Photo

Photo

Friday, 2 September 2022

Ibadah Paling Menjengkelkan Setan


" Sudahlah, Saya itu punya sanad muttasil sampai Rosululloh. Ibadah paaaaling menjengkelkan Setan itu satu : Senengnya Orang Mukmin…! "

 

" Loh, itu kalau orang Mukmin seneng, Itu tuntas Setan…!

" Setan sampai nangis menabur-naburi wajahnya dengan tanah, kalau tahu orang Mukmin seneng…! "

" Karena kalau orang Mukmin seneng itu, tidak menggugat Pengeran Kalau tidak menggugat Pengeran, itu khasnya orang Mukmin sejati…! "

 - Gus Baha -

 

NU Sudah Lengkap Dan Komplit


Mau tanya Fiqh….? NU punya KH. Afifuddin Muhajir, pakar Ushul Fiqh, beliau pimpinan Pon-Pes Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo - Situbondo.

Dan masih banyak lagi ulama NU ahli fiqih lainnya baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda

 

Mau tanya Tasawuf…? NU punya Habib Luthfi Bin Yahya & Gus Mus dan bahkan kini Habib lutfhi menjadi pemimpin forum sufi se-dunia.

Dan masih banyak lagi ulama NU ahli tasawuf baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda.

 

Mau tanya Hukum…? NU punya Gus Nadir beliau dosen Hukum tetap di Monash University Australia.

Dan masih banyak lagi ulama NU ahli hukum baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda.

 

Mau Tanya Sejarah….? NU punya Gus Muwafiq dengan pemahaman sejarah yang sangat luas.

Dan masih banyak lagi ulama NU ahli sejarah baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda

 

Mau tanya Thoriqot…? NU punya Mursyid muda Sayyid Seif Alwi dan beliau masih keturunan Syekh Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung Jati.

Dan masih banyak lagi ulama NU ahli Thoriqot baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda

 

Mau tanya Tafsir….? NU punya Gus Baha kedalaman ilmu beliau tentang tafsir tidak diragukan lagi, bahkan para doktor, profesor dan Ulama dunia sampai kagum dengan kyai sederhana ini, sampai-sampai para cendekiawan itu bertanya pada beliau " gus, njenengan bacaannya banyak kok masih NU…? " pertanyaan itu seakan-akan orang-orang NU itu bodoh, gus baha lanjut menjawab S3 di kampusmu itu kayak ngaji anak-anak Tsanawiyah / SMP di pondokku.

Dan masih banyak lagi ulama NU ahli tafsir baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda.

 

Mau tanya kehidupan berumah tangga, akhlak dan tingkah laku bersosial dengan sesame…? NU punya Gus Miftah, beliau kyai muda yang masih aktif berdakwah di lokalisasi dan diskotik SARKEM, dan sempat bikin heboh akhir-akhir ini karena beliau telah meng-islamkan artis papan atas indonesia host talkshow terkenal hitam-putih  Deddy corbuzier.

Dan masih banyak lagi ulama ahli akhlak dan sosial baik dari kalangan Kiai sepuh maupun Kiai Muda

 

Dan tentunya beliau-beliau ramah & santun dalam setiap dakwahnya, apalagi yang muda-muda seperti Gus Miftah, Gus Muwafik, Gus Nadir, dengan pembawaan yang  lucu dan romantis yang mebuat BAPER setiap pendengarnya..

 

Percayalah beliau-beliau lebih kompeten dari ustadz-ustadz hijrah youtube-mu atau penggagas gerakan khilafah londoniyah itu…!!.

 

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد

 

Asal Usul Siklus “ Pasar Kalender Jawa “


Ketika Prabu Isaka ( Ajisaka, Jaka Sengkala ) telah berkuasa lebih dari setengah abad, kerajaannya di serang musuh dan dapat di taklukkan. Kejadian ini untuk menuju takdirnya yang lain.

Kemudian Jaka Sengkala mengungsi ke hutan.

Sang ayah, Bathara Anggajali, mengetahui nasib putranya.

Di hutan itu ia menemui Jaka Sengkala untuk memberitahunya agar bertapa di pulau yang oleh Sang Jagadnata di namai Pulau Dawa, di sebelah tenggara tanah Hindi.

Sebagai bekal, Bathara Anggajali mengajarkan ilmunya dalam hal membuat senjata. Sejak saat itu, ia bernama Empu Sengkala.

Kali ini Empu Sengkala kembali menggunakan kesaktiannya dengan terbang menuju ke pulau yang di maksud.

Setelah terbang berputar-putar di atas pulau Dawa, ia memutuskan memilih sebuah Gunung yang ia rasakan paling cocok untuk bertapa-brata, lalu ia namakan Gunung Hyang,  yang di kemudian hari di sebut Gunung Kendheng atau Kandha.

Di tahun pertama ia berdiam di Gunung Hyang, Empu Sengkala senantiasa melakukan puja semadhi mengheningkan cipta menyatukan kehendak Sang Maha Kuasa.

Tahun pertama Empu Sengkala datang ke pulau Dawa inilah yang kemudian di sebut Tahun 1 Saka, sekitar tahun 78 Masehi.

Pada suatu malam muncullah cahaya putih yang menyilaukan.

Setelah di perhatikan dengan menggunakan mata batinnya, ternyata di dalam cahaya tersebut ada seorang putri yang mengaku bernama Bathari Sri.

Kedatangannya untuk memberi pelajaran tentang ilmu pengasihan dan cara-cara melakukan asmaragama, asmaranada, asmaraturida, dan asmaranala.

Setelah Empu Sengkala mengerti dan menguasai ilmu-ilmu tersebut, Bathari Sri lenyap kembali ke kahyangan. Untuk memperingati, Empu Sengkala menamai hari itu sebagai Hari Sri.

Pada malam berikutnya Empu Sengkala dalam semedinya di datangi cahaya merah yang di dalamnya ada seorang brahmana dan mengaku bernama Sang Hyang Brahma.

Kedatangannya untuk memberi pelajaran tentang ilmu gaib, samar-samar, mengerti sebelum terjadi ( ngerti sadurunge winarah ).

Setelah Empu Sengkala mengerti dan menguasai ilmu-ilmu tersebut Sang Hyang Brama lenyap kembali ke kahyangan.

Hari itu oleh Empu Sengkala dinamakan Hari Brahma.

Pada hari berikutnya dalam semedinya Empu Sengkala di datangi cahaya kuning yang di dalamnya ada raksasa yang mengaku bernama Sang Hyang Kala.

Kedatangannya untuk memberikan pelajaran tentang cara melakukan “ sandi upaya lan kajuligan ”,  yaitu ilmu kesaktian agar di takuti oleh orang lain dan untuk mengalahkan lawan.

Setelah Empu Sangkala mengerti dan menguasai ilmu-ilmu tersebut Sang Hyang Kala lenyap kembali ke kahyangan.

Hari itu oleh Empu Sengkala di namakan Hari Kala.

Pada hari berikutnya dalam semedinya Empu Sengkala di datangi cahaya hitam yang di dalamnya ada ksatria yang mengaku bernama Sang Hyang Wisnu.

Kedatangannya untuk memberi pelajaran tentang kaprawiran, kasaktian, dan jaya kawijayan.

Setelah Empu Sengkala mengerti dan menguasai ilmu-ilmu tersebut Sang Hyang Wisnu lenyap kembali ke kahyangan.

Kemudian hari itu oleh Empu Sengkala di namakan Hari Wisnu.

Pada hari berikutnya dalam semedinya Empu Sengkala di datangi cahaya hijau yang menyinarkan lima macam warna.

Di dalamnya ada seorang yang mengaku bernama Sang Hyang Guru.

Kedatangannya untuk memberikan pelajaran tentang agama, kawruh kasampurnan, panitisan, panjing suruping pati, dan untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Setelah Empu Sengkala mengerti dan menguasai ilmu-ilmu tersebut, Sang Hyang Guru kembali ke kahyangan.

Untuk memperingatinya,oleh Empu Sengkala hari itu di namakan Hari Guru.

Setelah malam berikutnya sudah tidak ada lagi yang mendatangi, keesokan harinya Empu Sengkala menghormat sebagai rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan ilmu melalui kelima dewa yang menjadi utusan untuk menyampaikan bermacam pengetahuan.

Pengalaman batin inilah yang mengawali terbentuknya siklus lima harian.

– Untuk menghormati Bathari Sri, pada Hari Sri manembahnya menghadap ke arah Timur.

– Untuk menghormati Sang Hyang Brama, pada Hari Brahma manembahnya menghadap ke arah Selatan.

– Untuk menghormati Sang Hyang Kala, pada Hari Kala manembahnya menghadap ke arah Barat.

– Untuk menghormati Sang Hyang Wisnu, pada Hari Wisnu manembahnya menghadap ke Utara.

– Untuk menghormati Sang Hyang Guru, pada Hari Guru manembahnya dengan cara “ tumungkul ing pratiwi lan tumenga ing akasa ” ( menunduk ke bumi dan mendongak ke angkasa ).

Cara melakukan manembah ini selalu di laksanakan dengan tekun oleh Empu Sengkala di gunung Hyang, yang di kemudian hari di tiru dan di anut oleh generasi yang di bawa oleh Empu Sengkala pada kedatangannya yang kedua di Pulau Dawa.

Karena asalnya Pancawara atau Petung Gangsal ( Perhitungan Lima ) atau Wangsit Gangsal ( Wangsit Lima ) ini dari para dewa, maka siklus lima harian ini di kemudian hari di sebut Pancawara Kadewatan.

Selain itu, karena para dewa yang hadir memberi wejangan dengan sinar yang berbeda warna, maka kelima hari itu juga di namai sesuai warna masing-masing, yaitu :

1. Hari Sri ( Pethakan, putih ), Timur.

2. Hari Brahma ( Abritan, merah ), Selatan.

3. Hari Kala ( Jenean / Jenaran, kuning ), Barat.

4. Hari Wisnu ( Cemengan, hitam ), Utara.

5. Hari Guru ( Mancawarna, lima warna ), Tengah.

Pada tahun 284 Saka ( 362 Masehi ) pada masa Kartika, Sang Hyang Surya atau Sang Hyang Prawa ngejawantah ke bumi berjuluk Resi Radhi.

Setelah selama empat tahun berkeliling gunung, akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan padhepokan di Gunung Tasik, 288 Saka ( 366 Masehi ).

Ia menjadi guru bagi orang-orang di sekitarnya serta di daerah lain yang jauh juga berdatangan berguru kepadanya.

Selain mengajarkan berbagai ilmu, Resi Radhi terutama sangat intens soal perhitungan waktu.

Ia mencetuskan siklus 5 harian, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Pancawara buatan Resi Radhi lalu di sesuaikan atau di rangkap dengan Pancawara Kadewatan yang sebelumnya telah di buat oleh Empu Sengkala ( Ajisaka ) saat pertama kali datang ke Jawa ( 78 Masehi ), dan cara manembah yang telah ada tetap di lestarikan.

– Hari Sri bersamaan dengan Hari Legi, manembahnya menghadap ke arah Timur.

– Hari Brahma bersamaan dengan Hari Pahing, manembahnya menghadap ke arah Selatan.

– Hari Kala bersamaan dengan Hari Pon, manemahnya menghadap ke arah Barat.

– Hari Wisnu bersamaan dengan Hari Wage, manembahnya menghadap ke arah Utara.

– Hari Guru bersamaan dengan Hari Kliwon, manembahnya dengan jalan “ tumungkul ing pratiwi lan tumenga ing akasa ”.

Seiring waktu bergulir, Pancawara Kadewatan namanya kalah tenar di bandingkan Pancawara yang di buat oleh Resi Radhi.

Namun orang-orang yang mengikuti manembah menurut cara Empu Sengkala tetap semakin banyak.

Karena itu tetua kampung mencari tempat khusus yang teduh dan luas yang cukup untuk warga yang akan manembah.

– Pada hari Sri atau Legi manembahnya di dukuh sebelah Timur.

– Pada hari Brahma atau Pahing Untuk manembah di dukuh sebelah Selatan.

– Pada hari Kala atau Pon manembahnya di dukuh sebelah Barat.

– Pada hari Wisnu atau Wage manembahnya di dukuh sebelah Utara.

– Pada hari Guru atau Kliwon manembahnya di tengah desa / pedukuhan.

Tempat bertemu untuk manembah itu lambat laun di manfaatkan oleh masing-masing peserta untuk membawa hasil bumi di daerahnya untuk saling tukar dengan barang yang di bawa oleh warga lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

Karena tempat tukar barang itu di sebut pasar, maka siklus lima harian ini lalu di sebut pasaran.

Rahayu..

𝗗𝗜𝗧𝗜𝗟𝗔𝗡𝗚 𝗣𝗢𝗟𝗜𝗦𝗜

👮:" 𝗣𝗿𝗶𝘁𝘁𝘁, 𝗠𝗯𝗮 𝗞𝗼 𝗟𝗮𝘄𝗮𝗻 𝗔𝗿𝗮𝗵...?

👩:" 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗣𝗮𝗱𝗮 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗟𝗮𝘄𝗮𝗻 𝗢𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗧𝘂𝗮 𝗠𝗮𝘀𝘂𝗸 𝗡𝗲𝗿𝗮𝗸𝗮 𝗣𝗮𝗸 "

👮:" 𝗛𝗺𝗺𝗺, 𝗦𝘂𝗿𝗮𝘁²𝗻𝘆𝗮 𝗔𝗱𝗮 𝗠𝗯𝗮....?"

👩:" 𝗛𝗲𝗵𝗲... 𝗚𝗮𝗸 𝗔𝗱𝗮 𝗣𝗮𝗸 "

👮:" 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗡𝗮𝗶𝗸 𝗠𝗼𝘁𝗼𝗿...? "

👩:" 𝗞𝗮𝗹𝗼 𝗡𝗮𝗶𝗸 𝗛𝗮𝗷𝗶 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗕𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗠𝗮𝗺𝗽𝘂 𝗣𝗮𝗸 "

.

👮:" 𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗣𝗮𝗴𝗶 𝗠𝗯𝗮, 𝗕𝗶𝘀𝗮 𝗟𝗶𝗮𝘁 𝗦𝘂𝗿𝗮𝘁- 𝗦𝘂𝗿𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮....?

👩:" 𝗛𝗘𝗟𝗟𝗢𝗢𝗢𝗪𝗪......., 2022 𝗠𝗔𝗦𝗜𝗛 𝗣𝗔𝗞𝗘 𝗦𝗨𝗥𝗔𝗧.....? 𝗪𝗛𝗔𝗧𝗦𝗔𝗔𝗣 𝗗𝗢𝗡𝗚 𝗔𝗛𝗛...."

👮:" 𝗬𝗮 𝗛𝗮𝗹𝗼 𝗞𝗼𝗺𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻, 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗜𝘇𝗶𝗻 𝗥𝗲𝘀𝗶𝗴𝗻, 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗠𝗮𝘂 𝗝𝗮𝗱𝗶 𝗣𝗼𝗹𝗶𝘀𝗶 𝗧𝗶𝗱𝘂𝗿 𝗔𝗷𝗮, 𝗗𝗮𝗱𝗮𝗵...."

.

👮:" 𝗠𝗯𝗮, 𝗧𝗮𝘂 𝗞𝗮n 𝗞a𝗹𝗼 𝗜𝗻𝗶 𝗝𝗮𝗹𝘂𝗿 𝗕𝘂𝘀𝘄𝗮𝘆.....?

👩:" 𝗜𝘆𝗮 𝗧𝗮𝘂 𝗣𝗮𝗸...."

👮:" 𝗧𝗲𝗿𝘂𝘀 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗠𝗮𝘀𝘂𝗸....? "

👩:" 𝗬𝗮𝗮 𝗟𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗧𝗮𝗱𝗶 𝗔𝗸𝘂 𝗨𝗱𝗮𝗵 𝗔𝗦𝗔𝗟𝗔𝗠𝗨𝗔𝗟𝗔𝗜𝗞𝗨𝗠 𝗧𝗲𝗿𝘂𝘀 𝗚𝗮𝗸 𝗔𝗱𝗮 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯 𝗬𝗮𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗔𝗸𝘂 𝗠𝗮𝘀𝘂𝗸 𝗔𝗷𝗮 "

.

👮:" 𝗠𝗯𝗮, 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗚𝗮𝗸 𝗣𝗮𝗸𝗲 𝗛𝗲𝗹𝗺.....? "

👩:" 𝗠𝗮𝗹𝗲𝘀 𝗣𝗮𝗸...."

👮:" 𝗠𝗯𝗮, 𝗚𝗮𝗸 𝗦𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗦𝗮𝗺𝗮 𝗞𝗲𝗽𝗮𝗹𝗮𝗻𝘆𝗮....? "

👩:" 𝗛𝗮𝗹𝗮𝗵, 𝗗𝘂𝗹𝘂 𝗝𝘂𝗴𝗮 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗕𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗦𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗽𝗶 𝗡𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗶𝗻 𝗝𝘂𝗴𝗮 𝗣𝗮𝗸...."


Jangan lupa bahagia...

Perintah Kaisar Naga : 4883 - 4888

 Perintah Kaisar Naga. Bab 4883-4888 Formasi besar langit dan bumi runtuh, dan di seluruh penjuru Dunia Surga dan Manusia, sinar cahaya keem...