Charlie Chaplin, komedian paling
terkenal tempo dulu, pernah bercerita :
Waktu masih kecil, aku diajak
oleh ayahku untuk nonton pertunjukan sirkus.
Sebelum masuk, kami antri di
depan loket untuk membeli karcis.
Antrian cukup panjang, dan di
depan kami ada satu keluarga ikut antri. Bapak, ibu, dan 4 anak.
Anak-anak itu tampak bahagia;
dari pakaian yang mereka kenakan, dapat dipastikan bahwa mereka bukan orang
kaya, pakaiannya sangat sederhana, meski tidak dekil.
Tiba giliran mereka harus
membayar karcis. Sang bapak merogoh kantong celana, dan tampak kebingungan,
uangnya tidak cukup untuk membayar 6 lembar karcis.
Dia sedih dan murung, kemudian
segera minggir dari antrian.
Ayahku melihatnya, dan langsung
merogoh uang 20 dolar dari sakunya.
Ayahku langsung menjatuhkan uang
itu di samping bapak empat anak tersebut.
Ayahku menepuk pundaknya, dan
berkata, " Pak, uang anda jatuh…."
Bapak itu menoleh, memandang
ayahku, dan dia sadar bahwa ayahku mau membantunya supaya bisa beli 6 karcis.
Matanya sembab, bibirnya
tersenyum, dan dia ambil uang 20 dolar itu sambil berterimakasih.
Ayahku pun tersenyum, lantas
mundur menghampiri aku.
Aku lihat bapak itu segera beli
karcis untuk keluarganya; mereka tampak sangat bahagia.
Ayahku lantas mengajak aku
pulang, kami tidak jadi nonton pertunjukan sirkus.
Ternyata, uang ayahku hanya 20
dolar, dan sudah diberikan kepada keluarga tadi.
Dalam hidupku, itulah pemandangan
yang paling menakjubkan.
Pemandangan yang jauh lebih indah
dibanding pertunjukan apapun di muka bumi ini.
Sejak saat itu aku meyakini,
bahwa pendidikan terbaik adalah tindakan, bukan kata-kata.
It's not about how much money you
give. It's about how much love you put in your give.