Gara-gara kasus perempuan yang dimutilasi jadi 310 potong di Surabaya itu, saya jadi akrab sama istilah living together.
Living together. Hidup bersama sebelum menikah. Alias kumpul kebo.
Tapi, kenapa gak tetap pake istilah kumpul kebo aja sih?
Kumpul kebo, ya kumpul kebo. Kenapa harus living together? Biar apa? Biar sopan kah?
Perbuatan setercela itu kenapa harus di sopan-sopan kan bahasanya?
Istilah kumpul kebo sudah dipakai sejak jaman nenek moyang kita, dan kesannya jelas negatif. Di Indonesia, kumpul kebo mengandung stigma sosial dan moral yang kuat. Pelakunya bakal dihujat kanan kiri atas bawah. Kalau sampai hamil, si cewek dibuang dari keluarga, anak yang lahir bakal dihujat sebagai anak harum.
Berat.
Maka, banyak yang takut disangka kumpul kebo.
Tetapi, ketika istilah living together dipakai, seperti ada semacam pencucian makna. Bahasa Inggris memberi kesan modern, netral, trendy.
Maka, sesuatu yang awalnya jelas-jelas tercela di mata masyarakat Indonesia, lewat istilah baru terasa lebih bisa diterima atau lebih biasa.
Karena tidak sedikit orang yang merasa lebih keren atau lebih santun kalau pakai istilah Inggris. Pelan-pelan terjadi normalisasi budaya, di mana generasi muda di kota besar sering lebih terbuka pada gaya hidup Barat.
Media massa dan konten digital juga punya andil dalam hal ini. Mereka lebih nyaman pakai istilah netral supaya tidak terkesan menghakimi audiens.
Padahal, memang problemnya justru di sini. Dengan mengganti istilah yang lebih adem, kesan 'dosa' atau 'aib' jadi menipis, lama-lama menghilang. Yang tadinya dianggap jelas tercela, pelan-pelan jadi terlihat biasa.
Lama-lama bisa ditoleransi.
Lama-lama, jadi lifestyle.
Akhirnya, makin ke sini, istilah living together dianggap sebagai pilihan hidup, bukan lagi alb sosial. Bukan lagi larangan agama.
Mungkin, suatu saat nanti kita akan mendengar anak-anak muda di kafe ngobrol seperti ini;
"Ya ampun, dia sama pacarnya udah living together loh. Sweet banget, kayak di film-film Barat."
Amit-amit, ya ampun. Jangan sampai kumpul kebo dibilang sweet
Karena, meski ganti bungkus jadi bahasa Inggris, apakah dosanya jadi berkurang? Ya tidak. Hidup bersama sebelum menikah tetap dosa besar. Tetap aib besar.
Dan tetap SANGAT MERUGIKAN, terutama bagi pihak perempuan.
Perempuan yang berstatus kumpul kebo sulit mendapat perlindungan hukum. Tidak ada perlindungan sosial. Berbeda kalau dia dalam ikatan pernikahan yang sah.
Mungkin ada yang bilang saya overthinking. Orang kolot. Gak masalah. Saya memang kolot, kalau mikir suka kejauhan. Sebagai orang tua, saya khawatir istilah living together ini makin normal dipakai. Karena saya takut anak-anakku nanti nganggep itu biasa aja.
Kembalikanlah kejujuran itu. Jangan pura-pura manis untuk sesuatu yang pahit. Tidak perlu kita berpura-pura indah untuk sesuatu yang jelas-jelas merusak.
Karena memang kumpul kebo itu tercela, ya sebut aja kumpul kebo. Tidak usah disulap jadi living together.
Karena kalau dari bahasanya saja sudah gak jujur, bagaimana kita bisa berharap moralnya tetap terjaga? Ya sulit lah.
π€£π€£ ya bgitulah fakta jaman skrang..sangat mengerikan..penampilan alim ga menjamin alim juga isinya..sya trmasuk orang kolot π..sngat menekankan ke hati2an sma anak perempuan sya..ga boleh pacaran..klo tmen deket shabat boleh..klo rewel lngsung tak semprot abis2 an..hp aja masih tak batasin blum boleh bawa sndri kcuali ke skolah jika diperlukan..sya ga asal melarang..tentu smbil sya jelaskan sgala sesuatunya biar anak bner2 tau dan mmhami sgala macam resikonya baik dan buruknya..bodo amat orang mau bilang apa..
ReplyDeleteNah... Ini orang tua cerdas...π
ReplyDeleteBlum ada update ya bang
ReplyDeleteBlum bisa update om... Quota internet abis, ngantuk lagi, blum ngopi, cos kopi jg abis, jd gimana, om... π
ReplyDeleteMungkin update bulan depan π€
Di rapel skalian bangπ
ReplyDelete