggal di Nahrawan.

Wanita tersebut setuju untuk menikah dengannya jika saja dia bisa membunuh Ali.

Akibatnya, Ali ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam di Masjid Agung Kufah.

Setelah kematian Ali, Abdurrahman bin Muljam dihukum mati sebagai pembalasan oleh Hasan bin Ali.

Abdur - Rahmaan bin Muljam Sosok ini telah teracuni pemikiran Khawaarij. Yaitu satu golongan yang kali pertama keluar dari jama’atul-muslimîn.

Sejarah mencatat kejahatan kaum Khawaarij ini telah melakukan pembunuhan terhadap Amîrul-Mu`minîn ‘Ali bin Abi Thâlib, yang juga kemenakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Siapakah ‘Abdur-Rahmân Bin Muljam…?

Merupakan kekeliruan jika ada yang menganggap ‘Abdur-Rahmân bin Muljam dahulu seorang yang jahat.

Sebelumnya, ‘Abdur-Rahmân bin Muljam ini dikenal sebagai ahli ibadah, gemar berpuasa saat siang hari dan menjalankan shalat malam. Namun, pemahamannya tentang agama kurang menguasai.

Meski demikian, ia mendapat gelar al-Muqri`. Dia mengajarkan Al-Qur`ân kepada orang lain.

Tentang kemampuannya ini, Khalifah ‘Umar bin al Khaththab sendiri mengakuinya.

Dia pun pernah dikirim Khaliifah ‘Umar ke Mesir untuk memberi pengajaran Al-Qur`ân di sana, untuk memenuhi permintaan Gubernur Mesir, ‘Amr bin al-‘Aash, karena mereka sedang membutuhkan seorang qâri.

Dalam surat balasannya, ‘Umar menulis : “ Aku telah mengirim kepadamu seorang yang shâlih, ‘Abdur-Rahmân bin Muljam.  Aku merelakan ia bagimu.

Jika telah sampai, muliakanlah ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Qur`ân kepada masyarakat ”.

Sekian lama ia menjalankan tugasnya sebagai muqri`, sampai akhirnya benih-benih pemikiran Khawârij mulai berkembang di Mesir, dan berhasil menyentuh ‘âthifah ( perasaan ) nya, hingga kemudian memperdayainya.

Merencanakan Pembunuhan  Terhadap ‘Ali Bin Abi Thâlib

Inilah salah satu keanehan ‘Abdur-Rahmân yang sudah terjangkiti pemikiran Khawârij. Tiga orang penganut paham Khawârij – ‘Abdur-Rahmân bin Muljam al-Himyari, al-Burak bin ‘Abdillah at-Tamîmi dan ‘Amr bin Bakr at-Tamîmi – mereka berkumpul bersama, sambil mengingat-ingat tentang ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu yang telah menghabisi kawan-kawan mereka di perang Nahrawân. Mereka pun berdoa memohon rahmat kebaikan bagi orang-orang yang telah menemui ajalnya itu.

Peristiwa peperangan Nahrawân sangat membekaskan luka mendalam pada hati mereka.

Salah seorang dari mereka berkata : “ Apa lagi yang akan kita perbuat setelah kepergian mereka…? Mereka tidak takut terhadap apapun di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaiknya kita mengorbankan jiwa dan mendatangi orang-orang yang sesat itu . Kita bunuh mereka, sehingga negeri ini terbebas dari mereka, dan kita pun telah melunasi balas dendam…? ”

Akhirnya, mereka merencanakan balas dendam dengan merancang pembunuhan terhadap tiga orang yang mereka anggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

Pembunuhan ini mereka anggap sebagai tangga untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka sepakat melakukan pembunuhan terhadap tiga orang itu, yaitu ‘Ali bin Abi Thâlib, Mu’awiyyah dan ‘Amr bin al ‘Âsh Radhiyallahu ‘anhum, dan mereka berani mempertaruhkan nyawa untuk mewujudkan rencana keji itu.

Rencana ‘Abdur- Rahmân bin Muljam untuk membunuh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu kian menguat setelah didorong oleh seorang perempuan.

Dikisahkan, adalah Fithâm nama wanita itu. Kecantikannya yang masyhur di tengah kaum muslimin telah berhasil merebut hati ‘Abdur-Rahmân bin Muljam. Hingga ia melupakan misi jahatnya di Kufah, yaitu membunuh Amirul-Mu`minin ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhu. Namun tak terduga, hasratnya memperistri wanita yang terkenal cantik itu, justru memicu niatnya yang sempat terlupakan.

Pasalnya, selain permintaan mas kawin yang berupa kekayaan duniawi, wanita ini juga memasukkan pembunuhan terhadap ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu sebagai syarat, jika Ibnu Muljam ingin memperistrinya.

Syarat pinangan yang aneh ini yang kemudian mengingatkan Ibnu Muljam dengan niat jahat itu, dan ia bertambah semangatnya untuk segera mewujudkan niat buruknya. Katanya, ” Ya, ia adalah bagianku. Demi Allah, tidaklah aku datang ke tempat ini kecuali dengan niat untuk membunuh ‘Ali ”. Syarat ini terpenuhi dan pernikahan pun dilaksanakan.

Semenjak itu, sang wanita ini selalu membakar semangat suaminya untuk merealisasikan niatnya. Bahkan ia memberi bantuan kepada Ibnu Muljam seorang lelaki yang bernama Wardân untuk mewujudkan rencana jahat itu.

Setelah itu, Ibnu Muljam pun mengajak seseorang yang Syabiib bin Najdah al Asyja’i. Katanya, ” Maukah engkau memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat…? ”

Tetapi, begitu mendengar yang dimaksud ialah membunuh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu, maka Syabîb menampiknya. Karena ia mengetahui, ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu memiliki jasa yang sangat besar bagi Islam dan kaum muslimin, dan ia memiliki kedekatan dalam hal kekerabatan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
Melihat penolakan ini, Ibnu Muljam tak kalah cerdik. Dengan agresifitasnya, ia membakar emosi Syabîb dengan menyebut kematian orang-orang Khawarij di tangan ‘Ali. Yang akhirnya, ia berhasil menjinakkan hati Syabîb. Padahal Khalifah ‘Ali bin Thâlib -pada masa itu- ialah orang yang paling tekun beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, paling zuhud terhadap dunia, paling berilmu dan paling bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla.

Mereka bertiga kemudian bergerak melancarkan niatnya pada malam 17 Ramadhan 41 H . Hari yang sudah diputuskan oleh Ibnu Muljam, al-Burk dan ‘Amr bin Bakr untuk menyudahi nyawa tiga orang sahabat Rasulullah, yaitu ‘Ali, Mu’awiyyah, dan Amr bin al-‘Âsh Radhiyallahu ‘anhum.

Begitu waktu subuh tiba, sebagaimana biasa Amirul-Mu`minin ‘Ali bin Thâlib keluar dari rumahnya untuk melakukan shalat Subuh dan membangunkan manusia. Saat itulah pedang Khawarij yang beracun menciderai ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Ketika Ibnu Muljam menyabetkan pedangnya pada bagian pelipis ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu, ia berseru : “ Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, bukan milikmu atau orang-orangmu ( wahai ‘Ali ), ” lantas ia membaca ayat :

“ Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya ”. [ al Baqarah / 2 : 207 ].

Mendapat serangan ini, Amirul-Mu`minin berteriak meminta tolong. Dan akhirnya Ibnu Muljam berhasil ditangkap hidup-hidup. Adapun Wardân, ia langsung terbunuh. Sedangkan Syabîb berhasil meloloskan diri.

Akhir Kehidupan ‘Abdur-Rahmaan Bin Muljam

Ketika Amirul-Mu`minin ‘Ali bin Thâlib Radhiyallahu ‘anhu dipastikan meninggal karena serangan Ibnu Muljam, maka diputuskanlah hukuman mati bagi Ibnu Muljam. Hukuman ini diawali dengan memotong kedua kaki dan tangannya dan menusuk dua matanya, kemudian dilanjutkan dengan membakar jasadnya.

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata tentang Ibnu Muljam : “ Sebelumnya, ia adalah seorang ahli ibadah, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, akhir kehidupannya ditutup dengan kejelekan ( su`ul khâtimah ). Dia membunuh Amirul-Mu’minin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tetesan darahnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi ampunan dan keselamatan bagi kita ”.

Berbeda dengan anggapan kalangan Khawârij. Di tengah mereka, ‘Abdur-Rahmân bin Muljam ini dielu-elukan bak pahlawan. Dia mendapatkan pujian dan sanjungan. Di antaranya keluar dari ‘Imrân bin Haththân. Orang ini, sebelumnya dikenal sebagai ahli ilmu dan ahli ibadah. Namun, perkawinannya dengan seorang wanita yang memiliki pemikiran Khawârij, menjadikannya berubah secara drastis. Dia mengikuti pemahaman istrinya. Dia merangkai bait-bait sya’ir sebagai pujian yang ditujukan kepada ‘Abdur-Rahmân bin Muljam :

Oh, sebuah sabetan dari orang bertakwa, tiada yang ia inginkan selain untuk menggapai keridhaan di sisi Dzat Pemilik ‘Arsyi
Suatu waktu akan kusebut namanya, dan aku meyakininya ( sebagai ) insan yang penuh timbangan ( kebaikannya ) di sisi Allah.

Pujian ini tentu merupakan perbuatan ghuluw ( berlebih-lebihan ), sehingga dapat menyeret seseorang menjadi keliru dalam memandang kebatilan hingga terlihat sebagai kebenaran di matanya. Na’ûdzu billahi min dzâlik. Golongan lain yang juga memberi sanjungan kepada pembunuh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu, yaitu golongan Nushairiyyah. Konon katanya, karena Ibnu Muljam telah melepaskan “ ruh ilâhi ” dari tanah.

Beberapa Pelajaran Dari Kisah Di Atas
1. Pemahaman yang benar dalam mengaplikasikan Islam merupakan keharusan bagi seorang muslim. Dalam hal ini, para sahabat merupakan generasi Islam pertama, yang pastinya paling memahami Islam. Mereka mereguknya langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika muncul pergolakan yang disulut kaum Khawaarij, tidak ada satu pun dari sahabat yang merapat ke barisan mereka. Pemahaman-pemahaman terhadap Islam yang tidak mengacu kepada para sahabat -sebagai generasi pertama umat Islam- hanya akan berakhir dengan kekelaman. Motif mereka sesat, karena beranggapan pembunuhan ini sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alasan demikian tentu menjatuhkan citra Islam, dan menjadi ternoda karenanya. Hal ini bisa menimpa siapa pun yang berbuat tanpa dasar ilmu, tanpa pemahaman yang lurus, dan hanya mengandalkan perasaan atau hawa nafsu semata.

2. Kebodohan itu berbahaya, lantaran menyebabkan ketidakjelasan barometer syar’i bagi seseorang, sehingga membuat kelemahan dalam tashawwur ( pendeskripsian ) dalam memandang suatu masalah.

3. Bahaya teman dekat ( istri, suami ) yang berpemikiran buruk atau menyimpang.

Wallahu a’lam

Hancurkan Saja Matahari


- Wahabi : Jangan melakukan ibadah yang gak ada contoh dari Rosulullah SAW.
+ Mbah Digdo Jaya Binangun : Kalau begitu jangan dengar khutbah Jum'at dengan bahasa Indonesia ".

- Wahabi : " Semua amalan itu tertolak kalau gak ada contoh dari Rosulullah SAW ".
+ Mbah Achmed Al Munawi : " Kalau begitu jangan lakukan sholat Tarawih sebulan penuh di masjid ".

- Wahabi : " Islam itu sudah sempurna, gak boleh ditambah-tambahi lagi ".
+ Mbah Maton : " Kalau begitu gak usah banyak bicara. Karna Islam sudah sempurna, dan gak perlu ditambahi lagi ajaran aneh Wahabi ".

- Wahabi : " Kubah kuburan wali harus dirubuhkan. Karna berpotensi syirik disembah ".
+ Mbah Goenoeng : Kenapa hanya kubah kuburan saja yang dirubuhkan, sekalian saja tebang semua pohon di dunia, ratakan gunung”, goa”, laut, hancurkan matahari, bulan, bintang, ka'bah, hajar aswad, karna berpotensi syirik untuk disembah ".

- Wahabi : " Salam kepada orang yang sudah meninggal gak akan sampai ".
+ Mbah Arasy Id :  " Kalau begitu saat sholat gak usah ucapkan : " Assalamu'alaika ayyuhannabiyyu warohmatullahi wabarokatuh " karna Kanjeng Nabi telah lama wafat ".

- Wahabi : " Tasawuf itu ajaran baru, karna Rasulullah gak pernah menyebut sufi ".
+ Mbah Darmo : " Kalau begitu gak usah belajar hadist. Karna istilah” muhaddistpun Kanjeng Nabi gak pernah sebut ".

- Wahabi : " Jangan percaya ulama. Ulama itu gak ada yang maksum. Karna yang maksum itu hanya Rasulullah SAW ".
+ Mbah Izmi Rizlany : " Kalau begitu gak usah pakek hadist. Karna semua hadist diriwayatkan oleh para ulama ".

- Wahabi : " Maulid itu bid'ah, gak boleh dilakukan ".
+ Mbah Wardono : " Kalau begitu jika anakmu lahir, gak usah senyum senang. Karna itu bagian dari perayaan kelahiran ".

- Wahabi : " Indonesia ini negara thoghut ".
+ Mbah Nur Bani Jowo : " Kalau begitu gak usah tinggal di Indonesia ".

- Wahabi : " Aqidah Asy'ariyyah itu sesat'.
+ Mbah Bani Katimin : " Kalau begitu gak usah pakai kitab Ibnu Hajar Al Asqolani ".

- Wahabi : " Imam Syafi'i itu gak maksum ".
+ Mbah Suprapto : " Apalagi kamu nak...!!? Ha… ha… ha… ha…

Tambahan :
Dalam memberantas kemusyrikan, Kanjeng Nabi gak pernah membongkar kuburan dsb. Tapi Kanjeng Nabi menanamkan Ilmu Tauhid yang benar kepada ummatnya. Sebaliknya Kanjeng Nabi malah justru men-SUNNAHkan ummatnya agar ziarah kubur guna mengingat mati.

Contoh :
Meski dari jaman Sahabat Umar Mesir sudah ditaklukkan, Tapi PIRAMIDA dan SPHINX gak dihancurkan Dengan dalih mencegah kemusyrikan. Karna melawan musyrik itu dengan ilmu. Bukan dengan menghancurkan bangunan. Kalau ada yang menyembah matahari, apakah kita harus menghancurkan matahari…? Nggak kan…? Kita hanya sekedar meyakinkan dengan ilmu bahwa matahari itu bukan Tuhan.

Imam Syafi'i gak maksum. Apalagi kita..?

Imam Syafi'i sudah hafal Alqur'an pada umur 7 tahun. Dan beliau juga menguasai 1 juta hadist dan melihat langsung praktek ibadah dari cucu Sahabat Nabi. Jadi FIQH Madzhab Syafi'i itu diambil berdasarkan hasil mempelajari Alqur'an, praktek ibadah cucu Sahabat Nabi, dan 1 juta hadist. Bukan sekedar pendapat pribadi Imam Syafi'i. Imam Hadist paling top sperti Imam Bukhori dan Imam Muslimpun mengikuti madzhab Syafi'i.

Waspada Wahabi
Hubbul Wathon Minal Iman

Sayyid / Habaib Dari Marga Adzmatkhan ( Keturunan Wali Songo )


Pesan Habib Luthfi Bin Yahya Kepada Orang Yang Menganggap Sebelah Mata Bahkan Tidak Menganggap Sayyid / Habaib Dari Marga Adzmatkhan [ Keturunan Wali Songo ]

" Saya sering menyaksikan, bahwa para habaib yang baru datang dari Hadramaut Yaman, jauh sesudah para wali 9 wafat, mereka petentang petenteng, ngandalke marga mereka. "

" Kalian itu siapa...? "
" Apa jasa kalian di bumi Jawa ini…? "

" Leluhur kalian ( para Habaib / sayyid ), datang dari Hadramaut ke Negeri ini, itu Jawa sudah banyak Islamnya, dan saat itu islam di Jawa sudah ada sejak ratusan tahun lamanya. "

" Islam di Nusantara ini, berkah para wali Allah, keturunan Rosulullah dari marga Adzmatkhan. "

" Artinya, kalian cuma nompo kepenak, tompo resik, tanpa susah payah, dakwah tinggal melanjutkan saja, karena susah dibukakan pintu dan jalan oleh Wali -9 Adzmatkhan, untuk kalian lewati. "

" Untuk itu saya sangat bersedih jika, diantara kalian malah mencaci maki keturunan wali 9 itu, apalagi sampai menganggap mereka itu bukan Dzuriyat Rosulullah. "

" Kalian disini, cuma nggandul berkahe wali 9 dan keturunan mereka. "

" Jadi pesan saya kalian para Habaib / Sayyid dari Hadramaut, termaduk saya sendiri, jangan Adi Gang, Adi Gung, Adi Guno, ditanah yang bukan leluhur kita yang membangun. "

" Kita wajib khidmah, ta'dhim, ngrungkebi, terhadap seluruh keturunan wali 9 itu. "

" Dan mereka masih saudara tua kita, mereka bersatu dalam marga  Al-Adzmatkhan, yang tersebar membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan Adzmatkhan banyak yang bersembunyi. "

" Berhati hatilah dalam bergaul bersama mereka, karena sekali lagi mereka saudara yang lebih tua dari kita. "

" Dan leluhur mereka lebih dahulu, membukakan pintu Rohmat Alloh di Tanah Nusantara ini, untuk warga asli dan juga untuk kita selaku saudara pendatang. "

" Kita semua, yang bukan Al-Adzmatkhan ditanah ini hanyalah Nggandul barokahe wali 9 lan keturunan wali 9. "

" Kita sangat haram merendahkan mereka, untuk itu kita wajib hormat dan andap ashor kepada mereka. "

" Kalau bicara dengan mereka, gunakanlah unggah ungguh Jawa yang baik dan benar gunakan bahsa kromo inggil khas Jawa. "

" Kiranya itu yang dapat saya pesankan bagi kalian semua yang hadir disini. "

" Semoga bermanfaat dan kalian tancapkan dalam dalam ke sanubari kalian, serta mengamalkanya dikehidupan kalian. "

Oleh : Yeik Guntur Aji Setiawan.

NU Online
Generasi Muda NU
PIN, PejuangIslamNusantara


Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...