Kh Masduqie Mahfudh : Shalawat
Sebagai Wasilah Untuk Mengatasi Penyakit Dan Kesulitan
Pengalaman shalawat lagi oleh KH
Masduqie Mahfudz, Mantan Rois Syuriah NU
Jawa Timur, dan pengasuh Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang. Beliau wafat
pada hari Ahad, tanggal 2 Maret 2014.
Ketika Kiai Masduqie harus
melaksanakan dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu
pukul 5 sore, dan bilang ke Kiai Masduqie, “Saya disuruh oleh ibu, disuruh
minta air tawar.”
Kiai Masduqie mengaku masih bodoh
saat itu. Seketika itu ia menjawab, “Ya, silakan ambil saja, air tawar. kan
banyak itu di ledeng2 itu.”
“ Bukan itu, Pak. Air tawar yg
dibacakan doa2 untuk orang sakit itu, Pak,” kata si tamu.
“O, kalau itu ya tidak bisa
sekarang. Ambilnya harus besok habis shalat shubuh persis.”
Kiai Masduqie menjawab begitu
karena beliau ingin bertanya kepada sang istri perihal abah mertua yang sering
nyuwuk2 (membaca doa untuk mengobati) dan ingin tahu apa yg dirapalkan.
Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yg dibaca abahnya di rumah.
Padahal Kiai Masduqie sudah janji.
Habis isya’ saat beliau harus
wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang shalawat. Inti hadits
tersebut kurang lebih, “Siapa yang baca shalawat sekali, Allah beri rahmat
sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah beri rahmat seratus. Baca shalawat
seratus, Allah beri rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu,
kecuali Allah mengabulkan permintaanya.”
Setelah mencari di berbagai
kitab, ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu pun bangun
di tengah malam, mengambil air wudlu dan
air segelas, setelah itu membaca shalawat seribu kali. ALLAHUMMA SHALLI WA
SALLIM ‘ALA SAYYIDINÂ MUHAMMAD.
Setelah beliau selesai membaca
seribu shalawat, beliau berdoa, ”ALLAHUMAJ’AL HADZAL MA’ DAWÂ-AN LIMAN
SYARABAHU MIN JAMÎ’IL AMRÂDH”. Arti doa tersebut, “Ya allah, jadikanlah air ini
sbg obat dari segala penyakit bagi peminumnya”. Lalu meniupkan ke air gelas dan
baca shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tsb kepada orang
yg memintanya.
Setelah tiga hari, ada berita
dari orang tsb bahwa si penderita penyakit sudah sembuh setelah meminum air
dari Kiai Masduqie. Padahal, sakitnya sudah empat bulan dan belum ada obat yg
bisa menyembuhkan. Dokter pun sudah tidak sanggup menangani penyakit yg
diderita orang ini dan menyarankan untuk mencari obat di luar. Anehnya, pemberi
kabar itu mengatakan bahwa Kiai Masduqie selama tiga hari itu mengelus2 perut
orang yg sakit.
Mengelus2 perut? Tentu saja
tidak, apalagi si penderita penyakit adalah perempuan yg bukan mahramnya. Hal
itu juga mustahil karena Kiai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat
shalawat, atas izin Allah penyakitnya sembuh.
Sejak peristiwa itu di Kalimantan
timur, Kiai Masduqie terkenal sbg guru agama yg pintar nyuwuk. Sampai penyakit
apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan shalawat, ya istri
beliau mengambilkan air jeding, yg sudah dipakai untuk wudlu. Ya sembuh juga
penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kiai Masduqie ketika dinas di
Kalimantan.
Cerita lain, suatu ketika beliau
harus ke Samarinda dgn naik kapal pribadi milik Gubernur Aji Pangeran Tenggung
Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di Tanjung
Makaliat kapal yg diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang2lah
kapal tsb. Kiai Masduqie sadar, berwudlu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak
para awak kapal untuk mengumandangkan adzan agar malaikat pengembus angin dahsyat
tsb berhenti. Lalu berhentilah angin tsb. Inilah salah satu pengalaman shalawat
Kiai Masduqie.
“Kalau ada orang menderita
penyakit aneh2, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan shalawat seribu
kali. Kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insyaallah qabul,” kata Kiai
Masduqie saat pengajian di Majelis Riyadul Jannah.
“Berkat shalawat Nabi, sampean
tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta
sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak pernah. Modalnya
hanya shalawat saja. Uang yg datang ya ada juga, tapi nggak habis2. Itu berkat
shalawat,” lanjut Kiai Masduqie dalam pengajiannya.
Kisah lainnya, suatu ketika,
seorang bidan mengadu kepada Kiai Masduqie tentang suaminya yg pergi
meninggalkannya karena terpikat dgn wanita lain. Ia berharap suaminya bisa
kembali. Abah, demikian para santrinya menyapa, menjawab bidang tsb dgn tegas
menganjurkan untuk baca shalawat. Bidan pun secara istiqamah mengamalkannya,
dan dalam selang beberapa lama suaminya kembali seraya bertobat.
Kiai Masduqie memiliki sembilan
putra/putri ini yang di samping sarjana juga bisa membaca kitab semua. Saat
anak beliau ada yg mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca shalawat,
belaiu juga membacakan shalawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra-putrinya.
Kiai Masduqie pernah dawuh,
”Berkat shalawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yg tidak dituruti
oleh Allah. Belum ada permintaan yg tidak dituruti berkat shalawat Nabi. Semua
permintaan saya terpenuhi berkat shalawat”.