Dahulu, guru saya KH.Mafuh
Basthul Birri ( Lirboyo ) sangat marah kalau ada santri menghafal Al-Qur an di
PPMQ hanya sebagai wasilah untuk bisa kuliah di luar negri ( karena syarat
kuliah di Timur Tengah hafal beberapa juz ). Akhirnya kang santri yang model
seperti itu ketika dapat sepuluh juz langsung boyong. Karena komitmen Abah Kyai
Maftuh membangun pondok PPMQ untuk mewadahi mereka yang ingin menghafal Al-Qur
an secara lancar dan agar para Al-Qur an bisa punya bekal ilmu agama yang
mumpuni dengan adanya madrasah diniyyah MDMQ.
Ketika saya pulang, saya
dikagetkan dengan menjamurnya pondok tahfidz di Ponorogo. Banyak sekolah
favorit mendirikan asrama ( semacam pesantren ) untuk mewadahi para siswanya
yang ingin menghafalkan Al-Qur an. Saya
sempat salut dengan program itu, mungkin ini bisa meminimalisir kenakalan
remaja zaman sekarang.
Tapi dugaan saya kliru, asrama
yang masuknya saja konon mahalnya luar biasa itu, hanya digunakan untuk para
siswa yang sekolah di situ untuk mendapatkan beasiswa di perguruan Negri
favorit program tahfidz 30 juz. Kalau
seperti ini lebih ngeri bagi saya. Kalau Kyai Munawwir dan Kyai Arwani
mengharamkan MTQ dengan dalil
ۦۖ وَلَا تَشۡتَرُوا۟ بِـَٔایَـٰتِی ثَمَنࣰا قَلِیلࣰا
Mungkin dengan adanya fenomena
ini Kyai Arwani lebih mengharamkan.
Orang hafal Qur an itu pilihan,
dapat hafal 30 juz secara lancar itu anugrah. Perlu banyak riyadloh untuk
mendapatkan 30 juz secara lancar dan tahu arti kandungan maknanya. Mulai dari
nderes istiqomah, makan dari yang halal, menjauhi maksiat dsb. Bahkan saudara
saya, kakak Marsupilam II rela berpuasa bertahun-tahun agar Al-Qur an menancap
dalam hatinya.
Termasuk dosa besar umat
Rosululloh adalah dahulu sudah hafal ayat Al-Qur an kemudian dia tledor
sehingga lupa ayat-ayat yang dihafal. Bagi saya, kalau sudah berkecimpung di
dunia tahfidz pekerjaan utamanya adalah menjaga hafalan dan sedikit demi
sedikit memahami kandungannya. Sampai-sampai guru saya melarang saya kuliah
" awakmu ogak usah kuliah wae, kerjo sak enek e wae gak usah aneh-aneh, wong
rizqi wes diatur karo Gusti Allah. Timbang Qur’anmu ilang kabeh " begitu
kurang lebih dhawuh Abah Yai Maftuh.
Jadi sekali lagi, fenomena
tahfidz yang lagi trending sekarang, kalau niatnya ingin menjadi keluarga Allah
dan memahami isi kandungannya itu sangat baik. Bukankah Imam Nawawi, Syafi'i, Ghozali
dan lainnya hafal Qur an dari kecil. Tapi kalau niatnya cuma mencari beasiswa, menjadi
idola para remaja putri itu sudah meremehkan ke sakralan derajat Qur an.
No comments:
Post a Comment