Perintah Kaisar Naga. Bab 5322-5325
Mungkin jika ada update dari sumber nya sana untuk beberapa hari kedepan, agak lambat untuk update di blog ini
Karena saya lagi persiapan untuk ujian akhir Pendidikan Profesi Guru/ PPG hari Sabtu tanggal 23 besok di Universitas Negeri Semarang
Minta doa nya pada para rekan Taois semuanya, supaya bisa lulus PPG, dan juga nanti nya bisa ikut tes, serta lulus P3K , aamiin...
Trima gajih 🙏😊 🙏
==========
Perintah Kaisar Naga. Bab 5322-5325
Dave menggenggam tangan Xavia, dan kehangatan dari telapak tangannya membuatnya sedikit gemetar.
Dave menempatkan Menara Penindas Iblis di sebuah gua tersembunyi di pegunungan di belakang Sekte Pedang, sehingga tidak perlu ada penjaga.
Gua itu memiliki pintu batu, diukir dengan rune yang mengalir, memancarkan aura kuno dan mendalam. Orang biasa tidak dapat dengan mudah membukanya!
"Waktu mengalir berbeda di dalam menara ini daripada di luar. Satu hari setara dengan seratus hari di luar. Mari kita berlatih dan meditasi dengan tenang di dalam."
Dave berbisik, ujung jarinya menelusuri pintu batu.
Begitu energi spiritualnya di suntik kan, rune tiba-tiba menyala, perlahan membuka celah yang cukup lebar untuk dilewati dua orang.
Xavia menundukkan kepalanya, pipinya memerah. "Aku sih yes, Kakak Senior."
Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, Dave dengan lembut menggenggam pergelangan tangannya, dan ia melangkah ke dalam cahaya yang samar.
Dave membawa Xavia ke Menara Penindas Iblis. Di dalamnya, sebuah dunia tersembunyi terbentang. Jauh dari kata tempat gelap dan sempit yang dibayangkannya, menara itu terbentang menjadi dunia yang luas.
Udara nya dipenuhi energi peri, hampir nyata. Berbagai urat peri berputar-putar, dan suara samar energi yang melonjak dapat terdengar.
"Tempat ini... apakah ini seperti negeri peri?"
Xavia berseru, matanya dipenuhi rasa takjub.
Ia selalu percaya bahwa Menara Penindas Iblis adalah tempat untuk menekan roh jahat, tetapi ia tidak menyangka akan menemukan pemandangan seperti ini di dalamnya.
Dave tersenyum dan mengangguk. "Menara ini tidak hanya menaklukkan iblis, tetapi juga merupakan tempat suci untuk berkultivasi. Kau dapat berkultivasi di sini dengan tenang. Aku akan memanggil Tuan Hu."
Setelah itu, ia menghilang dalam sekejap.
Sesaat kemudian, Dave kembali bersama Matt Hu.
Saat Matt Hu melangkah masuk ke dalam menara, matanya terbelalak takjub melihat energi peri yang melimpah. Ia menarik napas dalam-dalam, wajahnya berseri-seri karena kegembiraan. "Wow! Anak baik, energi peri di sini bahkan lebih kaya! Sepertinya kau telah memasukan banyak sumber daya ke dalam menara ini!"
"Tentu saja! Aku telah menyimpan semua sumber daya yang telah kujarah di dalam Menara Penindas Iblis. Itulah mengapa energi peri di sini begitu melimpah."
"Tuan Hu, silahkan cari platform batu untuk Anda memulihkan diri. Energi peri menara yang melimpah akan sangat bermanfaat bagi luka-lukamu."
"Aku dan adik perempuanku akan berlatih di sana. Hubungi saja aku jika kau butuh sesuatu."
Matt Hu mengangguk berulang kali, menggosok-gosokkan kedua tangannya, dan dengan bersemangat berlari menuju platform batu.
Ia segera duduk bersila dan dengan penuh semangat mulai berlatih teknik kultivasinya. Pusaran energi yang terlihat langsung menyelimutinya.
Dave membawa Xavia ke tempat terpencil, diselimuti oleh tirai cahaya keemasan pucat yang menghalangi gangguan eksternal sekaligus memusatkan energi peri.
Ia berbalik menatap Xavia, senyum lembut tersungging di matanya. "Kau harus bekerja keras di hari-hari mendatang."
Xavia menggigit bibirnya, bergumam "hmm" pelan, ujung jarinya tanpa sadar memilin ujung bajunya.
Adegan mempesona di kamar malam itu kembali membanjiri pikirannya tak terkendali, membuat napasnya memburu.
Dave tak berkata apa-apa lagi, memimpin dengan duduk bersila, memberi isyarat kepada Xavia untuk duduk di hadapannya.
Saat telapak tangan mereka bersentuhan, aliran energi spiritual murni mengalir melalui lengan mereka, membentuk sirkulasi sempurna melalui meridian mereka.
Kekuatan naga dewa Dave membawa aura maskulin yang mendominasi, sementara kekuatan spiritual Xavia selembut mata air yang jernih. Kombinasi kekuatan dan kelembutan menciptakan resonansi yang indah.
Tak lama kemudian, pakaian Xavia terlepas, memperlihatkan tubuh putih mulus telanjangnya di hadapan Dave!
Dave kemudian memasukkan Ular Penindas Iblis yang kuat ke dalam Gua Surgawi milik Xavia!
Icikiwir....
Waktu berlalu pelan saat mereka berkultivasi.
Sehari di luar menara sama dengan seratus hari di dalam.
Awalnya, Xavia sedikit mengernyit, masih belum terbiasa dengan pengalaman itu.
Namun, seiring mereka terus terhubung, ia perlahan-lahan membenamkan dirinya dalam misteri kultivasi.
Xavia mulai menjerit tanpa sadar, teriakkannya semakin keras. Untungnya, mereka berada di dalam Menara Penindas Iblis, jadi tidak ada orang di luar yang bisa mendengar mereka!
Dave, di sisi lain, terjun langsung ke dalam kultivasi. Kekuatan naga dewanya tidak hanya melunakkan meridian Xavia tetapi juga membimbing energi spiritualnya melewati hambatan.
Hanya dalam beberapa lusin hari, Xavia merasakan tingkat kultivasinya mulai meningkat.
Dave, memanfaatkan kesempatan kultivasi ganda, terus mengasah kekuatan tiga klan dan naga suci di dalam dirinya.
Kerusakan meridiannya akibat hantaman balik saat penggunaan Busur Raja Dewa dengan cepat pulih berkat energi peri yang kaya dan nutrisi lembut seperti air dari Xavia. Energi spiritual di dalam dantiannya semakin terkonsentrasi, Dave semakin mendekati ambang Alam Manusia Abadi.
Namun, ketenangan itu dirusak oleh Matt Hu, yang muncul tak jauh darinya.
Hari ini, ketika Dave menyalurkan gelombang kekuatan naga dewa ke dalam tubuh Xavia, membantunya mencapai Tahap Ketujuh Alam Manusia Abadi, Xavia tak kuasa menahan erangan, butiran keringat mengucur di dahinya.
Begitu erangan itu mereda, terdengar suara "bang" teredam dari platform batu di seberang jalan. Matt Hu tiba-tiba jatuh dari platform.
"Tuan Hu, ada apa?"
Dave segera menarik kembali tenaganya dan berlari keluar, bertanya dengan khawatir.
Matt Hu memegang bagian belakang kepalanya dan berdiri, menatap Dave dengan ekspresi muram. "Bukan apa-apa! Kakiku hanya mati rasa karena bermeditasi terlalu lama!"
Namun, matanya jelas dipenuhi rasa tidak nyaman, terutama ketika ia menatap Xavia. Tatapannya mengelak, dan rona merah mencurigakan merayap di pipinya.
Xavia merasa semakin malu dengan tatapannya, dan ia segera menundukkan kepalanya, telinganya memerah hampir berdarah.
Dave tiba-tiba menyadari bahwa meskipun mereka berada di tempat terpencil, tidak dapat terlihat siapa pun, mereka tidak dapat menghentikan suara itu menyebar.
Beberapa hari terakhir ini, selama kultivasi ganda mereka, rintihan dan erangan klimaks Xavia semakin keras, dan Matt Hu pasti mendengarnya semua.
Mengingat kepribadian Matt Hu, akan mengejutkan jika ia tidak merasa tidak nyaman mendengar suara-suara seperti itu.
Dave tak kuasa menahan batuk kering dan berkata dengan canggung, "Tuan Hu, bagaimana kalau aku menyiapkan formasi kedap suara untukmu?"
"Oh... Tidak perlu, tidak perlu!"
Matt Hu melambaikan tangannya dengan cepat, menegangkan lehernya, dan berkata, "Apa kita orang-orang yang begitu vulgar? Kau latihlah milikmu, aku akan memulihkan milikku, dan kita tidak akan saling mengganggu!"
Sebenarnya, mendengar lolongan rintihan Xavia cukup menggetarkan Tombak cucak Rowo Baja Matt Hu.
Setelah mengatakan ini, Matt Hu berbalik dan melompat kembali ke platform batu, duduk bersila membelakangi mereka berdua. Namun bahunya yang sedikit gemetar menunjukkan kegelisahannya saat ini.
Wajah Xavia memerah saat ia menatap Dave dan berkata, "Kakak Senior, lain kali jangan terlalu keras. Apa Kau tidak peduli aku hidup atau mati..."
"Aku tidak bisa menahannya. Kau sangat gurih, hehehe..."
Dave terkekeh!
Selama beberapa hari berikutnya, Matt Hu tetap diam, kecuali sesekali terdengar bunyi dentuman tinjunya yang menghantam platform batu.
Dave dan Xavia juga berusaha sekuat tenaga menahan napas, tetapi ketika berlatih kultivasi ganda di titik kritis, reaksi yang disebabkan oleh lonjakan kekuatan spiritual akhirnya sulit diredam.
Setiap kali rintihan dan erangan lembut Xavia terdengar, gerakan di platform batu di seberangnya akan terasa terhenti, diikuti oleh desahan yang lebih intens
Hari hari konyol yang absurd dan menyiksa ini berlangsung lama. Energi peri di dalam menara perlahan menipis di bawah penyerapan deras ketiga orang itu, dan tingkat kultivasi mereka melonjak dengan kecepatan yang mencengangkan.
Pertama, Xavia, dengan dukungan penuh Dave, menerobos hambatan satu demi satu, melonjak dari tingkat keempat Alam Manusia Abadi ke tingkat ketujuh Alam Manusia Abadi. Energi spiritual di sekitarnya terkondensasi seperti substansi, dan niat pedang tajam samar-samar terpancar.
Kemudian, di momen krusial dalam kultivasi ganda, energi spiritual Dave di dalam dantiannya tiba-tiba meletus, dan kekuatan naga dewa serta kekuatan ketiga klan menyatu sepenuhnya. Sisik emas langsung menyelimuti seluruh tubuhnya, dan auman naga bergema di seluruh menara. Dave telah berhasil menembus Alam Manusia Abadi!
Dan yang paling menakjubkan dari semuanya adalah Matt Hu.
Mungkin karena energi peri menara yang melimpah, atau mungkin karena bakat yang terpendam di dalam dirinya, kesadarannya yang sebelumnya rusak tidak hanya pulih sepenuhnya, tetapi kultivasinya juga meroket, mencapai tingkat kesembilan Alam Manusia Abadi!
Ini adalah kondisi puncak Matt Hu sebelum reinkarnasinya, dan sekarang ia telah pulih sepenuhnya.
Hari ini, ketika mereka bertiga menyelesaikan kultivasi mereka secara bersamaan, seluruh Menara Penindas Iblis sedikit bergetar. Tiga aura kuat membubung ke langit, terjalin menjadi lingkaran cahaya yang cemerlang.
Dave menatap Xavia, matanya dipenuhi kegembiraan. "Selamat, Adik Junior."
Pipi Xavia sedikit memerah. Tepat saat ia hendak berbicara, Matt Hu melompat turun dari panggung batu. Ia mondar-mandir dengan tangan di belakang punggung, alisnya berkerut, dan ia tampak cemberut.
"Tuan Hu, Anda telah menembus ke tingkat kesembilan Alam Abadi Duniawi! Sungguh kesempatan yang menggembirakan, mengapa Anda begitu murung?"
Dave bertanya dengan bingung.
Matt Hu tiba-tiba berhenti, berbalik, dan memelototi Dave, wajahnya tampak kesal.
"Bocah semprooll...."
" What.... sungguh menyenangkan! Lelucon macam apa ini, cookk? Kalian berdua mendesah sepanjang hari, sangat menjengkelkan sampai-sampai aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi pada kultivasiku!"
"Meski akhirnya aku berhasil meningkatkan kultivasi ku, tapi aku masih diliputi amarah. Apa kau pikir aku bisa bahagia?"
" Hahahaha....." Mendengar kata-kata ini, Dave tertawa terbahak-bahak.
Xavia, yang merasa malu, berharap ia bisa menemukan lubang di tanah untuk merangkak masuk. Ia menutupi wajahnya dengan tangannya, telinganya merah seolah-olah darah menetes.
" Aku sedikit ceroboh... Aku lancang, aku lancang.... Sorry bro .... "
Dave tersenyum dan melambaikan tangannya. "Setelah kita keluar, aku akan mencarikan beberapa kultivator wanita untuk Tuan Hu bisa bermain, agar Anda bisa sedikit memanjakan diri."
Matt Hu mendengus mendengar ini, ekspresinya sedikit melunak, tetapi tatapan yang diberikannya kepada Dave masih diwarnai rasa iri dan cemburu.
Mereka bertiga berkemas dan berjalan keluar dari Menara Penindas Iblis bersama-sama. Dave menyimpan menara itu lalu meninggalkan gua.
Saat pintu batu perlahan menutup, sinar matahari dari dunia luar menyinari mereka, membawa kehangatan yang telah lama hilang.
Menghitung waktu, mereka telah berada di menara selama setahun penuh, sementara di dunia luar, baru tiga hari.
Pintu batu perlahan menutup di belakang mereka, dan sinar terakhir dari cahaya rune kuno menghilang ke dalam bayangan gua.
Xavia berdiri di sana, aura peri menara yang hangat dan kaya masih terasa di ujung jarinya, sementara suara lembut angin pegunungan yang menyapu melalui jarum jarum pinus memenuhi telinganya.
"Udara di luar lebih segar daripada di dalam menara."
Dave meregangkan tubuh, persendiannya berderak pelan. Energi spiritual Alam Manusia Abadi mengalir dengan mantap melalui meridiannya, menghadirkan rasa damai dan stabil yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ia berbalik menatap Xavia, hanya untuk melihatnya menundukkan kepala, rona merah samar di leher mulus seputih salju nya, tangannya tanpa sadar memilin lengan bajunya.
"Ada apa?"
Dave melangkah lebih dekat dan samar-samar mencium aroma tumbuhan spiritual di rambutnya.
Itu adalah "Rumput embun Pembersih Hati" yang tumbuh di dekat gua. Kelopaknya, yang dipenuhi energi peri, konon dapat menenangkan pikiran dan jiwa. Xavia pasti diam-diam memetik beberapa dari tumbuhan itu saat istirahat dari latihannya dan menyematkannya di rambutnya.
Xavia tiba-tiba mendongak, matanya bertemu pandang dengan tatapannya, penuh senyum. Dengan tergesa-gesa, ia menundukkan kepalanya lagi, suaranya selembut dengungan nyamuk: "Tidak, tidak ada apa-apa... Aku hanya merasa... matahari di luar agak menyilaukan."
Saat ia menyelesaikan kata-katanya, angin pegunungan bertiup, membawa dedaunan yang berguguran. Sehelai rambut dari pelipisnya berkibar di pipinya, sedikit menggelitiknya.
Ia mengangkat tangannya untuk membelainya, tetapi pergelangan tangannya digenggam dengan lembut.
Telapak tangan Dave, yang masih terasa hangat dari menara, jauh lebih hangat daripada angin pegunungan. Ujung jarinya tanpa sengaja menyentuh denyut nadinya, membuat jantungnya berdebar kencang.
"Saat kau menerobos masuk ke menara, energi spiritualmu agak bergejolak."
Suara Dave semakin dalam, diwarnai kekhawatiran yang sungguh-sungguh. "Saat kau kembali, gunakan Rumput Pembersih Hati untuk membuat teh spiritual."
Ia berhenti sejenak, tatapannya tertuju pada telinga Xavia yang sedikit memerah. Ia tak kuasa menahan diri untuk menambahkan, "Jangan begadang. Kau baru saja mencapai Tahap Ketujuh Alam Manusia Abadi, dan fondasimu masih perlu diperkuat."
"Kau harus berlatih kultivasi ganda denganku sesering mungkin untuk memperkuat fondasimu..."
Xavia melirik Dave. Bagaimana mungkin ia tidak mengerti maksudnya?
Dave menjelaskan bahwa bahkan setelah meninggalkan Menara Penindas Iblis dan berhenti berlatih, ia masih akan menemukan kesempatan untuk melakukan icikiwir dengan nya.
Memang, Xavia sudah lama menyukai perasaan ini.
Rasanya nyaman, nikmat dan bisa berkultivasi ganda dengan kecepatan latihan yang cepat. Kenapa tidak?
Hanya saja terasa sakit di pangkal pahanya; sekarang bahkan berjalan pun terasa makin sakit.
Xavia bersenandung dan mengangguk, tetapi tidak menarik tangannya.
Angin pegunungan kembali bertiup kencang, mengangkat ujung roknya dengan lembut dan menerpa kaki Dave.
Ia tiba-tiba teringat malam terakhirnya di menara. Ketika urat spiritualnya melonjak, Dave telah menghabiskan tiga jam penuh membantunya menstabilkan kekuatan spiritualnya.
Pada saat itu, aura Dave terasa di dahinya, membawa aroma surgawi yang samar, lebih menenangkan daripada obat mujarab apa pun.
"Kakak Senior..."
Xavia mengumpulkan keberaniannya dan mendongak, tatapannya bertemu dengan mata Dave yang tersenyum. "Bagaimana rasanya berada di Alam Manusia Abadi?"
"Seperti..."
Dave merenung sejenak, mengangkat tangannya, dan dengan ringan mengguncang sebuah batu besar tak jauh darinya. Batu biru setinggi setengah manusia itu tiba tiba hancur berkeping-keping.
"Sebelumnya, aku melihat gunung itu hanya sebagai gunung. Sekarang, aku bisa melihat urat-urat di setiap batu."
Dia menarik tangannya, dengan lembut menyentuh pipinya dengan ujung jarinya. "Sama seperti melihatmu sekarang, aku bisa merasakan fluktuasi halus dalam kekuatan spiritualmu. Apakah kau memikirkan hal-hal kenikmatan di menara itu lagi?"
Wajah Xavia memerah. Ia tiba-tiba menarik tangannya, mundur setengah langkah, dan memelototinya dengan marah: "Kakak Senior, kau mengolok-olokku lagi!"
Namun, amarahnya lemah, bagaikan angin musim semi yang bertiup melintasi danau, menciptakan riak-riak lembut.
Ia berbalik dan berjalan menuju sekte, langkahnya jauh lebih lambat daripada saat ia datang, sengaja meninggalkan celah setengah langkah, menunggu orang-orang di belakangnya menyusul.
Dave memperhatikannya yang sedikit tergesa-gesa kembali, bahunya sedikit bergoyang, dan ia terkekeh pelan.
Ia bergegas menyusul, berjalan berdampingan di jalan setapak pegunungan, batu-batu di bawah kakinya mengeluarkan bunyi "kres" pelan.
"Oh, begitu," Xavia tiba-tiba berhenti, mengambil kantong brokat kecil dari tas penyimpanannya, dan menyerahkannya kepadanya. "Ini bunga kering yang ku buat dari 'Bunga Pembersih Hati'. Bawalah ini."
"Kitab suci kuno mengatakan... bunga ini dapat membantu seorang kultivator menyatukan pikiran dan tubuhnya selama pertempuran."
Ia telah menyulam kantong itu dengan sutra roh vitalnya sendiri. Tersembunyi di sudutnya adalah sekuntum bunga kecil berbentuk pedang, simbol seorang murid Sekte Pedang.
Dave mengambil kantong itu. Rasanya ringan di tangannya, namun terasa seperti ia sedang memegang hati yang hangat.
Ia membungkuk dan mengendus. Aroma bunga segar berpadu dengan aroma dari ujung jari xavia, secara mengejutkan lebih menenangkan daripada senjata sihir pelindung mana pun.
"Kalau begitu aku akan menyimpannya." Ia menyelipkan kantong brokat itu ke kerah bajunya, menekannya ke dada.
"Saat kita kembali dari Pegunungan Angin Hitam, aku akan mengajarimu teknik pedang baru. Aku mempelajarinya saat aku menerobos, dan itu sempurna untuk kekuatan spiritualmu saat ini."
Mata Xavia berbinar, dan ia mengangguk penuh semangat: "Oke."
Mereka berjalan tanpa banyak bicara, tetapi sesekali bergandengan tangan, atau saling melirik saat mereka menghindari dahan yang menggantung rendah, bagaikan aliran sungai pegunungan yang lembut, dipenuhi kelembutan yang tak terlukiskan.
Saat mereka mendekati gerbang gunung sekte, Xavia tiba-tiba teringat sesuatu, berhenti sejenak, dan mengeluarkan botol giok kecil dari lengan bajunya: "Ini... ambillah ini juga."
Botol giok itu berisi salep merah muda pucat, yang khusus dibuatnya menggunakan "Rumput Kulit Salju".
"Aku tidak membutuhkannya," Dave tersenyum, mencoba mendorongnya, tetapi Xavia dengan keras kepala menekannya ke tangannya.
"Bawalah!"
Nada suara Xavia terdengar sangat tegas, tetapi pipinya semakin memerah. "Ada banyak roh jahat di Pegunungan Angin Hitam. Bagaimana jika... bagaimana jika kau terluka? Salep ini dapat menghilangkan racunnya."
Setelah selesai berbicara, seolah takut Dave akan menolak lagi, Xavia berbalik dan berlari kecil memasuki gerbang gunung. Roknya menyapu anak tangga batu, meninggalkan jejak kaki yang ringan.
Dave memegang botol giok hangat di tangannya dan memperhatikan Xavia menghilang di ujung koridor. Ia tersenyum dan dengan hati-hati memasukkan botol itu ke dalam tas penyimpanannya.
Angin gunung berhembus melewati gerbang gunung, membawa teriakan dari tempat latihan bela diri yang jauh. Ia menarik napas dalam-dalam dan berjalan menuju markas Sekte Pedang.
Begitu tiba di markas Sekte Pedang, Xavia merasakan kakinya melemah. Langkahnya menjadi tidak wajar, dan ia tak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening setiap kali melangkah.
"Kakak Senior Xavia, ada apa denganmu? Apa kau terluka?"
Seorang rekan murid muda bertanya dengan khawatir, memperhatikan langkahnya yang goyah.
Pipi Xavia langsung memerah, ia tergagap dan tak bisa bicara, lalu menatap Dave dengan panik, seolah meminta bantuan.
Bersambung....
Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️
Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :
https://link.dana.id/qr/4e1wsaok
Atau ke akun
SeaBank : 901043071732
Kode Bank Seabank untuk transfer (535)
Terima Gajih...☺️
Semoga dipermudahkan segala urusan dan mendapat keputusan yang cemerlang, aamiin ya rabbal aalamin 🤲🤲🤲
ReplyDeleteSemoga lancar sukses
ReplyDeleteSemoga sukses selalu, berkah dgn tujuan mulianya
ReplyDeleteBismillah... Allahumma Barik... Semoga lancar semuanya... Aamiin Allahumma Aamiin 🤲
ReplyDeleteSukses selalu master Taois
ReplyDeletesemoga segala urusan rekan tao dilancarkan dan dimudahkan..sukses selalu...amiin..
ReplyDeleteSemoga semua berjalan lancar min
ReplyDeleteSemangat juang anak muda walau nanti ada kuntilanak yang bilng guru hanya beban negara diajak kultivasi ganda saja 😁
ReplyDelete🤣🤣🤣🤣 kacau itu mah...😂
DeleteTrima kasih atas doa dan support nya dari rekan Taois semua 🙏😊🙏
ReplyDeleteSemoga tercapai dan terkabul apanyang di cita2kan min aamiin
ReplyDeleteHope your exam was splendid
ReplyDelete