Photo

Photo

Wednesday 9 December 2020

Abu Nuwas Menjual Agama

Malam ini tekad Abu Nuwas sudah bulat, besok pagi dia ingin menjual agamanya…!

Esok pagi, ketika pasar Musayyib di Baghdad Selatan mulai ramai, Abu Nuwas terlihat menghampiri toko demi toko, menyusuri lorong demi lorong, menjajakan agamanya. Hampir semua toko dia masuki meski setelah itu setiap penunggu toko melongo menatap Abu Nuwas.

‘’Toko ini menjual agama?’’ begitu selalu Abu Nuwas bertanya.

Biasanya penjaga atau pemilik toko geleng-geleng kepala, heran.

‘’ Kalau Anda tidak menjual agama, saya ingin menjual agama saya. Berminat…? ’’

‘’Saya kira Anda sudah sinting, Abu Nuwas,’’ selalu begitu jawaban para pemilik toko.

Abu Nuwas selalu tersenyum setiap ada yang menuduh dia sinting. Jika dia terlihat segera pergi meninggalkan toko, itu tanda dagangannya tidak laku. Tapi, pujangga ini tak kenal lelah. Dia segera pergi ke toko lain, lalu kembali menawarkan barang dagangannya. ''Agama ... agamaaa, ada yang mau beli agama…?''

Akibatnya pagi itu pasar geger. Sesama pedagang di pasar berkasak-kusuk lalu menuduh Abu Nuwas gila. Banyak juga yang menuduhnya sudah jadi atheis. Mereka berpikir, bagaimana mungkin Abu Nuwas bisa menyembah Tuhan jika dia tak punya agama lagi? Akhirnya, mereka bersepakat membekuk penyair Baghdad itu untuk diserahkan kepada Khalifah Harun Al-Rasyid. Maklum, menurut konstitusi yang berlaku di Baghdad, atheisme sangat dilarang.

Dengan tangan diikat, Abu Nuwas digeret ke istana. Orang-orang di pasar bahkan hampir memukuli penulis syair berjudul ‘’Al-Firdaus’’ itu atas tuduhan atheisme. Khalifah tentu saja kaget melihat Abu Nuwas digiring massa dengan tangan terikat. Benarkah penyair kesayangannya itu tertangkap basah mencopet di pasar, pikir khalifah.

Ketika massa pulang, Harun Al Rasyid tak sabar ingin tahu apa yang terjadi pada pujangga yang dia kagumi itu. Didampingi beberapa qadhi istana, Abu Nuwas dibawa ke ruang tengah untuk diperiksa oleh Khalifah.

'’ Apa yang terjadi, Abu Nuwas…? ’’ tanya khalifah tak sabar.

‘’Paduka Yang Mulia, mereka menangkap saya karena saya ingin menjual agama saya di pasar, lalu mereka marah. Itu saja,’’ jelas Abu Nuwas sangat tenang.

Khlaifah sebenarnya juga kaget mendengar penjelasan Abu Nuwas, tapi dia pura-pura tenang. ‘’ Kalau Anda ingin menjual agama Anda sendiri, mengapa mereka marah…? ’’

‘ ’Jika saya menjual agama saya sendiri, mereka berpikir saya tak lagi punya agama. Jika saya tak lagi punya agama, mereka menyimpulkan saya tak bisa shalat lagi. Jika saya tak bisa shalat lagi, mereka menyimpulkan berarti saya tak punya Tuhan. Jika saya tak punya Tuhan, mereka berpendapat kalau begitu saya atheis. Begitu cara pengadilan jalanan berlangsung, Paduka. Atas vonis mereka itulah sekarang saya digiring ke istana,’ ’ jelas Abu Nuwas.

Khalifah Harun Al-Rasyid tertegun mendengar penjelasan Abu Nuwas. Diam-diam dia hampir membenarkan logika rakyatnya, tapi  dia ingin mendengar sendiri apa jawaban Abu Nuwas atas tuduhan orang-orang di pasar itu. Harun tahu kecerdikan penyair satu ini. Makanya khalifah bertanya lagi : '’ Saya mencoba paham jalan pikiran orang-orang di pasar itu, wahai Abu Nuwas.  Jika Anda tak punya agama lagi karena sudah Anda jual, bagaimana cara Anda menyembah Allah…? ’’

‘ ’Bagaimana cara saya menyembah Allah. Ya saya shalat di masjid, paduka, ’’ jawab Abu Nuwas cepat.

‘ ’Kok dengan cara shalat…? Kok di masjid?... Bukankah itu cara orang Islam beribadah…? Berarti Anda masih beragama, padahal Anda sendiri sudah menjual agama. Jangan mempermainkan saya Abu Nuwas, ’’ tanya Harun Al Rasyid mulai naik pitam.

‘ ’Kalau begitu, saya balik bertanya paduka khalifah yang mulia, apa sebenarnya agama menurut paduka…? ’’

Khalifah Harun Al-Rasyid kemudian menjawab bahwa agama adalah seperangkat ajaran yang datang dari Langit, yang mengajarkan seluruh umat manusia untuk salalu berbuat baik. Mengganggu orang lain, sekecil apa pun, adalah tidak baik. Jika setiap orang beragama berbuat baik, maka tatanan hidup bersama umat manusia akan baik dengan sendirinya karena tak seorang pun merasa terganggu dengan kehadiran orang lain akibat ajaran agama yang dijalankannya. Khalifah mencontohkan rukun Islam, mulai dari syahadat, salat, puasa, zakat sampai haji, semuanya ditujukan untuk kebaikan manusia. “

‘ ’Tujuan shalat adalah mencegah pelakunya dari perbuatan fahsya dan mungkar, ’’ jelas khalifah bersemangat. ‘ ’Jika ada orang salat tapi tingkah lakunya merugikan orang lain, shalat yang dia lakukan dipertanyakan. Puasa juga agar kita berempati pada kaum miskin. Zakat sudah pasti kita salurkan untuk memberdayakan faqir miskin. Bahkan predikat ‘’ haji mabrur ’’ berarti ‘’ haji penuh kebaikan social ’’. Jadi, orang beragama sesungguhnya  orang yang selalu melahirkan kebaikan untuk orang lain. ’’ 

Khalifah sengaja berbicara agak panjang penuh semangat tentang agama dengan harapan Abu Nuwas batal menjual agamanya, lalu kembali mencintai agama yang dia anut. Abu Nuwas hanya tersenyum.

‘ ’Kalau paduka berpendapat saat menjalankan ajaran agama setiap orang harus melahirkan kebaikan pada orang lain, apa pendapat paduka tentang shalat yang sengaja dilakukan sejumlah besar orang di alun-alun kota padahal ada masjid di samping alun-alun itu diibiarkan kosong melompong…? ’’

Hmmmm….. Sekarang Khalifah mulai paham ke mana tujuan pertanyaan kancil satu ini. Abu Nuwas rupanya merujuk pada kejadian setahun lalu, ketika masyarakat Baghdad berduyun-duyun memenuhi alun-alun kota dengan dalih ingin shalat dan berdoa, sementara ada masjid besar sekali tak jauh dari alun-alun sengaja mereka biarkan kosong melompong. Itu bukan shalat idul fitri atau  shalat idul adha yang memang dianjurkan untuk dilakukan di lapangan terbuka dan karena itu pemerintah Baghdad sengaja menjadikan kedua hari raya itu sebagai hari libur, tapi shalat berjamaah di alun-alun kota itu dilakukan di hari kerja.

Akibat kerumunan ratusan ribu penduduk Baghdad di alun-alun, saat itu jalan-jalan di ‘ ’Negeri Seribu Satu Malam ’’ itu jadi macet total, banyak unta dan pedati ditambat di pinggir jalan, jamaah shalat pun membludak hingga memenuhi jalan, akses ke pasar tertutup, roda perekonomian terganggu, dan banyak lagi mudarat lain di hari itu.

‘’ Anda tidak setuju dengan cara shalat mereka, wahai Abu Nuwas, ’’ khalifah balik bertanya menghindar dari jebakan logika kancil cerdik di hadapannya.

‘ ’Silakan paduka jawab sendiri berdasarkan pandangan paduka tentang tujuan diturunkannya agama ke Bumi ini. Bukankah paduka khalifah sendiri yang tadi bilang bahwa ibadah seseorang harus melahirkan kebaikan pada manusia lain…? Kalau akibat shalat mereka jalan-jalan jadi macet dan roda perekonomian terganggu, apakah itu cocok dengan definisi agama dan tujuan diturunkannya agama seperti yang tadi paduka jelaskan…? ’’

‘’ Sudahlah Abu Nuwas, bukankah itu terjadi tahun lalu..? Biarkan saja Allah yang menilai kualitas shalat mereka. Pokoknya kita tetap bertekad, saat menjalankan ajaran agama, kita harus terus menjaga orientasi kemanusiaan di dalamnya demi mencari ridha Allah SWT, ’’ kata khalifah sedikit merayu dengan harapan Abu Nuwas batal menjual agamanya.

‘’ Maaf baginda, sekeluar dari istana ini saya akan tetap menjajakan agama saya, siapa tahu ada yang beli. Tak apalah saya lepas baju agama ini toh saya masih tetap bisa menyembah Allah, Tuhan saya. Mumpung musim banyak orang menjual sentimen agama untuk menarik simpati dan dukungan politik, akan saya ikuti  jejak mereka. Bukan hanya menjual sentimen agama, saya bahkan akan menjual agama saya sekalian … ‘’

‘’ Jangan cepat menuduh, Abu Nuwas, bersihkan hati, ’’ sergah khalifah.

‘ ’Saya tidak menuduh, tapi membuat penilaian berdasarkan fenomena yang saya lihat. Bayangkan saja paduka, jika usai sengaja shalat berjamaah di alun-alun itu, mereka lalu membentuk organisasi alumni shalat di alun-alun. Kalau begitu apa tujuan salat mereka saat itu…? ’’ 

Khalifah tersenyum. Organisasi yang dimaksud Abu Nuwas adalah ‘’ Perhimpunan Alumni Shalat Alun-alun M16 ’’  karena salat berjamaah tiga tahun lalu itu dilakukan pada 16 Muharram. Jadi, setiap 16 Muharram tiba, para alumni shalat berjamaah ini selalu ingin memenuhi alun-alun kota kembali, untuk memperingati besarnya jumlah orang yang shalat di alun-alun saat itu, dengan dalih cinta dan bela agama.

‘’ Paduka khalifah yang mulia, saya beragama bukan untuk tujuan berbangga-bangga, apalagi sampai mengakibatkan orang lain sengsara, menderita, atau membuat mereka malah jadi membenci agama kita. Jika gara-gara cara saya beragama orang lain jadi menderita, izinkan hamba jual saja agama ini, asalkan Allah tetap di hati hamba  … ‘’

Khalifah Harun Al-Rasyid mengantarkan Abu Nuwas keluar istana. Tak lama, ia mendengar pujangga itu berteriak : ‘’ Agama … agamaaaaa … Dijual murah, agamaaaa …’’

Sumber : FB Yai Helmi Hidayat

https://kyaiku.com/abu-nuwas-menjual-agama/

Mencintai Keturunan Rasulullah

Bagaimana sih seharusnya umat Islam harus bersikap terhadap keturunan Rasulullah…?

Perlukah sampai harus berdoa di depan baliho seseorang yang dianggap sebagai keturunan beliau…?

Ada pendapat yang MEWAJIBKAN umat Islam untuk mencintai dan menyayangi siapa saja keturunan Nabi, lepas dari apa pun perbuatannya.  Biarpun buruk kelakuannya ya harus tetap dicintai. Lha wong keturunan Nabi Muhammad je…!

Ada yang MEWAJIBKAN mencintai dan menyayangi mereka tapi kalau mereka berprilaku melenceng maka siapa saja yang memiliki keahlian atau kedudukan untuk memberi nasihat, hendaknya TIDAK SEGAN-SEGAN MENASIHATI dan mendorong mereka kembali menempuh jalan hidup berakhlak terpuji dan berperilaku luhur sebagai mana seharusnya keturunan Nabi.

Tapi ada pula yang tidak menerima pendapat tersebut. Mereka yang demikian berpandangan bahwa semua manusia itu sejatinya sama, hanya amal dan takwalah yang membedakannya di hadapan Allah. Buya Syafii menyebut orang-orang yang mendewakan seorang yang mengaku keturunan nabi adalah bentuk PERBUDAKAN SPIRITUAL.

" Gelar habib, dan 1.001 gelar lain yang mengaku keturunan nabi, atau keturunan raja, hulubalang, keturunan bajak laut, perompak yang menjadi raja, sultan, dianggap suci oleh sebagian orang akan runtuh berkeping berhadapan dengan penegasan ayat Al quran, " kata Buya Syafii.

Bagi beliau kemuliaan manusia di sisi Allah adalah karena ketakwaannya semata. “ Inna akromakum indalllahi ‘atsqookum ( Al Hujarat 13 ). Beliau, dan orang Muhammadiyah umumnya, menganggap Habib, Sayyid, Syarif, keturunan siapa pun tak terkecuali, kedudukannya sama seperti orang lain. Semuanya anak cucu Nabi Adam. Tak ada keistimewaan satu dengan lainnya. Dasarnya dalam Al Quran jelas. Surat Al-Baqarah 285-286 yang menyatakan : “ Kami tak membedakan Rasul satu dengan lainnya. ” Ini artinya, keturunan Nabi Adam pun kedudukannya sama dengan keturunan Nabi yang lain. Kecuali kalau ternyata ada di antara kita yang keturunan Pithecanthropus Erectus.

Memang ada ulama sekaligus habib keturunan Rasulullah asal Tarim Hadramaut Yaman, yakni Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad ( 1634 - 1720 M ) dalam kitabnya berjudul Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, menulis begini : “ Ahlul Bait memiliki kemuliaan tersendiri, dan Rasulullah telah menunjukkan perhatiannya yang besar kepada mereka. Beliau berulang-ulang berwasiat dan mengimbau agar umatnya mencintai dan menyayangi mereka. Dengan itu pula Allah SWT telah memerintahkan di dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya : “ Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku minta suatu balasan melainkan kecintaan kalian PADA KERABATKU.” ( QS 42 : 23 ).

Jadi menurut ulama dan sekaligus habib ini kaum Muslimin memang harus menghormati dan mencintai Ahlul Bait bukan saja karena kekerabatan mereka dengan Rasulullah tetapi juga karena Allah telah MEMERINTAHKAN kepada beliau untuk berseru kepada umatnya agar mencintai kerabat beliau. Dengan kata lain perintah untuk mencintai Ahlul Bait merupakan perintah dari Allah SWT. Rasulullah sebagai pemimpin kaum Muslimin tidak meminta balasan apa pun dari umatnya kecuali kecintaan mereka kepada keluarga dan keturunan beliau.

Jadi katanya perintah memuliakan dan mencintai Ahlul Bait juga merupakan perintah langsung dari Allah yang wajib dipatuhi. Allah SWT dan Rasul-Nya telah mewajibkan seorang muslim untuk hormat dan cinta kepada Ahlul Bait. Namun khusus bagi Rasulullah, penentuan keturunannya diambil dari putri kesayanganya yakni Fathimah Az-Zahro. Hal ini ditegaskan oleh hadis yang berbunyi :  “ Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunan setiap nabi dalam sulbinya. Dan Allah menjadikan keturunanku dalam sulbi Ali bin Abi Thalib. ”

Lha kok bisa berbeda penafsiran ya…?

Tak usah heran. Ya memang begitulah faktanya. Ada banyak perbedaan dan bahkan ironi dalam PENAFSIRAN ajaran Islam itu sendiri. Jika benar bahwa keturunan Nabi Muhammad harus dicintai dan dihormati FAKTANYA Ali bin Abi Thalib yang merupakan ayah dari cucu-cucu Rasulullah atau kakek moyang dari semua orang yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad justru dimusuhi, ditolak kepemimpinannya, dan bahkan akhirnya dibunuh oleh khawarij Ibnu Muljam. Katanya saat melakukan aksinya Ibnu Muljam yang seorang hafidz ini tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207 : “ Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. ” Jadi dia menganggap perbuatannya membunuh Ali bin Abi Thalib itu sebagai sebuah tindakan jihad atas perintah Allah juga.

Bukan hanya itu…

Bahkan Hasan, cucu Nabi yang merupakan putra pertama Ali bin Abi Thalib, ketika sudah jadi khalifah pun tidak ditaati oleh umat Islam pada saat itu. Umat Islam di bawah pengaruh Muawiyah menentang kepemimpinan cucu Nabi ini dan memeranginya. Muawiyah akhirnya berhasil merebut kekuasaan dari tangan cucu Nabi tersebut.. Hasan bahkan meninggal karena diracun.

Pertanyaannya adalah apakah Muawiyah dan para umat Islam yang ikut memerangi Hasan tidak pernah mendengar soal KEWAJIBAN untuk menghormati dan menyayangi keturunan Nabi…? Ini cucu nabi lho. Bukan sekedar orang yang mengaku-ngaku keturunan ke sekian puluh dari cucu Nabi.

Yang paling mengenaskan dan membuat hati hancur adalah pembantaian Husen, cucu Nabi satunya atau anak kedua Ali bin Abi Thalib. Husein tewas di Karbala dalam sebuah pembantaian yang dilakukan rezim Yazid bin Muawiyah. Sebanyak 128 orang anggota-anggota terhormat keluarga dekat Nabi Muhammad yang ikut Husein dibantai habis dengan sangat kejam kecuali Ali Zainal Abidin. Husein bukan hanya dibunuh oleh pasukan Yazid bin Muawiyah tapi bahkan dipenggal kepalanya dan dipisahkan dari jasadnya.

Lalu di mana itu keharusan untuk mencintai dan menyayangi keturunan Nabi…? Lha wong umat Islam di zaman itu saja begitu tega kepada Ali bin Abi Thalib dan para cucu Nabi yang sangat disayanginya. Bukankah itu semua sebuah ironi yang sangat menyesakkan dada….?

Saya juga mengecek tafsir ayat Alquran Asy-Syura ayat 23. Dan ternyata berbeda dengan penafsiran yang menyatakan bahwa ayat itu menyuruh umat Islam untuk mencintai kerabat Rasulullah. Penafsirannya bukan menyuruh umat Islam untuk mencintai keturunan Rasulullah, apalagi sampai yang kesekian puluh. Kok yo adoh men…

Silakan cek sendiri. Mudah kok…! Kalian punya HP kan…. Klik saja ini https://tafsirweb.com/9113-quran-surat-asy-syura-ayat-23.html

Quran Surat Asy-Syura Ayat 23 :

“ żālikallażī yubasysyirullāhu 'ibādahullażīna āman wa 'amilu-āliāt, qul lā as`alukum 'alaihi ajran illal-mawaddata fil-qurbā, wa may yaqtarif asanatan nazid lah fīhā usnā, innallāha gafrun syakr ”

Terjemah Arti : Itulah ( karunia ) yang ( dengan itu ) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah : " Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali KASIH SAYANG DALAM KEKELUARGAAN ".  Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

Tafsir lain menyatakan sbb : “ … kecuali kecintaan kalian kepadaku SEBAGAI KERABAT KALIAN dan hendaknya kalian tetap menyambung tali silaturahmi antara diriku dengan kalian ”.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 23 menyatakan sbb : “…kalian mencintaiku karena KEKELUARGAANKU PADA KALIAN.”

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid ( Imam Masjidil Haram ) 23 menyatakan sbb : “…. agar kalian MENYAMBUNG HUBUNGAN KEKERABATAN ANTARA DIRIKU DENGAN KALIAN. ”

Dari Ibnu ‘Abbas, bahwa dia pernah ditanya tentang firman Allah, “(إلا المودة في القربى) KECUALI KASIH SAYANG DALAM KEKELUARGAAN”; kemudian Sa’id bin Jabir berkata: (القربى) yakni Ahlul bait Nabi Muhammad. Maka Ibnu Abbas berkata : “ Kamu terlalu terburu-buru berpendapat, sesungguhnya Nabi Muhammad memiliki hubungan kekerabatan dengan SELURUH SUKU DALAM KABILAH QURAISY ; sehingga maknanya adalah, kecuali hanya agar kalian menyambung hubungan kekerabatan antara diriku dengan kalian. ( Shahih al - Bukhari 8 / 426 no. 4818, kitab tafsir surat asy - Syura bab ayat ini ).

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 23. ( Katakanlah : “ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan ” ) Yakni akan tetapi aku meminta dari kalian KASIH SAYANG DALAM KEKERABATAN ANTARA AKU DAN KALIAN…”

Masih banyak tafsir dari para ulama lain. Silahkan cek dan baca sendiri.

Sekian dulu hasil ngaji saya pagi ini. Kalau ada yang mau dikoreksi atau dibantah ya monggo.

Rujukan :

https://islam.nu.or..id/post/read/99847/keharusan-menghormati-ahlul-bait-dan-menasihati-jika-mereka-menyimpang


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201123122352-20-573292/buya-syafii-dewakan-pengaku-keturunan-nabi-budak-spiritual

 

https://tafsirweb.com/9113-quran-surat-asy-syura-ayat-23.html

 

https://tirto.id/kematian-hasan-bin-ali-perebutan-takhta-khalifah-dengan-muawiyah-c6aq

 

https://www.suaraaktual.co/read-9984-2020-04-30-terbunuhnya-khalifah-ali-bin-abi-thalib-saat-bulan-suci-ramadhan-.html

Tuesday 8 December 2020

Hati-Hati Dengan Ucapan “ Tidak Usah NU²an, Yang Penting Aswaja ”

 Habib Luthfi : Hati-Hati Dengan Ucapan “ Tidak Usah NU²an, Yang Penting Aswaja ”

Rois ‘Am Jatman Maulana Habib Luthfi Bin Yahya pernah mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya, bahwa tidak sedikit orang maupun kelompok yang mengatakan “ Tidak usah NU-NU- an, yang penting ahlussunnah waljamaah.

Disampaikan oleh beliau: ingatlah dengan kehancuran Raja Syarif Husain, penguasa Makkah-Madinah yang beraqidah ahlussunnah wal jamaah, dengan mudah dihancurkan oleh kaum wahabi yang didukung Inggris, karena Islam ahlussunah waljamaah pada saat itu tidak sempat dibuatkan nidzhom ( wadah ) atau organisasi untuk memperkuat dan menjaga aqidah aswaja.

“ Sedikit² mereka katakan yang penting al-Islam. Yang penting ahlussunah waljamaah. Tidak perlu NU²an ”, begitu mereka mengatakan.

Maka, ungkapan demikian itu adalah upaya” musuh Islam untuk menghancurkan organisasi NU sekaligus untuk memperlemah aqidah Islam ahlussunah waljamaah yang dianut mayoritas muslim Indonesia. Dan dalam jangka panjang, kelompok ini menargetkan untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).

Sudah terbukti, melalui berbagai ajaran” para ulama NU, bangsa kita bisa menjalin hubungan yang harmonis antara Islam dan negara. Bisa saling menopang dan memperkuat

Alhamdulillah di negara ini, kita masih bisa beribadah dengan aman dan nyaman. Jauh berbeda dengan di negara muslim di belahan dunia lain, tiap hari sesama muslim saling bunuh, perang dan terlibat konflik berkepanjangan.

Itulah buah perjuangan para ulama kita yang tergabung dalam wadah Nahdlatul Ulama.

Saya ikut tunduk patuh ning abah habib lutfi… habib, ulama, tawadho, alim, pebimbing...

Oyes…. Oyes… moga moga aku tidak nonggeng dengan enjut enjut

Perintah Kaisar Naga : 4340 - 4345

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4340-4345 "Kalau begitu kamu bisa meminta bantuan Pangeran Xiao. Agaknya, Keluarga Qi tidak bisa lebih kuat ...