Photo

Photo

Sunday 3 January 2021

Kalamantra “ Arti Kata Mantra “


Mantra adalah bahasa Sansekerta, gabungan dua kata dari Man dan Tra. Man berarti pikiran, sedang Tra berarti merdeka atau pembebasan. Pada sisi lain Mantra sepadan maknanya dengan Berdoa, sehingga bisa dimengerti bahwa Mantra adalah serangkaian wujud permohonan. Memohon pada siapa…? Tentu kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Leluhur kita zaman dahulu, jika sudah mengucapkan Mantra, maka pikiranya menjadi " Suwung " tiada yang dituju kecuali hanya kepada-Nya. Pembebasan pikiran dari elemen-elemen keduniaan sehingga fokus menghadapkan jiwa raga kepada-Nya itulah derajat Tra. Artinya dia telah " Merdeka " sebagai kawula, yaitu benar-benar tengah menghamba dengan rasa tenang. Bisa juga disebut dalam kondisi khusyu'.

Para Leluhur kita tidak pernah main-main dengan Mantra, karena proses ber-Mantra memiliki kaitan vertikal pada Sang Pencipta. Bayangkan….! Jika bersinggungan dengan sesama manusian saja, para Leluhur menjaga unggah ungguh. Apalagi melaksanakan suatu perkara yang berhubungan secara langsung dengan Sang Penguasa Semesta, tentu menjaga adab adalah wajib.

Itulah salah satu rahasia kenapa Leluhur kita zaman dahulu, permohonannya mudah dikabulkan. Karena beliau-beliau, terlebih dahulu menata tata krama sebelum memohon, mengosongkan pikiran sebelum mengharap kemustajabahan. Dalam ke-Suwungan, di Kalamantra dengan sepenuhnya Ta'aluq Billah, tan kena wola walik….!!!

Sri Narendra Kalaseba

Melacak Sumber Kutipan Imam Syafi’i “ Soal Panah Fitnah “



Oleh Gus Nadirsyah Hosen 

Belakangan ini beredar luas kutipan yang dikatakan berasal dari Imam Syafi’i tentang ulama mana yang harus kita ikuti. Dari kutipan baik berbentuk tulisan maupun meme (gambar) itu konon Imam Syafi’i menyarankan kepada muridnya untuk mengikuti ulama yang terkena fitnah atau dibenci oleh orang kafir.

Saya penasaran. Di kitab mana Imam Syafi’i mengatakan demikian? Saya telusuri sejumlah kitab karya Imam Syafi’i yang saya miliki, dari mulai ar-Risalah, al-Umm, Diwan dan Musnad, tapi saya tidak menjumpainya. Begitu juga sejumlah kitab babon yang ditulis oleh para murid Imam Syafi’i juga saya coba telusuri, namun saya tidak mendapatkan sanad kutipan tersebut.

Dalam bahasa Arab kutipan yang beredar itu begini teksnya:

‎سئل اﻹمام الشافعي رحمه الله : كيف نرى الحق من بين كل هذه الفتن ؟ ‎فقال :اتبع سهام العدو ترشدك إلى الحق

Imam Syafi’i ditanya : “ Bagaimana kita mengetahui pengikut kebenaran di jaman yang penuh fitnah…? ”

Beliau menjawab : “ Perhatikanlah panah-panah musuh ( ditujukan kepada siapa ), maka itu akan menunjukimu kepada siapa ‘Pengikut Kebenaran’ itu ”.

Redaksi di atas telah dimodifikasi dalam berbagai versi yang viral sesuai kepentingan masing-masing. Misalnya yang saya temukan :

Versi pertama ;

Imam Syafi’i berkata : “ Carilah pemimpin yang banyak panah-panah FITNAH menuju kepadanya, IKUTILAH mereka yang banyak di FITNAH, Karena sesungguhnya mereka sedang berjuang di JALAN yang BENAR. ”

Versi kedua :

Imam Syafi’i pernah berkata : Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan Umat, sehingga Umat bingung memilih mana Ulama Warosatul Anbiya dan mana Ulama Suu’ yang menyesatkan Umat.

Lantas murid Imam Syafi’i bertanya : “ Ulama seperti apa yang kami harus ikuti di akhir zaman wahai guru…? ”

Beliau menjawab : “ Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik. Dan jauhilah ulama yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik, karena ia ia akan menyesatkanmu, menjauhimu dari Keridhoan Allah “.

Saya menemukan pula di internet bahwa kutipan senada yang dinisbatkan kepada Imam Syafi’i itu juga sering disandarkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan juga kepada Ibn Taimiyah. Jadi sebenarnya itu kutipan dari siapa…? Wa Allahu a’lam.

Tapi yang jelas sejauh ini saya tidak menemukan rujukan dari kitab klasik manapun dan juga tidak mendapati sanad kutipan yang diklaim berasal dari pernyataan Imam Syafi’i. Terakhir, setelah usaha saya menelusuri lembaran kitab gagal, saya bertanya langsung kepada Syekh Ibrahim al-Shafie seorang ulama keturunan langsung dari Imam Syafi’i. Lewat WA beliau mengonfirmasi bahwa beliau pun tidak menemukan kutipan tersebut dalam kitab manapun baik dari Imam Syafi’i maupun dari murid-murid sang Imam.

Jadi, saya berani mengatakan bahwa kutipan di atas itu PALSU, sampai ada yang bisa menyebutkan sumber dan sanad kutipan tersebut dan kita verifikasi bersama kevalidannya.

Nah, kutipan di atas telah diviralkan sejumlah pihak sesuai kepentingannya. Para pendukung HRS misalnya mengatakan banyak fitnah terhadap HRS dari para musuh Islam dan itu membuktikan HRS sebagai ulama yang benar, berbeda dengan para ulama NU seperti Gus Dur dan Kiai Said Aqil Siradj yang justru disenangi oleh kaum kafir. Pendukung Gus Dur dan Kiai SAS juga melawan dengan menggunakan kutipan yang sama bahwa justru banyak sekali fitnah yang ditujukan kepada kedua kiai NU ini, dan itu menunjukkan mereka juga benar.

Yang mengejutkan ISIS pun ternyata memakai kutipan di atas dan mengatakan dulu panah musuh, sekarang pesawat tempur dan rudal musuh Islam ditujukan kepada mereka, maka merekalah kelompok yang benar dan harus diikuti umat Islam.

Saya ingin mengatakan bahwa kutipan di atas yang belum terverifikasi itu sudah menjadi BOLA LIAR dan dipakai untuk membela kepentingan masing-masing. Tapi jangan-jangan kita semua yang memakai kutipan di atas jadi turut berdusta atas nama Imam Syafi’i.

Dan kalau kita mau kaji lebih jauh, masak sih standar ‘kebenaran’ itu diukur dari berapa banyak fitnah yang ditujukan kepada ulama..?

Jangankan para ulama, lha wong saya saja yang bukan siapa-siapa sering kena fitnah dibilang liberal, Syi’ah, sesat, bahkan setiap saat akun saya di medsos diserang para haters. Apa otomatis itu menjadikan pendapat saya benar…? Ya belum tentu. Ukuran kebenaran bukan semata-mata soal kebencian dan fitnah dari orang lain, tapi yang terutama adalah soal otoritas keilmuan dan kekuatan argumentasi berdasarkan Nash dan kitab-kitab rujukan.

Kembali ke masalah di atas. Saya tegaskan sekali lagi, bahwa klaim kutipan dari Imam Syafi’i di atas belum terverifikasi, dan harus kita anggap sebagai PALSU dan jangan lagi disebarkan selama belum ada sumber dan sanadnya. Kalau ada yang menyebarkannya, tanya saja : “ di kitab apa Imam Syafi’i berkata demikian…? ” Jangan sampai kita dianggap berdusta atas nama Imam Syafi’i.

Mari kita kirimkan al-Fatihah untuk Imam Syafi’i

Status Jomblo Sejatinya Sedang Berjihad

Pembelaan Gus Baha’ Kepada Kaum Jomblo

Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang

Meski jomblo kerap diledek, akan tetapi jomblo sendiri memiliki keistimewaan khusus. Mufassir muda KH. Baha’uddin Nursalim atau biasa dipanggil Gus Baha’ memberi tafsiran mengenai jomblo. Bahwa mereka yang berstatus jomblo sejatinya sedang berjihad, yaitu jihad mendapatkan pasangan hidup.

Sementara mencari pasangan hidup ( menikah ) adalah perintah agama. Artinya, jika seseorang meninggal dalam keadaan jomblo, maka matinya termasuk kategori syahid. Gus Baha’ memberikan narasi tentang jomblo yang dimaksud.

" Orang mencintai perempuan nggak kesampaian, mau zina nggak berani, ditahan nggak sanggup, dan yakin ditolak, itu kalau mati, matinya syahid ”.

Ada banyak alasan mengapa muncul cerita kasih tak sampai. Ya itu tadi, mulai dari alasan alamiah, ilmiah, hingga ilahiah. Bisa jadi karena faktor alamiah seperti ciri-ciri fisik, nasab, maupun asal daerah. Ada juga alasan ilmiah antara lain tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status sosial, atau alasan ilahiah karena memang sudah takdir.

Mau berzina juga takut dosa, malu sama Tuhan jika melakukan maksiat. Sementara di luar sana, banyak orang yang secara status belum menikah, tetapi sejatinya sudah tidak perjaka atau perawan karena berzina. Naudzubillah… Nah, dalam kasus seperti ini, berpuasa dapat menjadi solusi. Walapun toh, puasa atau ibadahnya para jomblo pahalanya lebih sedikit dari puasanya orang yang sudah menikah.

Yakin ditolak juga menjadi alasan mengapa orang masih menjomblo. Ini adalah tipe-tipe orang minder, pesimistis sekaligus sangat naif. Tetapi tidak bisa disalahkan juga. Bisa jadi karena memang sudah dikalkulasi sedemikian rupa secara matematis, sehingga peluang untuk mendapatkan gadis pujaan semakin menipis. Dari pada tidak sanggup merasakan pahitnya ditolak, lebih baik “ aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo…”

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...