Sebuah kisah, sempat kami
dapatkan waktu sowan dengan Kyai.. Bahwa, ketika Nabi Adam As turun ke bumi,
hewan dan tumbuhan sudah ada di bumi. Lalu kemudian, ada seekor burung yang
datang menghampiri Nabi Adam. Burung itu adalah Burung Perkutut. Nabi Adam
sangat terkesan, karena banyak hewan-hewan besar yang berlalu-lalang, namun
ternyata yang datang untuk 'sowan' hanyalah seekor burung kecil.
Lalu kemudian, Nabi Adam
menengadahkan tangan, dan berdoa : " Ya Allah.., burung ini adalah hewan
pertama yang datang menemuiku. Muliakanlah semua keturunannya…"
Itulah kenapa, Burung Perkutut
banyak dimiliki oleh para Kyai, dan kalangan bangsawan.
Burung perkutut adalah nama
burung yang sudah tidak asing lagi, julukannya adalah Abu tholhah da abu
dzikro, ia memilki kicauan yang indah. Nama untuk wanitanya adalah Qomriyah,
untuk pejantannya adalah saq hur.
Ibnu sayyiduh berkata : perkutut
adalah burung kecil termasuk jenisnya burung dara. Jama’nya adalah Qomari atau
Qumrun, demikian seperti yang tertera dalam kitab Qomus.
Pengarang kitab al-ta’rif
mengatakan : lafadz Qomri tidak boleh ditanwin.
Imam al-sam’ani mengatakan dalam
kitab “ al-ansab ” al-qomrah adalah nama Negara yang putih bagaikan kapur ( mungkin
) tepatnya di mesir, karena keberadaan Hajjaj bin sulaiman bin aflah.
Di riwayatkan dari imam anas bin
malik, al-laits bin sa’ad dan selainnya bahwa hajjaj meninggal dunia pada tahun
198 H dan Muhammad bin salamah serta selainnya dari beliau, Muhammad berkata ;
perkutut adalah nama burung yang di nisbahkan pada Negara ini, begitu yang
telah disampaikan oleh pengarang kitab Mujmal.
Termasuk keajaiban burung
perkutut adalah : telurnya bias di tetaskan ( enggremi : jawa ) dengan burung
puter ( jawa ) begitu pula sebaliknya. Dan juga hama tanaman akan lari bila
mendengar suara burung perkutut. Abu mudhoffar bin al-Sama’ani meriwayatkan
dari orang tuanya, ayahnya berkata : said bin mubarak pernah mendendangkan
sebuah syair :
Aku tahu bahwa keutamaan akan
menghampiri para pemberi makan sahur keluarganya..
Sedangkan kebodohan seseorang
akan mengalahkannya dari kemajuan. Begitu pula aku tahu, kadang seseorang
terselamatkan dari buruk tutur katanya dengan merawat burung perkutut yang
indah kicauannya.
Faidah…
Suatu ketika imam Syafi’i duduk
di dekat imam Malik, kemudian datanglah seorang pria seraya berkata ” aku telah
menjual burung perkututku hari ini, namun tak lama kemudian sang pembeli
mengembalikannya seraya berkata ” perkututmu tidak berkicau ” setelah itu aku
bersumpah jika perkututku tidak berkicau, aku akan mentalak ( istriku ),
kemudian imam malik berkata ” sesungguhnya kamu telah mentalak istrimu ”.
Ketika itu usia imam Syafi’i baru empat belas tahun, dan beliau berkata pada
lelaki itu ” mana yang lebih banyak, berkicaunya atau diamnya…? ” lelaki itu
menjawab “ berkicaunya ”, imam Syafi’i berkata “ kalau begitu, istri kamu tidak
tertalak ”.
Mendengar hal itu imam Malik
berkata “ hai anak muda…! Darimana kamu mendapatkan jawaban itu….? ”, beliau
menjawab “ dari engkau. Engkau dari Zuhri dari Ibni Salamah bin Abdirrahman
dari Ummi Salamah : sesungguhnya Fathimah binti Qois berkata “ wahai
Rasulallah, sesungguhnya Abu Jahm dan Mu’awiyah melamarku, Nabi berkata “ kalau
Mu’awiyah, dia seorang yang amat miskin. Sedangkan Abu Jahm adalah seorang yang
tak pernah meletakkan tongkatnya dari bahunya. Rasullah mengetahui bahwa Abu
Jahm adalah seorang yang bisa makan tidur dan istirahat, beliau berkata “ tidak
meletakkan tonggkatnya ” maksud beliau adalah majaz karena kebiasaan orang arab
memakai yang paling menonjol dari kedua pekerjaannya.
Kalau demikian ( berkicaunya
lebih sering dari pada diamnya ) maka burung itu dianggap selalu berkicau.
Setelah penjelasan itu imam Malik terkagum atas jawaban imam Syafi’i, kemudian
imam Malik berkata “ sekarang engkau telah boleh memberikan fatwa dalam usiamu
yang sekarang ”
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment