Oleh Gus Nadirsyah Hosen
Belakangan ini beredar luas
kutipan yang dikatakan berasal dari Imam Syafi’i tentang ulama mana yang harus
kita ikuti. Dari kutipan baik berbentuk tulisan maupun meme (gambar) itu konon
Imam Syafi’i menyarankan kepada muridnya untuk mengikuti ulama yang terkena fitnah
atau dibenci oleh orang kafir.
Saya penasaran. Di kitab mana
Imam Syafi’i mengatakan demikian? Saya telusuri sejumlah kitab karya Imam
Syafi’i yang saya miliki, dari mulai ar-Risalah, al-Umm, Diwan dan Musnad, tapi
saya tidak menjumpainya. Begitu juga sejumlah kitab babon yang ditulis oleh
para murid Imam Syafi’i juga saya coba telusuri, namun saya tidak mendapatkan
sanad kutipan tersebut.
Dalam bahasa Arab kutipan yang
beredar itu begini teksnya:
سئل اﻹمام الشافعي رحمه الله : كيف نرى الحق من بين كل هذه الفتن ؟ فقال :اتبع سهام العدو ترشدك إلى الحق
Imam Syafi’i ditanya : “ Bagaimana
kita mengetahui pengikut kebenaran di jaman yang penuh fitnah…? ”
Beliau menjawab : “ Perhatikanlah
panah-panah musuh ( ditujukan kepada siapa ), maka itu akan menunjukimu kepada
siapa ‘Pengikut Kebenaran’ itu ”.
Redaksi di atas telah dimodifikasi dalam berbagai versi yang
viral sesuai kepentingan masing-masing. Misalnya yang saya temukan :
Versi pertama ;
Imam Syafi’i berkata : “ Carilah
pemimpin yang banyak panah-panah FITNAH menuju kepadanya, IKUTILAH mereka yang
banyak di FITNAH, Karena sesungguhnya mereka sedang berjuang di JALAN yang
BENAR. ”
Versi kedua :
Imam Syafi’i pernah berkata :
Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan Umat, sehingga Umat
bingung memilih mana Ulama Warosatul Anbiya dan mana Ulama Suu’ yang
menyesatkan Umat.
Lantas murid Imam Syafi’i
bertanya : “ Ulama seperti apa yang kami harus ikuti di akhir zaman wahai guru…?
”
Beliau menjawab : “ Ikutilah
ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik. Dan jauhilah ulama
yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik, karena ia ia akan
menyesatkanmu, menjauhimu dari Keridhoan Allah “.
Saya menemukan pula di internet
bahwa kutipan senada yang dinisbatkan kepada Imam Syafi’i itu juga sering
disandarkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan juga kepada Ibn Taimiyah. Jadi
sebenarnya itu kutipan dari siapa…? Wa Allahu a’lam.
Tapi yang jelas sejauh ini saya
tidak menemukan rujukan dari kitab klasik manapun dan juga tidak mendapati
sanad kutipan yang diklaim berasal dari pernyataan Imam Syafi’i. Terakhir,
setelah usaha saya menelusuri lembaran kitab gagal, saya bertanya langsung
kepada Syekh Ibrahim al-Shafie seorang ulama keturunan langsung dari Imam
Syafi’i. Lewat WA beliau mengonfirmasi bahwa beliau pun tidak menemukan kutipan
tersebut dalam kitab manapun baik dari Imam Syafi’i maupun dari murid-murid
sang Imam.
Jadi, saya berani mengatakan
bahwa kutipan di atas itu PALSU, sampai ada yang bisa menyebutkan sumber dan
sanad kutipan tersebut dan kita verifikasi bersama kevalidannya.
Nah, kutipan di atas telah
diviralkan sejumlah pihak sesuai kepentingannya. Para pendukung HRS misalnya
mengatakan banyak fitnah terhadap HRS dari para musuh Islam dan itu membuktikan
HRS sebagai ulama yang benar, berbeda dengan para ulama NU seperti Gus Dur dan
Kiai Said Aqil Siradj yang justru disenangi oleh kaum kafir. Pendukung Gus Dur
dan Kiai SAS juga melawan dengan menggunakan kutipan yang sama bahwa justru
banyak sekali fitnah yang ditujukan kepada kedua kiai NU ini, dan itu
menunjukkan mereka juga benar.
Yang mengejutkan ISIS pun
ternyata memakai kutipan di atas dan mengatakan dulu panah musuh, sekarang
pesawat tempur dan rudal musuh Islam ditujukan kepada mereka, maka merekalah
kelompok yang benar dan harus diikuti umat Islam.
Saya ingin mengatakan bahwa
kutipan di atas yang belum terverifikasi itu sudah menjadi BOLA LIAR dan
dipakai untuk membela kepentingan masing-masing. Tapi jangan-jangan kita semua
yang memakai kutipan di atas jadi turut berdusta atas nama Imam Syafi’i.
Dan kalau kita mau kaji lebih
jauh, masak sih standar ‘kebenaran’ itu diukur dari berapa banyak fitnah yang
ditujukan kepada ulama..?
Jangankan para ulama, lha wong
saya saja yang bukan siapa-siapa sering kena fitnah dibilang liberal, Syi’ah,
sesat, bahkan setiap saat akun saya di medsos diserang para haters. Apa
otomatis itu menjadikan pendapat saya benar…? Ya belum tentu. Ukuran kebenaran
bukan semata-mata soal kebencian dan fitnah dari orang lain, tapi yang terutama
adalah soal otoritas keilmuan dan kekuatan argumentasi berdasarkan Nash dan
kitab-kitab rujukan.
Kembali ke masalah di atas. Saya
tegaskan sekali lagi, bahwa klaim kutipan dari Imam Syafi’i di atas belum
terverifikasi, dan harus kita anggap sebagai PALSU dan jangan lagi disebarkan
selama belum ada sumber dan sanadnya. Kalau ada yang menyebarkannya, tanya saja
: “ di kitab apa Imam Syafi’i berkata demikian…? ” Jangan sampai kita dianggap
berdusta atas nama Imam Syafi’i.
Mari kita kirimkan al-Fatihah
untuk Imam Syafi’i