Photo

Photo

Friday, 29 August 2025

7 GAYA BICARA PRIA YANG DISEGANI




Di ruang rapat, pria A marah-marah karena idenya ditolak.


Pria B hanya menunduk, lalu mengangguk, dan tidak bicara sama sekali.


Sementara pria C menunggu semua diam, lalu dengan satu kalimat pendek mengubah arah diskusi.


Semua mendengarkan. Bukan karena dia berteriak. Tapi karena dia punya bobot dalam kata-katanya.


Disegani bukanlah soal banyaknya bicara, melainkan kualitas energi yang terpancar dari gaya komunikasi.


Dan gaya bicara bukan bawaan lahir. Itu hasil pembiasaan psikologis dan strategi narasi.


Orang yang tahu kapan berbicara dan bagaimana menyusunnya, akan lebih didengarkan meski tak berusaha menarik perhatian.


Berikut adalah tujuh gaya bicara pria yang mampu membentuk persepsi wibawa, berdasarkan riset dan buku dari para ahli komunikasi.


1. Gaya "tenang tegas": bicara lambat, tapi jelas


Carmine Gallo dalam Talk Like TED menjelaskan bahwa bicara terlalu cepat membuat otak pendengar kelelahan. Orang yang disegani biasanya memberi jeda antara kalimat. 

Bukan karena ragu, tapi karena ia ingin memastikan maknanya sampai.


Bicara lambat menunjukkan bahwa kamu tidak takut kehilangan perhatian orang. Itu tanda dominasi psikologis.


2. Gaya "berlapis": tidak langsung menolak, tapi mengarahkan ulang 


Daripada berkata "itu salah", pria disegani akan berkata "saya bisa pahami sudut pandangnya, tapi bagaimana kalau kita lihat dari sisi ini.."


Dalam Crucial Conversations, ini disebut contrasting. Cara ini menjaga harga diri lawan bicara, sambil tetap mengarahkan ke hal yang lebih rasional.

Gaya ini tidak hanya membuatmu terdengar cerdas, tapi juga berkelas.


3. Gaya "menatap sebelum menjawab" 

Orang yang disegani tidak terburu-buru menjawab

la diam sejenak, lalu menatap, baru bicara

Efek psikologisnya besar: ini menunjukkan bahwa kamu menggenggam ruang, bukan dikejar waktu


Dalam Presence, Amy Cuddy menyebut ini sebagai power pause yang menambah kredibilitas


4. Gaya "bertanya dulu sebelum menyanggah"


Orang biasa langsung menyerang.

Pria yang disegani akan bertanya dulu "Menurut kamu, kenapa itu penting?" Itu membuat lawan bicara berpikir ulang tanpa merasa diserang


Dalam The Charisma Myth, Olivia menulis bahwa empati terletak bukan pada kepedulian kosong, tapi pada kemampuan membuat orang merasa diundang masuk ke ruang logika


5. Gaya "naratif tapi padat"


la tidak sekadar memberi data, tapi membungkusnya dalam cerita yang relatable


Contoh: Alih-alih bilang "kerja tim itu penting", dia bilang "saya pernah gagal dalam proyek karena merasa bisa sendiri. Sejak itu saya tahu, kerja tim bukan soal tugas, tapi kepercayaan."

Storytelling ini punya efek retensi tinggi 

Disorot dalam Made to Stick oleh Heath Brothers: orang 22 kali lebih mungkin ingat cerita dibanding angka


6. Gaya "rendah hati tapi tidak inferior"

 Pria yang tahu keahliannya tidak akan menyombongkan nya

la menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang tidak merendahkan


Contoh: "saya belum tahu pasti, tapi dari pengalaman saya yang sedikit di bidang ini, ada kecenderungan seperti ini..."


Nada ini menjaga kesan bisa dipercaya tanpa membuat orang lain merasa kecil 

Buku Ego Is the Enemy oleh Ryan Holiday menyebut ini sebagai secure humility


7. Gaya "diam sebagai respons sah"


Kadang tidak perlu menjawab semuanya 

Orang yang disegani tahu bahwa diam itu juga bentuk komunikasi

la tidak asal bicara untuk menjawab tekanan 

Dalam Stillness Is the Key, Ryan Holiday menekankan bahwa kekuatan pria sejati adalah kemampuannya bertahan dalam keheningan, bukan adu argumen


Bicara bukan sekadar mengeluarkan suara. Itu cara membentuk realitas. Gaya bicaramu mencerminkan struktur psikologismu.


Kalau kamu merasa sering diabaikan saat bicara, mungkin bukan kata-katamu yang salah. Tapi cara kamu meletakkannya di ruang.





Cara Menggunakan Logika untuk Membungkam Kritik Tidak Adil

Cara Menggunakan Logika untuk Membungkam Kritik Tidak Adil




Di era media sosial dan informasi yang serba cepat ini, kritik dan komentar negatif datang dari segala arah. Tidak semua kritik membangun; beberapa di antaranya tidak adil, penuh dengan emosi, dan hanya ditujukan untuk menjatuhkan. 


Daripada bereaksi dengan emosi yang justru akan memperkeruh situasi, gunakan senjata paling ampuh: logika. 

Berikut adalah cara-cara elegan untuk membungkam kritik tidak adil tanpa harus berteriak.


1. Dengarkan Sepenuhnya, Jangan Terburu-buru Memotong 

Langkah pertama adalah menjadi pendengar yang sabar. Biarkan pihak yang mengkritik menyelesaikan seluruh omongannya tanpa kamu interupsi.

 Ini bukan hanya menunjukkan rasa hormat, tetapi juga memberimu waktu untuk mencerna dan menganalisis setiap poin yang disampaikan. 

Dengan mendengar hingga selesai, kamu bisa mengidentifikasi dengan tepat di mana letak ketidaklogisan dan kelemahan argumennya.


2. Identifikasi Inti Masalah dari Balik Emosi 

Kritik yang tidak adil seringkali dibungkus dengan kata-kata kasar dan emosi yang meluap. 

Jangan terjebak pada kata-kata sifat yang menyakitkan. Abaikan nada bicaranya dan fokuslah pada substansi. 

Tanyakan pada diri sendiri: "Apa sebenarnya klaim utama yang coba disampaikan? Apa yang sebenarnya mereka minta?" 

Dengan memisahkan emosi dari fakta, kamu menemukan medan pertempuran yang sebenarnya. 


3. Ajukan Pertanyaan Klarifikasi untuk Menguji 

Landasan Argumen Ini adalah taktik yang sangat powerful. Alih-alih langsung membantah, ajukan pertanyaan untuk memahami dasar dari kritik tersebut.

 Pertanyaan seperti, "Bisa dijelaskan bagian mana yang menurut Anda bermasalah?" atau "Apa standar yang Anda gunakan sampai menyimpulkan seperti itu?" 

Memaksa si pengkritik untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya. 

Seringkali, mereka tidak memiliki dasar yang kuat dan akan terjebak dalam ketidakkonsistenannya sendiri. 


4. Pisahkan antara Fakta dan Opini atau Persepsi 

Bantu mereka untuk melihat perbedaan ini. 

Katakan dengan tenang, "Ini adalah data yang terjadi, dan itu adalah interpretasi atau perasaan Anda terhadap data tersebut." 

Kritik yang tidak adil sering mencampuradukkan keduanya. Dengan memisahkannya, kamu mereduksi argumen mereka hanya menjadi sebuah opini belaka, yang kekuatannya jauh lebih lemah dibandingkan fakta.


5. Gunakan Analogi untuk Merefleksikan Kekeliruan Logika 

Jika kamu mendeteksi adanya logical fallacy seperti generalisasi, straw man (menyerang argumen palsu yang tidak pernah dikatakan), atau ad hominem (menyerang pribadi, bukan argumen), jelaskan dengan analogi. 

Misal, jika mereka menggunakan generalisasi seperti "Kamu selalu begitu," kamu bisa balik dengan, "Jika saya sekali terlambat, apakah berarti saya selalu tidak tepat waktu? Itu seperti menyatakan satu hujan badai sebagai musim penghujan." 


Analogi membuat kekeliruan logika mereka menjadi mudah dilihat.


6. Tetap Berpegang pada Topik Utama, Jangan Meluas

 Si pengkritik mungkin akan mencoba melebar ke masalah lain untuk menguatkan posisinya. Jangan ikut terbawa. 

Katakan dengan sopan, "Itu adalah masalah yang berbeda, dan kita bisa bahas di kesempatan lain. Sekarang, mari fokus pada poin awal Anda. "

Dengan tetap pada topik, kamu menunjukkan bahwa kamu serius ingin menyelesaikan satu masalah, bukan sekadar berdebat.


7. Tawarkan Solusi atau Kesepakatan Bersama di Akhir Pembicaraan

Setelah berhasil menunjukkan ketidakkonsistenan dalam kritik mereka, akhiri dengan elegan. 

Tawarkan solusi atau common ground. 

Ucapkan, "Terlepas dari perbedaan pendapat kita, saya mengerti kamu ingin hasil yang terbaik. Mari cari cara untuk mencapai itu." 

Ini menunjukkan bahwa tujuanmu bukan untuk menang sendiri, tetapi untuk menemukan kebenaran dan solusi yang konstruktif.


Kesimpulan: 

Membungkam kritik tidak adil dengan logika bukan tentang menunjukkan bahwa kamu paling pintar. 

Ini tentang menjaga integritas percakapan, martabat diri sendiri, dan mungkin membantu orang lain untuk berpikir lebih jernih. 

Dengan pendekatan yang tenang dan analitis, kamu mengubah arena debat yang toxic menjadi ruang diskusi yang produktif.






CARA MENEMUKAN TITIK LEMAH SEMUA ORANG





1. Perhatikan Pola Bicara


Ucapan seseorang adalah pintu pertama untuk membaca pikirannya. Orang sering tanpa sadar mengulang hal yang mereka anggap penting. 

Misalnya, jika seseorang terus membicarakan soal uang, status, atau barang mewah, bisa jadi titik lemahnya ada di urusan finansial atau citra sosial. 

Jika seseorang sering menyinggung soal kurang dihargai, maka kelemahannya ada pada kebutuhan akan pengakuan. 

Pola bicara berulang menunjukkan apa yang dia takut kehilangan atau sangat dia butuhkan.


2. Amati Bahasa Tubuh


Bahasa tubuh sering lebih jujur daripada kata-kata. 

Saat seseorang merasa tidak nyaman, tubuhnya memberi tanda: menghindari kontak mata, memainkan jari, atau menggeser posisi duduk. 

Jika topik tertentu membuat seseorang tiba-tiba tegang atau defensif, itu tanda bahwa topik tersebut menyentuh area sensitif. 

Mengamati bahasa tubuh dengan sabar akan membantu menemukan bagian rapuh yang mereka sembunyikan lewat ucapan.


3. Cari Reaksi Emosional


Emosi berlebihan selalu mengungkapkan kelemahan. Orang yang mudah marah ketika dikritik biasanya memiliki kepercayaan diri yang rapuh. 

Orang yang terlalu takut kehilangan sesuatu sebenarnya sedang memperlihatkan titik lemahnya.

Jika seseorang berubah drastis emosinya hanya karena hal kecil, itu tanda bahwa ada sesuatu yang sangat penting bagi dirinya. 

Reaksi emosional bisa menjadi kunci untuk memahami apa yang paling ia jaga.


4. Dengarkan Keluhan


Keluhan sering dianggap sepele, padahal di situlah orang membuka sisi rapuhnya. 

Misalnya, seseorang yang sering mengeluh kesepian sebenarnya sedang memberi tahu bahwa titik lemahnya adalah kebutuhan akan perhatian. 

Orang yang sering mengeluh soal pekerjaan kemungkinan sangat menginginkan stabilitas dan penghargaan. 

Topik keluhan yang berulang biasanya adalah tanda kelemahan terbesar yang dia rasakan dalam hidup.


5. Gunakan Pertanyaan Tertentu


Pertanyaan sederhana tapi mendalam bisa membuka sisi rapuh seseorang. 

Contohnya: "Apa yang paling kamu takutkan hilang dalam hidup?" atau "Hal Pertanyaan ini terdengar ringan, tapi apa yang paling membuatmu bahagia?" 

Jawaban spontan sering kali menunjukkan sisi yang paling penting sekaligus paling rapuh. 

Kadang seseorang tidak sadar bahwa mereka sedang membuka titik lemahnya ketika menjawab.


6. Analisis Kebiasaan Sehari-hari


Kebiasaan mencerminkan kelemahan yang tersembunyi. 

Orang yang sering mencari validasi di media sosial menunjukkan kelemahan terhadap penilaian orang lain. 

Orang yang boros, impulsif, atau tidak bisa mengendalikan diri biasanya lemah terhadap status sosial atau kesenangan sesaat. 

Bahkan gaya berpakaian, hobi, dan pilihan teman bisa memberi gambaran jelas tentang apa yang mereka cintai atau takutkan.


7. Observasi Hubungan Sosial


Cara seseorang berinteraksi dengan orang lain sering menjadi cermin titik lemah. 

Orang yang selalu ingin terlihat dominan biasanya menyembunyikan ketakutan besar akan dianggap lemah.

Sebaliknya, orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain menunjukkan kelemahan berupa rasa takut ditolak. 

Melihat pola hubungan sosial memberi gambaran jelas tentang rasa kurang atau rasa takut yang mereka bawa.


8. Sentuh Ego


Ego adalah titik rapuh terbesar manusia. Ada yang mudah sekali terbujuk pujian, berarti titik lemahnya ada di sanjungan. 

Ada pula yang langsung marah atau tersinggung saat dikritik, menandakan harga diri yang rapuh. 

Ego bisa terlalu besar atau terlalu kecil, tetapi keduanya tetap menjadi pintu masuk untuk memahami kelemahan orang. 

Menyentuh ego dengan cara tepat akan membuka sisi rapuh mereka.


Kesimpulan

Setiap orang memiliki titik lemah, meski bentuknya berbeda. Ada yang lemah di harta, ada yang di cinta, ada pula yang di ego. 

Dengan memperhatikan pola bicara, bahasa tubuh, emosi, keluhan, kebiasaan, hingga hubungan sosialnya, kita bisa menemukan sisi rapuh itu. 

Namun, pengetahuan ini sebaiknya digunakan BUKAN untuk menjatuhkan, melainkan untuk memahami dan membangun hubungan yang lebih sehat.




Anak-anak harus diajarkan bagaimana berpikir, bukan apa yang harus dipikirkan




Inti pendidikan bukanlah menjejalkan isi kepala anak dengan dogma atau hafalan, melainkan membimbing mereka agar mampu berpikir secara kritis, mandiri, dan kreatif. 


Mengajarkan apa yang harus dipikirkan hanya akan melahirkan generasi penurut yang bergantung pada otoritas luar, tanpa daya untuk menimbang benar dan salah secara mandiri. 


Sebaliknya, mengajarkan bagaimana berpikir membekali anak dengan keterampilan intelektual untuk mengevaluasi informasi, mempertanyakan asumsi, serta menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi. 

Inilah yang membedakan pendidikan sejati dari sekadar indoktrinasi.


Jika kita perhatikan sistem pendidikan modern, sering kali masih ada kecenderungan untuk menilai keberhasilan anak hanya dari kemampuan menghafal dan mengulang informasi. 


Anak yang bisa menjawab soal dengan tepat dianggap cerdas, sementara yang berpikir di luar kebiasaan malah dicap menyimpang. 


Padahal, dunia yang terus berubah membutuhkan manusia yang mampu beradaptasi dengan situasi baru, bukan sekadar mengulang apa yang sudah ada. 


Dengan kata lain, dunia hari ini menuntut kreativitas lebih daripada kepatuhan semata. 


Pendidikan yang tidak mengajarkan cara berpikir hanya akan melahirkan manusia yang rapuh menghadapi kompleksitas zaman.


Selain itu, mengajarkan anak bagaimana berpikir berarti melatih mereka untuk bertanggung jawab terhadap pilihan dan tindakannya. 


Dengan kemampuan berpikir kritis, anak belajar memahami konsekuensi, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan mengambil keputusan yang bijak. 


Ini juga menumbuhkan kemandirian, sebab mereka tidak lagi bergantung pada instruksi atau otoritas eksternal untuk menentukan jalan hidupnya. 


Seorang anak yang terbiasa berpikir akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, tahan banting, dan mampu memimpin dirinya sendiri di tengah kerumunan opini yang saling bertabrakan.


Lebih jauh, pandangan Mead ini juga menyentuh aspek moral. Anak-anak yang diajarkan apa yang harus dipikirkan bisa mudah terjebak dalam pola pikir sempit yang membatasi ruang empati. 


Sebaliknya, anak-anak yang diajarkan bagaimana berpikir lebih terbuka untuk memahami perbedaan, menghargai keberagaman, dan mencari kebenaran dengan rendah hati. 


Dengan demikian, pendidikan yang berorientasi pada proses berpikir tidak hanya melahirkan individu cerdas, tetapi juga manusia yang lebih manusiawi-yang sadar bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang final, melainkan proses terus-menerus untuk memahami kehidupan.


Pada akhirnya, pesan Mead mengingatkan kita bahwa tugas utama pendidik bukanlah sekadar mencetak anak-anak agar seragam sesuai standar, melainkan membuka jalan bagi mereka untuk menemukan cara berpikirnya sendiri.


 Seperti menyalakan obor, pendidikan harus memberi cahaya agar anak-anak bisa menelusuri jalannya dengan terang, bukan menyerahkan peta kaku yang membatasi gerak. 


Di tengah banjir informasi dan opini pada era digital, keterampilan berpikir kritis adalah senjata terbaik agar anak-anak tidak terseret arus, tetapi mampu berdiri tegak sebagai pribadi yang merdeka.


.

5 CARA ELEGAN MENOLAK TUGAS DILUAR TANGGUNG JAWABMU





Di tempat kerja, selalu ada momen ketika seseorang meminta bantuan di luar job desk kita. Awalnya kelihatan sepele, tapi kalau terus-terusan dituruti, bisa bikin beban kerja membengkak dan stres gak terhindarkan. Apalagi kalau kamu tipe orang yang sulit bilang "tidak," hal ini bisa jadi jebakan.


Menolak bukan berarti kamu egois atau gak bisa kerja sama. Justru dengan menjaga batasan, kamu sedang melindungi kesehatan mental dan kualitas kerja sendiri. Gak mau kan kualitas kerja utama jadi turun gara-gara terlalu banyak tugas tambahan? 

Yuk simak lima cara elegan buat berkata "tidak" tanpa bikin hubungan kerja rusak.


1. Tegaskan deskripsi pekerjaan dengan bahasa santai.


Kalau ada yang minta kamu mengerjakan tugas tambahan, coba tegaskan dulu batasan dengan sopan. Kamu bisa bilang, "Sepertinya tugas itu di luar deskripsi kerja saya, mungkin lebih tepat kalau tim terkait yang mengerjakannya." Kalimat ini menunjukkan kamu tahu peranmu dan gak asal nolak.


Dengan cara ini, kamu gak terkesan defensif atau menghindar. Sebaliknya, kamu terlihat profesional karena paham tanggung jawabmu. Orang lain pun akan lebih menghargai kamu karena berani bersikap asertif tanpa menyinggung.


2. Beri alasan rasional, bukan emosional.

Saat bilang "tidak," pastikan alasannya jelas dan logis. 

Contohnya, "Saya lagi fokus menyelesaikan proyek X yang deadline-nya dekat, jadi saya khawatir kalau ambil ini hasilnya gak maksimal." 

Ini bikin orang lain paham bahwa kamu menolak demi menjaga kualitas kerja.


Jangan pakai alasan yang terdengar seperti ngeles, misalnya "lagi capek" atau "gak mood. "

Pilih kata-kata yang tunjukkan kamu memprioritaskan hasil kerja. Ini bikin penolakanmu terlihat profesional, bukan personal.


3. Tawarkan bantuan alternatif supaya tetap kooperatif.

Menolak bukan berarti lepas tangan sepenuhnya. Kamu bisa bilang, "Saya gak bisa ambil tugas ini sekarang, tapi saya bisa bantu kasih masukan kalau kamu butuh." 

Cara ini bikin kamu tetap terlihat suportif tanpa harus menanggung beban ekstra.


Dengan menawarkan opsi lain, kamu mengirim sinyal bahwa kamu peduli pada tim, meski harus menjaga batasan. Ini juga bisa jadi strategi personal branding supaya orang tetap melihatmu sebagai rekan kerja yang kooperatif.


4. Gunakan bahasa positif yang tidak menyalahkan.

Kata-kata yang kamu pilih bisa menentukan reaksi orang. 

Daripada bilang, "Itu bukan tugas saya," coba ubah jadi, "Saya rasa ini lebih cocok ditangani oleh bagian yang berhubungan langsung." 

Ini jauh terdengar lebih positif dan diplomatis.


Bahasa positif bikin pesanmu lebih mudah diterima. Kamu menolak, tapi dengan nada yang menunjukkan empati. Jadi hubungan kerja tetap terjaga meski kamu gak mengerjakan tugas tersebut.


5. Teguh dengan keputusan dan jangan terjebak rasa bersalah.

Setelah bilang "tidak," jangan langsung goyah hanya karena takut dinilai negatif. 

Ingat, menjaga batasan kerja itu bagian dari kesehatan mental dan profesionalisme. Kalau kamu terus mengorbankan waktu untuk tugas tambahan, burn out tinggal menunggu waktu.


Berkata tidak adalah bentuk keberanian untuk menghargai diri sendiri. Kamu berhak punya ruang buat fokus dan istirahat agar hasil kerja tetap maksimal. 

Jadi, jangan biarkan rasa bersalah menguasai, karena ini tentang keseimbangan hidup dan kariermu.


Menolak tugas tambahan dengan elegan bukan hal yang egois, tapi bentuk menghargai diri dan pekerjaanmu.

Ingat, profesionalisme bukan berarti mengiyakan semua hal, tapi tahu kapan harus berkata "tidak" dengan cara yang tepat. 

Yuk, mulai terapkan batasan sehat di tempat kerja supaya kamu tetap produktif tanpa drama!





Thursday, 28 August 2025

Perintah Kaisar Naga : 5351 - 5354

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5351-5354




Di sini terbentang dataran yang berkilauan dengan rerumputan peri abadi setinggi sepuluh kaki, daunnya memancarkan aura yang berkilau. 


Beberapa rerumputan menghasilkan buah  berwarna merah terang, memancarkan energi spiritual yang memikat.


Sesekali, urat-urat zamrud muncul dari tanah, memperlihatkan urat-urat peri tersebut. 


Energi spiritual keemasan samar-samar terlihat mengalir melaluinya, seperti darah bumi itu sendiri.


"Apakah ini Dataran Jatuhnya Dewa?"


Dave diam-diam terkejut.


Ia telah melihat banyak urat spiritual di Surga Kelima, tetapi belum pernah melihat gugusan yang begitu padat dan murni.


Sumber daya dataran ini saja kemungkinan setara dengan setengah kekuatan gabungan Surga Kelima.


Tidak heran jika Kerajaan Dewa memiliki tanah yang begitu berharga, menjadikannya kekuatan terkemuka di Surga Keenam.


Putri Kerajaan Dewa yang tangannya terikat merasakan kehadiran yang familiar, dan ekspresinya menjadi semakin muram. Ia memalingkan wajahnya dari pemandangan di bawah, jelas dipenuhi kebencian dan rasa jijik terhadap tanah yang memelihara para dewa.


"Di depan sana adalah ibu kota Kerajaan Dewa."


Suara sang putri bernada dingin. "Tiga penghalang mengelilingi Ibu Kota Dewa. Hanya mereka yang memiliki token Kerajaan Dewa atau memiliki darah dewa yang bisa masuk. Jika kau mencoba menerobos, kau akan terkoyak oleh kekuatan dewa penghalang itu."


Dave tidak menjawab, tatapannya tajam mengamati cakrawala.


Benar saja, di ujung dataran, garis besar kota besar perlahan-lahan menjadi jelas.


Dinding Ibu Kota Dewa, yang dibangun dari batu dewa emas pucat, menjulang setinggi ratusan kaki dan diukir dengan pola-pola dewa emas yang rumit. 


Saat pola-pola itu mengalir, sebuah penghalang tak terlihat menyelimuti seluruh kota, memancarkan tekanan yang mengerikan.


Di gerbang kota berdiri puluhan Pengawal Dewa dengan baju zirah perak. Masing-masing memiliki aura tingkat ketujuh Alam Manusia Abadi atau lebih tinggi. Pola dewa bersayap pada tombak mereka berkilauan, dan mereka berjaga dengan tangan yang waspada.


Dave dan sang putri perlahan mendarat di gerbang kota. 


Begitu mereka mendarat, dua pengawal dewa segera maju, tombak mereka mengarah langsung ke Dave. "Siapa kau? Beraninya kau masuk tanpa izin ke Ibukota Dewa! Lepaskan sang putri!"


Sang putri mengangkat kepalanya dan berkata dengan dingin, "Aku datang bersamanya atas kemauan sendiri. Aku bilang, pemimpin komandan mu keluar menemuiku."


Para pengawal dewa bertukar pandang, wajah mereka dipenuhi keterkejutan dan kecurigaan.


Perintah mereka adalah untuk membawa sang putri kembali dengan segala cara. Sang putri telah dibawa ke sini oleh seorang kultivator manusia, yang mengaku datang atas kemauan sendiri. Mereka sejenak ragu bagaimana harus menanggapi.


Salah satu pengawal dewa tidak ragu dan segera berbalik dan berlari menuju kota, tampaknya untuk melapor.


Para pengawal dewa lainnya tidak menyarungkan tombak mereka, tetapi mereka juga tidak bertindak gegabah. Mereka malah dengan waspada mengepung Dave dan sang putri, mata mereka tertuju padanya, khawatir ia akan mencelakai sang putri.


Sekitar waktu sebatang dupa, suara nyaring lonceng dan liontin bergema dari dalam kota.


Seorang wanita perlahan mendekat. Ia mengenakan gaun istana lavender, ujung roknya disulam halus dengan pola burung phoenix. Rambutnya yang panjang dan hitam legam diikat menjadi sanggul terbang, dihiasi dengan jepit rambut emas merah bertabur batu permata. Kulitnya seputih giok, dan raut wajahnya memancarkan pesona, namun juga ketenangan.


Usianya tampak tak lebih dari awal dua puluhan, namun auranya memiliki puncak peringkat kedelapan Alam Manusia Abadi.


Wanita itu mendekati Dave, tatapannya pertama-tama mengamati sang putri yang terikat sebelum tertuju padanya. Nada suaranya tenang namun tajam, "Rekan Taois, terima kasih telah mengembalikan sang putri ke Ibukota Dewa."


"Saya Yanitza Zi, ajudan raja. Bolehkah saya tahu nama Anda? Adakah yang bisa kami bantu untuk Anda karena telah mengembalikan sang putri?"


Dave menatap Yanitza, sedikit merenung.


Ajudan raja Kerajaan Dewa ini ternyata masih muda, cantik, dan memiliki kultivasi yang mendalam.


Bagi seorang kultivator biasa untuk mencapai posisi ini, dibutuhkan setidaknya ratusan tahun akumulasi. 


Namun, Yanitza tampak begitu muda, mungkinkah karena bakat luar biasa atau koneksi khusus.


Melihat pakaian istananya, meskipun bukan standar untuk permaisuri dan selir, pakaian itu terbuat dari bahan yang sangat indah dan sama sekali berbeda dari pakaian pejabat biasa.


Dan tatapan yang diberikannya, selain tatapan tajam, juga mengandung sedikit rasa waspada. Tatapan seseorang yang telah bertahun-tahun berada di pusat kekuasaan, terbiasa mempertimbangkan untung ruginya.


Dave segera menduga: Yanitza ini mungkin lebih dari sekadar ajudan raja.


Raja Kerajaan Dewa sudah tua dan membutuhkan perawatan, dan Yanitza, muda dan cantik, memiliki kultivasi dan kecerdasan yang memadai. Mungkin dia adalah selir raja.


Dia biasanya membantu raja dalam hal-hal sepele, dan terkadang berpartisipasi dalam urusan pemerintahan sebagai ajudan, menjaga kerahasiaannya sambil tetap berada di sisinya.


Membayangkan gadis secantik itu di tindas oleh seorang pria tua membuat Dave merasakan sedikit tertekan 


Namun, Dave tidak menunjukkannya. Sebaliknya, senyum yang sangat tenang muncul di wajahnya. Ia membungkuk dan berkata, "Saya, Dave Chen, saya memulangkan sang putri tidak demi imbalan apa pun. Saya hanya kebetulan mendapati Yang Mulia sendirian di luar, dan saya khawatir akan keselamatannya, jadi saya memberanikan diri untuk memulangkannya."


"Lagipula, Kerajaan Dewa dan Istana Para Dewa akan segera melangsungkan pernikahan. Keselamatan Yang Mulia sangat penting bagi stabilitas Surga Keenam, jadi saya tidak berani berdiam diri."


Ia secara khusus menyebutkan kata "pernikahan" untuk menguji reaksi Yanitza dan agar tindakannya tampak lebih masuk akal.


Seorang pembudidaya yang peduli terhadap situasi di Alam Surgawi Tingkat Keenam dan mengirimkan kembali putri yang hilang kemungkinan besar akan membuat orang lengah dibandingkan pembudidaya dengan motif tersembunyi.


Ketika Yanitza mendengar kata "pernikahan", kilatan emosi samar melintas di matanya, tetapi ia segera menenangkan diri dan berkata sambil tersenyum, "Rekan Taois Chen cukup bijaksana."


"Yang Mulia baru saja kembali dan pasti lelah. Biarkan beliau kembali ke istana untuk beristirahat. Saya akan mengajak Rekan Taois Chen berkeliling Ibukota Dewa."


Dave mengangguk, "Oke...lah klo begitu..."


Yanitza tidak berkata apa-apa lagi dan memerintahkan para pengawal dewa untuk membawa sang putri pergi. Ia kemudian berbalik dan memimpin Dave menuju kota.


Jalan-jalan di Ibukota Dewa lebar dan rapi. 


Bangunan-bangunan di kedua sisinya terbuat dari batu dewa dan kayu peri, dengan balok-balok berukir dan kasau yang dicat, memancarkan kemewahan dan keagungan ras dewa.


Para kultivator dewa yang lewat di jalan-jalan menghindari Yanitza, jelas-jelas menghormati terhadap statusnya.


Trotoar batu biru, yang sedikit basah oleh embun pagi, berkilau dengan kilau keemasan pucat. 


Ranting-ranting pohon dewa di kedua sisinya terkulai, menyaring sinar matahari yang tersebar ke bahu Dave.


Yanitza berjalan setengah langkah di depan, rok bermotif burung phoenix-nya bergoyang setiap langkah. Ia tampak acuh tak acuh, tetapi pandangan sekelilingnya terpaku pada ekspresi Dave, dan ia akan menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya setiap beberapa langkah.


"Rekan Taois Chen tampak asing. Mungkinkah Anda baru saja tiba di Surga Keenam?"


Ujung jari Yanitza menyentuh tusuk rambut bertahtakan giok spiritual di sebuah kios pinggir jalan. Nadanya selembut obrolan santai. 


"Surga Keenam tidak seperti Surga Kelima. Struktur kekuasaan saling terkait. Rekan Taois, untuk seorang kultivator biasa, berani keluar sendirian. Anda cukup berani."


Dave, yang menatap wajah arogan pemilik kios Klan Dewa di belakang kios, menggaruk kepalanya dan tersenyum sedikit polos. "Aku baru beberapa hari di Surga Keenam. Aku hanya ingin tahu apa keseruan nya."


"Aku bosan tinggal di Surga Kelima. Kudengar ada tempat semegah Kerajaan Dewa di Surga Keenam, jadi aku memutuskan untuk melihatnya. Lucunya, aku malah bertemu Yang Mulia Putri "


Dia sengaja menekankan kata "lucu," matanya tertuju pada sekelompok anak Klan Dewa yang sedang berdebat memperebutkan buah peri tak jauh dari sana, seolah-olah dia benar-benar seorang kultivator biasa yang belum pernah melihat dunia.


Yanitza berhenti sejenak, tatapannya semakin tajam saat dia menoleh. "Oh? Jadi, apa pekerjaan Rekan Taois di Surga Kelima? Hidup memang sulit bagi kultivator biasa. Karena kau telah mencapai Tahap Pertama Alam Manusia Abadi, kau pasti punya keterampilan untuk mencari nafkah, kan?"


Kata-katanya terdengar khawatir, tetapi sebenarnya, itu hanyalah retorika. Jika Dave memiliki semacam pengaruh di belakangnya, dia pasti akan mengungkapkan pekerjaannya atau menyebutkan sekte atau keluarga tertentu.


Namun, Dave seolah tidak mendengar maksud tersembunyi itu dan mendesah. "Apa lagi yang bisa kulakukan? Aku hanya bisa menjalankan tugas untuk orang-orang, mencari herbal peri tingkat rendah untuk ditukar dengan batu peri."


"Terkadang, aku cukup beruntung untuk mengambil kertas jimat yang terbuang, dan aku akan mencoba menggambarnya sendiri. Aku tidak pernah menyangka akan benar-benar menggunakannya kali ini, ketika aku menjebak Yang Mulia Putri."


Sambil berbicara, Dave mengeluarkan sebuah jimat kuning keriput dari dadanya. Rune di atasnya bengkok dan terdistorsi, memperlihatkan penampilan seorang pemula. 


"Lihat, benda jelek ini! Kupikir ini tak berguna."


Mata Yanitza menyapu jimat itu, dan ujung jarinya tanpa sadar mengumpulkan seberkas energi spiritual. 


Itu memang jimat penjebak dewa tingkat rendah. Fluktuasi energi spiritualnya sangat kacau, dan jimat itu tak akan mampu menahan bahkan seorang kultivator tingkat pertama di Alam Manusia Abadi sedetik pun, apalagi seorang putri dewa.


Namun ia ingat dengan jelas bahwa ketika Dave menyegel sang putri di gerbang kota, energi spiritual emas itu begitu pekat sehingga tampak nyata. Jimat itu jelas tak sebanding dengan jimat tak berguna ini.


"Kau cukup beruntung, rekan Taois."


Yanitza menekan keraguannya dan menunjuk ke arah sekelompok Pengawal Dewa yang lewat di ujung jalan. 


"Mereka yang di depan adalah Pengawal Dewa yang berpatroli di Distrik Kota Barat. Ibukota Dewa akhir-akhir ini sedang dilanda kerusuhan, dengan beberapa kultivator tak dikenal berkeliaran di area ini. Jika anda berkeliaran, harap hindari gang-gang terpencil itu."


Ia sengaja menyebutkan para kultivator tak dikenal, berharap untuk mengukur reaksi Dave terhadap Pengawal Dewa yang berjaga di gerbang kota.


Namun, Dave hanya menyipitkan mata ke arah baju zirah perak Pengawal Dewa, berdecak kagum. "Baju zirah itu sangat berkilau! Jauh lebih mengesankan daripada para prajurit yang kulihat di Surga Kelima!"


"Jika aku punya satu, tak akan ada yang berani menggangguku saat aku sedang menjalankan tugas."


Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh baju zirah Pengawal Dewa, tetapi menerima tatapan dingin dari para Pengawal Dewa. Ia kemudian menarik tangannya dengan canggung, mengabaikan kata-kata kultivator tak dikenal itu.


Kecurigaan Yanitza, alih-alih hilang, justru semakin kuat karena ketidakpeduliannya. Ia tak percaya seorang kultivator yang mampu menjebak sang putri bisa begitu polos dan bodoh, tetapi kata-kata dan tindakan Dave sempurna. 


Entah karena rasa hormatnya pada Kerajaan Dewa, keserakahannya akan harta karun, atau karena ia menghindari pertanyaan-pertanyaan krusial, ia tampak seperti seorang kultivator sejati, tingkat rendah, dan biasa saja.


"Di depan ada Menara pengamatan Raja Bulan, salah satu dari sedikit menara di Ibukota Dewa yang terbuka untuk orang luar. Maukah kau naik dan melihat?"


Yanitza tiba-tiba berubah arah, membawa Dave ke menara berukir pola awan. 


"Dari lantai atas, kau bisa melihat sebagian besar Ibukota Dewa. Karena kau datang untuk melihat Kerajaan Dewa, mengapa tidak melihatnya?"


Ia mempertimbangkan untuk mencoba suasana yang berbeda. Mungkin, dari sudut pandang yang lebih tinggi, Dave akan menunjukkan jati dirinya.


Mata Dave langsung berbinar, dan ia bergegas mengejarnya. "Hebat! Hebat! Aku belum pernah melihat pemandangan dari menara setinggi itu!"


Ia melangkah cepat dua langkah menaiki tangga menara, sama sekali tidak menyadari tatapan dingin Yanitza di punggungnya.


Ia sudah memutuskan bahwa terlepas dari apakah Dave benar-benar seorang kultivator biasa atau bukan, ia akan mengirim seseorang untuk mengawasinya. 


Seseorang yang bisa menjebak seorang putri dewa di tingkat pertama Alam Manusia Abadi tidak boleh ditinggalkan tanpa pengawasan.


Begitu Dave mencapai lantai dua menara, ia mendengar dua kultivator dewa di meja sebelah berbisik-bisik. 


Salah satu menyebutkan bahwa segel Gunung Leiyin telah bergeser lagi. Yang lain segera menutup mulutnya dan melihat sekeliling dengan waspada.


Dave mengambil teh dari meja dan berpura-pura minum, tetapi telinganya menegang.


Yanitza, yang duduk di hadapannya, memperhatikan setiap gerakan kecil. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Ia ingin melihat berapa lama Dave yang sok pura pura bodoh ini bisa bertahan.


Pada saat ini, suara pembacaan pagi yang menggema menarik perhatian Dave. Menatap ke arah suara itu, ia menemukan sebuah sekolah tak jauh dari Menara Raja Bulan!


Dave menatap para siswa di dalam akademi. Mereka berpakaian mewah, kulit mereka kemerahan, dan setiap gerak tubuh mereka memancarkan martabat bawaan ras dewa. Namun, di mata Dave, semangat itu terpancar dengan sedikit kesombongan.


Melihat tatapan Dave yang tertuju pada para siswa, Yanitza berkata dengan ekspresi angkuh, "Itu adalah akademi paling mulia di Kerajaan Dewa kami. Mereka yang belajar di sana semuanya jenius."


"Kami para kultivator dewa tidak hanya berlatih secara membabi buta; kami juga memperoleh pengetahuan, mengolah perasaan, dan mengolah jiwa dan batin kami."


"Tanpa jiwa dan batin, jika kami hanya berlatih secara membabi buta, kami menjadi barbar!"


"Jadi, para kultivator Klan Dewa begitu elegan, tapi kudengar banyak kultivator dewa di Istana Para Dewa mempraktikkan sihir iblis, dan sepertinya semua kultivator di Istana Para Raja itu anggota Klan Dewa," kata Dave dengan tenang!


Yanitza terkejut, lalu berkata, "Klan Dewa begitu besar, jadi wajar saja kalau ada sampah yang tidak berguna. Lagipula, para kultivator Kerajaan Dewa kami semuanya elegan."


Bibir Dave sedikit melengkung, membentuk lengkungan halus. Ada sedikit keceriaan dalam senyumnya, dan ia tidak mengikuti pujian Yanitza atas keanggunan warga Kerajaan Dewa.


"Nona Zi, karya klasik, sejarah, dan sastra apa yang Anda pelajari di akademi itu?"


Dave bertanya dengan rasa ingin tahu, nadanya sedikit acuh tak acuh, tetapi ia diam-diam mengamati sekelilingnya.


Energi spiritual samar merasuki akademi, sangat berbeda dari jalanan Ibukota Dewa yang ramai. Energi itu tampaknya menyembunyikan suatu kekuatan yang tak diketahui.


"Karena kau sangat penasaran dengan akademi itu, aku akan mengajakmu berkeliling."


Yanitza membawa Dave keluar dari Menara Raja Bulan dan langsung menuju akademi!


Yanitza menatap mata Dave yang dipenuhi rasa ingin tahu dan kekaguman. Secercah kebanggaan terpancar di matanya, dan ia melangkah memasuki akademi dengan langkah lotus.


Akademi dijaga di kedua sisi oleh para penjaga dewa, tetapi ketika melihat Yanitza, mereka semua memberi hormat tanpa ada yang mencoba menghentikan mereka, menunjukkan statusnya di Kerajaan Dewa.


"Jika kau ingin memahami akademi kami, kau harus belajar di perpustakaan."


Yanitza membawa Dave ke perpustakaan.


Yanitza begitu berani membawa Dave ke tempat yang begitu penting sehingga Dave cukup terkejut.


"Nona Zi, kau baru saja bertemu denganku, dan kau membawaku ke perpustakaan. Apa kau tidak takut aku akan mengorek rahasia Klan Dewamu?"


Dave bertanya dengan rasa ingin tahu!


"Hahaha, perpustakaan ini hanya berisi karya-karya klasik Klan Dewa kami, yang mencatat kejayaan zaman kuno dan mewariskan kebijaksanaan leluhur kami."


"Siswa yang belajar di sini tidak hanya dapat memahami prinsip-prinsip hakiki surga dan bumi, tetapi juga mengembangkan karakter dan mempelajari tata krama."


"Jika kau ingin belajar, kau bisa melihatnya. Maka kau tidak akan seperti para kultivator rendahan yang hanya tahu cara bertarung dan membunuh, tanpa dasar apa pun."


Saat berbicara, matanya melirik Dave, kata-katanya menunjukkan penghinaan yang tak terselubung.


Dave mendengus dalam hati, tetapi senyum lembut tetap tersungging di wajahnya. Ia berjalan ke rak buku dan dengan santai mengeluarkan sebuah buku kuno.


Saat membukanya, ia melihat catatan sejarah kejayaan Klan Dewa, yang seringkali berisi istilah-istilah yang meremehkan ras lain, dan teksnya penuh dengan kesombongan dan prasangka.


Yang disebut Klan Dewa sebenarnya hanyalah ras manusia, hanya saja beberapa kultivator, yang merasa berbakat dan mulia, sengaja memisahkan diri dari ras manusia, menciptakan Klan Dewa secara terpisah.


Seiring waktu, Klan Dewa semakin besar. Lagipula, banyak kultivator yang bangga dengan status dewa mereka.


Dave dengan tenang menutup bukunya, menoleh ke Yanitza, dan bertanya, "Nona Zi, menurut Anda, mana yang lebih penting, belajar atau berlatih?"


Yanitza mengangkat alisnya sedikit, dan menjawab tanpa ragu, "Tentu saja, keduanya penting. Berkultivasi meningkatkan kekuatan dan melindungi martabat Klan Dewa kami; membaca mencerahkan pikiran dan memungkinkan Klan Dewa kami untuk selamanya menikmati cahaya peradaban."


"Rekan Taois Chen, Anda berasal dari Surga Kelima. Saya membayangkan para kultivator di sana hanya fokus pada latihan, mengabaikan kultivasi batin, kan?"


Sambil berbicara, ia mengamati ekspresi Dave, mencoba menemukan kesalahan dalam reaksinya.


Dave berpikir dalam hati, Yanitza ini memang sedang dekat, tapi dia tidak akan membocorkan rahasianya begitu saja.


Dia menggelengkan kepalanya sedikit, berpura-pura mendesah. "Nona Zi benar sekali. Kebanyakan kultivator di Surga Kelima sibuk bertahan hidup dan benar-benar tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti itu."


"Aku juga beruntung telah datang ke Kerajaan Dewa dan menyaksikan peradaban yang begitu makmur. Tapi aku bertanya-tanya, jika aku hanya mendalami teks-teks kuno dan mengabaikan perubahan di dunia luar, bagaimana aku bisa meningkatkan kekuatanku?"


Bersambung....


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)



Terima Gajih...☺️




Tuesday, 26 August 2025

Perintah Kaisar Naga : 5345 - 5350

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5345-5350




Melihat hal ini, dua Pengawal Dewa lainnya segera berbalik untuk menyelamatkan.


Matt Hu memanfaatkan kesempatan itu untuk merapal jimat pengikat, mengikat salah satu Pengawal Dewa. 


Dave mengayunkan pedangnya, memaksa pengawal lainnya mundur.


Wanita itu juga memanfaatkan kesempatan itu. Cahaya keemasan memancar dari ujung jarinya, dan ia menghantamkan telapak tangannya ke dada Pengawal Dewa yang terikat, menyebabkannya memuntahkan darah dan jatuh ke tanah.


Pengawal Dewa yang memimpin, menyadari bahwa ia bukan tandingan mereka, menggertakkan giginya dan berteriak, " Daannccookk... Siapa kau? Beraninya kau ikut campur dalam urusan Kerajaan Dewa!"


Dave tidak menjawab, tetapi hanya menatapnya dengan dingin: "Pergi! Jika kau berani ikut campur lagi, kau akan mati."


Api keemasan di tubuhnya menyala samar-samar, dan tekanan tak terlihat langsung dilepaskan. 


Wajah Pengawal Dewa yang memimpin memucat. Tidak berani mengatakan sepatah kata pun, ia mengangkat rekannya yang terluka dan melarikan diri dengan panik.


Pertarungan berakhir, hanya menyisakan Dave, Matt Hu, dan wanita suci di lapangan terbuka.


Wanita itu menarik kembali kekuatan magisnya dan melirik mereka berdua. Matanya tak menunjukkan rasa terima kasih, melainkan sedikit kewaspadaan dan kesombongan.


Ia menyeka darah dari bahunya dan berbalik untuk pergi.


"Hei, gadis kecil!"


Matt Hu tak kuasa menahan diri untuk berbicara. "Kami menyelamatkanmu. Jika kau bahkan tak bilang mau tidur denganku, setidaknya kau harus mengucapkan terima kasih, kan?"


Wanita itu berhenti sejenak, melirik Matt Hu, dan berkata dengan dingin, "Kultivator manusia tua bangke, jangan kira kau bisa memerintah ku hanya karena kau menyelamatkanku. Jika aku tidak dalam kondisi buruk hari ini, ketiga pecundang itu takkan sebanding denganku."


Setelah itu, ia berbalik dan berjalan jauh ke dalam hutan lebat, menghilang dengan cepat.


Matt Hu membeku di tempat, janggutnya mengembang karena marah. "Apa-apaan ini? Apa para Dewa begitu sombong? Aku benar-benar ingin menangkapnya dan mengajarinya arti sopan santun!"


Dave menggelengkan kepalanya tanpa daya. "Lupakan saja, para Dewa memang selalu seperti itu. Tapi dia menyebutkan bahwa Kerajaan Dewa ingin bersekutu dengan Istana Keenam Istana Para Dewa dan ingin mereka menikahkan putra Master Istana Ketiga. Itu berita penting."


"Hah....Aliansi?"


Matt Hu mengerutkan kening. "Bukankah Kerajaan Dewa dan Istana Para Dewa berselisih? Bagaimana mungkin mereka bersekutu?"


Dave merenung sejenak. "Mungkin ini untuk keuntungan bersama. Bagaimanapun, itu bukan hal yang baik bagi kita. Jika Kerajaan Dewa bergabung dengan Istana Keenam Istana Para Dewa, akan lebih sulit bagi kita untuk melenyapkan Master Istana Keenam."


Kedua pria itu berhenti memikirkan Wanita dewa itu dan terus terbang ke selatan menuju Gunung Leiyin.


Di sepanjang jalan, mereka bertemu beberapa gelombang penjaga Kerajaan Dewa lagi, yang jelas-jelas sedang melacak wanita itu.


Para penjaga dewa, meskipun waspada saat melihat Dave dan Matt Hu, menahan diri untuk tidak bertindak gegabah setelah merasakan aura Matt Hu yang merupakan Alam Manusia Abadi Tingkat Kesembilan.


Sekitar tiga jam kemudian, sebuah gunung menjulang tinggi muncul di depan, diselimuti kabut dan awan. Garis samar sebuah kuil Tao dapat terlihat. Kilatan petir keemasan menyambar dari puncak, memancarkan aura yang agung.


"Itu Gunung Leiyin!"


Mata Matt Hu berkilat gembira, dan ia mempercepat langkahnya.


Ketika mereka mendarat di kaki Gunung Leiyin, mereka melihat dua Taois berjubah biru kehijauan menjaga jalan setapak di pegunungan. 


Melihat Dave dan Matt Hu, mereka melangkah maju dan memberi hormat, "Rekan-rekan Taois, bolehkah saya tahu apa yang membawa kalian ke Kuil Leiyin?"


Dave membalas sapaan itu, "Nama saya Dave Chen, dan ini Tuan Matt Hu. Kami datang untuk bertemu Master Tao Wallace."


Kedua pendeta Tao itu bertukar pandang, dan salah satu dari mereka berkata, "Jadi, Anda Dave Chen. Silakan ikuti kami."


"Apakah Anda mengenal saya?" Dave penasaran!


"Master Tao kami berkata bahwa jika seseorang bernama Dave Chen datang mencarinya, saya harus segera membawa Anda menemuinya," kata seorang pendeta Tao.


Dave tidak menyangka bahwa Taois Wallace sudah menduga bahwa ia akan datang ke Kuil Leiyin untuk mencarinya!


Keduanya mengikuti pendeta Tao itu menaiki jalan setapak pegunungan yang dipagari pohon pinus, dan udara dipenuhi aroma cendana yang samar dan aura bak peri.


Sekitar setengah jam kemudian, mereka tiba di gerbang Kuil Leiyin.


Gerbang Kuil Leiyin terbuat dari cendana merah, dengan tiga karakter emas "Kuil Leiyin" terukir di atasnya. Di kedua sisi gerbang berdiri seekor singa batu, memancarkan aura penangkal kejahatan.


Memasuki gerbang utama, mereka akan disambut oleh halaman yang luas. 


Di tengahnya berdiri sebuah lonceng perunggu besar yang diukir dengan rune yang padat. Lonceng itu tak lain adalah harta karun Kuil Leiyin—Lonceng Leiyin.


Namun, rune pada Lonceng Leiyin meredup saat ini, jelas menunjukkan adanya masalah.


Seorang pendeta Tao tua berjubah putih, berambut putih, dan berwajah muda, muncul dari aula utama. Tatapannya tajam, dan ia memancarkan aura seorang Manusia Abadi tingkat sembilan. Ia tak lain adalah kepala biara Kuil Leiyin, Taois Wallace.


"Dave, kau di sini." Taois Wallace tersenyum sambil melangkah maju. "Aku sudah lama menunggu di sini."


Taois Wallace tahu Dave dan rekannya pasti akan tiba. Dengan urusan Surga Kelima yang kini telah beres, Dave tidak mungkin tinggal di sana selamanya.


Dave segera membungkuk. "Guru, bagaimana Anda tahu saya akan datang ke Surga Keenam?"


"Istana Keenam Istana Para Dewa berada di Surga Keenam, jadi tentu saja Anda akan datang. Lagipula, dengan kecepatan kultivasi Anda, Anda tidak bisa selamanya berada di Surga Kelima. Semakin tinggi kekuatan Anda, semakin banyak sumber daya yang akan Anda butuhkan, dan supaya semakin bermanfaat bagi kultivasi Anda."


"Lagi pula, bukankah Anda selalu ingin tahu identitas ayah Anda? Saya khawatir Anda tidak akan bisa mengetahui identitas ayah Anda atau memahami rahasia Alam Surgawi sampai Anda mencapai puncak Alam Surgawi!"


Taois Wallace berkata sambil tersenyum.


Taois Wallace mengenal Dave dengan baik; orang ini tidak akan puas dengan status quo.


Setelah mendengar ini, Dave hanya bisa tersenyum tipis. "Guru, Anda mengerti saya..."


"Omong kosong! Jika saya tidak mengenal Anda, bagaimana saya bisa menjodohkan Kelly kepada Anda?"


"Tapi... jangan terlalu banyak bermain dengan wanita. Energi Yang-mu yang tinggal sedikit itu akan dihisap habis oleh wanita."


Taois Wallace memelototi Dave dan berkata!


Wajah Dave dipenuhi rasa malu, dan ia terdiam.


'Hahahaha..." Matt Hu tertawa terbahak-bahak. "Bocah ini terus-menerus memanggilku cabul besar, tapi sebenarnya dia punya lebih banyak wanita daripada aku. Dia seperti binatang, entah mempermainkan wanita atau sedang ingin mempermainkan mereka, dan semua gadis itu perawan."


"Aku hanya pernah bermain dengan Nyonya Tua Xu. Aku tidak pernah pilih-pilih..."


"Tuan Hu, berhenti bicara..." Dave tersipu!


" Hahaha...." Melihat Dave tersipu, Taois Wallace dan Matt Hu tertawa terbahak-bahak!


Matt Hu melirik Lonceng Leiyin di halaman. "Pendeta Wallace, sepertinya ada yang salah dengan lonceng itu?"


Taois Wallace, setelah mendengar ini, melihat lonceng itu, menghela napas, dan ekspresi serius terpancar di wajahnya. "Rekan Taois Hu, penglihatanmu bagus. Sejujurnya, Kuil Leiyin baru-baru ini menghadapi situasi yang sulit. Tiga hari yang lalu, Lonceng Leiyin dicuri."


"Apa?" Dave dan Matt Hu terkejut.


Lonceng Leiyin adalah harta karun kuil, yang mampu menangkal mantra jahat. Bagaimana mungkin lonceng itu dicuri?


Taois Wallace memimpin keduanya ke aula utama, tempat mereka duduk sebagai tuan rumah dan tamu. 


Seorang pemuda Tao menyajikan teh spiritual untuk mereka.


Taois Wallace menyesap teh dan perlahan berkata, "Gunung Leiyin ini mungkin tampak biasa, tetapi sebenarnya tempat ini tertutup rapat."


"Di dalam perut gunung ini terdapat seratus ribu roh iblis jahat, yang terperangkap di sana oleh upaya gabungan para leluhur Kuil Leiyin kami setelah berbagai kejahatan mereka."


"Lonceng Leiyin adalah kunci untuk menekan roh-roh jahat itu."


"Setiap seratus tahun, Lonceng Leiyin harus dibunyikan. Energi petir yang terkandung dalam bunyinya memperkuat segel, mencegah roh-roh jahat melarikan diri."


Dave dan Matt Hu bertukar pandang, masing-masing melihat keterkejutan di mata satu sama lain.


Jika seratus ribu roh iblis itu lolos, Surga Keenam akan hancur.


"Apakah Guru tahu bagaimana Lonceng Leiyin dicuri? Ada petunjuk?" tanya Dave sambil mengerutkan kening.


Taois Wallace menggelengkan kepala, ekspresinya serius. "Tiga malam yang lalu, para murid yang bertugas tiba-tiba mendengar suara angin yang menakutkan. Segera setelah itu, Lonceng Leiyin mulai berdengung dan berkedip."


"Saat mereka tiba di paviliun lonceng, Lonceng Leiyin telah menghilang."


"Hanya beberapa jejak kaki aneh yang tersisa di tempat kejadian, seperti jejak binatang iblis, tetapi diwarnai dengan energi iblis. Kami melacak mereka untuk waktu yang lama, tetapi tidak berhasil."


Dave menundukkan kepalanya sambil berpikir, merasakan hubungan samar antara masalah ini dan para iblis.


Para iblis telah lama berusaha menghancurkan segel, melepaskan roh-roh iblis, untuk bisa bangkit kembali.


Fakta bahwa Lonceng Leiyin telah dicuri, dan waktunya mendekati seratus tahun, itu bukanlah suatu kebetulan.


"Guru, saya punya ide."


Dave mengangkat kepalanya dan mengeluarkan Lonceng Pola Naga dari cincin penyimpanannya. Ia menatap Taois Wallace dan berkata, "Saya punya Lonceng Pola Naga. Meskipun tidak sebagus Lonceng Leiyin, ini tetaplah sebuah harta karun."


"Saya pikir kita bisa melukis rune di atasnya untuk meniru efek Lonceng Leiyin dan melihat apakah itu dapat menekan roh-roh iblis."


Secercah harapan melintas di mata Taois Wallace. Ia menatap Lonceng Pola Naga di tangan Dave, mengamatinya sejenak dengan saksama, lalu mengangguk kecil. 


"Lonceng ini terbuat dari bahan yang luar biasa. Jika kita bisa melukis rune di atasnya, mungkin... Mungkin ada kemungkinan berhasil. Kita bisa mencobanya."


"Namun, menggambar rune bukanlah tugas yang mudah; dibutuhkan seorang master yang ahli dalam seni jimat."


"Guru, serahkan masalah itu pada Tuan Hu dan aku!"


Dave menoleh ke Matt Hu, yang menepuk dadanya dan meyakinkannya, "Ya, aku ahli menggambar rune! Dengan bahan yang tepat, aku bisa menciptakan rune yang menakjubkan pada Lonceng Pola Naga!"


" Okey...."

Taois Wallace segera menginstruksikan murid-muridnya untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan: bubuk mineral yang diresapi energi spiritual petir, serta pena spiritual dan kertas jimat yang dibuat khusus.


Dave dan Matt Hu menemukan ruangan yang tenang dan memulai retret menggambar rune mereka.


Siang dan malam, keduanya bekerja tanpa lelah, dengan cermat memahat rune pada Lonceng Pola Naga, goresan demi goresan, dengan keterampilan luar biasa dan kekuatan mental yang dahsyat.


Setiap rune diresapi energi spiritual dan dedikasinya, beresonansi dengan pola naga pada lonceng.


Setelah beberapa hari, Lonceng Pola Naga kini diselimuti rune yang padat, memancarkan aura misterius.


Pada saat ini, Gunung Leiyin tiba-tiba mulai berguncang hebat. 


Awan gelap menebal di langit, dan bayangan iblis gelap menjulang di antara awan. Raungan melengking menggema di seluruh gunung. Seolah merasakan segelnya mengendur, seratus ribu roh iblis mulai menyerbu dengan deras.


"Sudah terlambat. Kita harus melakukannya sekarang. Pukul Lonceng Pola Naga!"


Dave berteriak, dan bersama Matt Hu, ia membawa Lonceng Pola Naga ke panggung di puncak gunung.


Dave menyalurkan energi spiritualnya, menggenggam palu lonceng dengan kedua tangan, dan menghantamkannya dengan keras ke lonceng.


Dang—"

Dang ..


Dengan suara dentuman keras, Lonceng Pola Naga mengeluarkan bunyi dentingan tumpul, suaranya bergema di seluruh Gunung Leiyin.


Saat lonceng berbunyi, bayangan-bayangan iblis itu tampak tertahan oleh suatu kekuatan, serangan deras mereka terhenti.


Namun, roh-roh iblis itu terlalu kuat, dan setelah beberapa saat, mereka mulai menyerang segel itu sekali lagi.


Rune pada Lonceng Pola Naga berkilauan, terus-menerus menahan serangan roh-roh iblis. Namun, beberapa masih berhasil menembus segel dan menyerbu menuju puncak gunung.


Saat semua orang putus asa, pola naga pada lonceng tiba-tiba bersinar dengan cahaya keemasan yang menyilaukan. Kemudian, cahaya keemasan itu memadat dan berubah menjadi cahaya, naga biru raksasa.


Naga biru itu meraung ke langit, suaranya mengguncang bumi. 


Kemudian, dengan lambaian cakarnya yang besar, ia menghancurkan roh-roh iblis yang telah terlepas dari segel satu per satu.


Roh-roh iblis itu ditekan untuk sementara, tetapi semua orang tahu itu hanya tindakan sementara.


Meskipun Lonceng Pola Naga itu kuat, lonceng itu tidak dirancang khusus untuk menekan roh-roh iblis, dan segel itu sepertinya tidak akan bertahan lama.


"Kita harus mendapatkan kembali Lonceng Leiyin sesegera mungkin!"


Wajah Dave tampak serius saat ia menatap Taois Wallace. "Guru, saya yakin orang yang mencuri Lonceng Leiyin berniat melepaskan roh iblis dan kemungkinan besar terhubung dengan ras iblis."


"Guru Hu dan saya akan turun gunung untuk menyelidiki masalah ini. Guru, Anda akan memimpin murid-murid Anda untuk menjaga Lonceng Pola Naga dan memastikan segelnya tetap aman."


Taois Wallace mengangguk, ekspresinya tegas. "Baiklah! Saya serahkan semuanya pada Anda." 


Semua orang di Kuil Leiyin akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Lonceng Pola Naga dan mencegah roh iblis itu melarikan diri.


Dave dan Matt Hu mengucapkan selamat tinggal kepada Taois Wallace dan terbang menuruni gunung.


Mereka tahu waktu hampir habis; jika semua roh iblis melarikan diri, konsekuensinya akan sangat buruk.


Investigasi ini tidak hanya bertujuan untuk menemukan kembali Lonceng Leiyin, tetapi juga untuk mengungkap dalang di balik insiden tersebut dan menggagalkan sepenuhnya konspirasi iblis.


Setelah meninggalkan Gunung Leiyin, Dave dan Matt Hu langsung menuju Kota Qingfeng.


Token yang diberikan Celeste kepada Dave masih berada di tangannya. 


Gedung Informasi, yang sesuai dengan token itu, adalah salah satu dari sedikit pangkalan intelijen di Surga Keenam yang berani menguak rahasia berbagai faksi. Selama mereka mampu membayar harganya, hampir tidak ada informasi yang tidak dapat mereka ungkap.


Keduanya mendarat di ujung timur Kota Qingfeng. Tersembunyi jauh di dalam gang terdapat sebuah rumah kayu yang biasa-biasa saja. Sebuah pola roda gigi halus terukir di ambang pintu, menandai Gedung Informasi tersebut.


Matt Hu hendak mendorong pintu hingga terbuka ketika Dave mengangkat tangannya untuk menghentikannya. 


Secercah energi spiritual berkumpul di ujung jarinya, dan ia menekan pola yang sama pada kenop pintu seperti pada token Celeste.


Dengan derit, pintu kayu itu terbuka secara otomatis. Ruangan itu dipenuhi aroma samar tinta. 


Seorang wanita bergaun biru kehijauan dan berkerudung tipis duduk di meja, memilah-milah berkas.


Ia melirik mereka berdua, tatapannya berhenti pada token di tangan Dave. Ia berkata dengan tenang, "Kantor Informasi hanya mengenali token, bukan orang. Apa yang kalian cari? Biar kuperjelas: informasi apa pun yang melibatkan rahasia Kerajaan Dewa atau rencana inti Istana Para Dewa, memerlukan pembayaran batu peri bermutu tinggi, dan kelengkapan informasinya tidak dijamin."


"Kami sedang menyelidiki pencurian Lonceng Leiyin dari Gunung Leiyin tiga hari yang lalu."


Dave meletakkan token itu di atas meja. "Ini termasuk jejak kekuatan yang ada di dekat Gunung Leiyin malam itu, fluktuasi energi spiritual yang abnormal, dan transaksi terbaru apa pun yang terkait dengan 'Jiwa Iblis' dan 'Segel'."


Wanita itu menggosok token itu sejenak, lalu mengambil bola kristal dari laci dan meletakkannya di permukaannya.


Bola kristal itu langsung menyala dengan cahaya biru, menampakkan sederet karakter kecil: "Sebuah token yang diberikan secara pribadi oleh pemilik Gedung Informasi Surga Kelima, otoritas Kelas A, yang memungkinkan akses ke intelijen dari Surga Keenam bagian timur dalam tiga bulan terakhir."


Ia menyimpan bola kristal itu, berbalik, dan mengambil tiga buku menguning dari rak buku, lalu meletakkannya di hadapan kedua pria itu. 


"Pada malam Lonceng Leiyin dicuri, mata-mata Gedung Informasi di pinggiran Gunung Leiyin merekam tiga aura yang tidak biasa."


"Yang pertama adalah 'energi hitam pengikis tulang' dari Istana Keenam. Para mata-mata itu menemukan jejak individu berjubah hitam di lereng utara gunung, yang tampaknya mengalihkan perhatian para murid Kuil Leiyin yang berpatroli."


"Yang kedua adalah 'kekuatan dewa Kerajaan Dewa.' Sisa-sisa pola dewa perak terdeteksi di aliran sungai di selatan gunung, mirip dengan para penjaga dewa. Pola pada baju zirahnya cocok; tipe ketiga…”


Wanita itu berhenti sejenak, nadanya semakin serius. 


“Itu adalah ‘Qi Jahat Hati Rusak’ dari Istana Dao Jahat. Di semak-semak dekat paviliun lonceng, aku menemukan setengah jimat berpola tengkorak. Jimat itu terbuat dari bahan yang sama dengan yang digunakan oleh cabang Istana Dao Jahat Surga Kelima.”


Matt Hu membanting meja, membuat berkas-berkasnya melompat. “Sialan! Bukankah ketiga bajingan itu selalu berselisih? Kerajaan Dewa membenci iblis Istana Keenam, dan Kerajaan Dewa membenci Istana Dao Jahat karena mencuri sumber daya alkimia mereka. Bagaimana mungkin mereka bekerja sama untuk mencuri lonceng itu?”


Dave tidak terburu-buru berbicara, sebaliknya, ia mengambil setengah jimat itu dan memeriksanya dengan saksama.


Sedikit jejak energi jahat tertinggal di tepi jimat itu, identik dengan aura yang ia temui di cabang Istana Dao Jahat Surga Kelima. 

Namun yang lebih aneh lagi, sebuah pola dewa samar terukir di bagian belakang jimat tersebut. Pola itu tujuh persepuluh mirip dengan pola emas yang pernah dilihatnya di gaun putri Kerajaan Dewa.


"Ada yang salah dengan jimat ini."


Dave mengumpulkan energi spiritual di ujung jarinya dan dengan lembut mengetuk jimat itu. "Jimat Istana Dao Jahat tidak pernah terukir pola dewa, kecuali... Kecuali seseorang dengan sengaja mencangkokkan aura kerajaan dewa ke jimat Istana Dao Jahat, atau mungkin ketiga pihak ini sudah berkolusi."


Wanita bercadar itu menyerahkan berkas lain setelah mendengar ini. "Kalau kalian berdua tidak percaya, lihatlah catatan transaksi ini."


"Dua minggu yang lalu, seseorang bertopeng perunggu memasang lowongan pekerjaan di Gedung Informasi, menawarkan harga tinggi untuk struktur rune segel Gunung Leiyin. Orang yang menerima tawaran itu memiliki hubungan keuangan dengan Istana Keenam, departemen rahasia Kerajaan Dewa, dan Istana Dao Jahat."


"Namun, identitas orang itu masih misterius, dan kami belum menemukan identitas aslinya."


 untuk melihat jumlah transaksi di berkas dan terkesiap. "Wow, 100.000 batu peri bermutu tinggi! Apa sih yang bajingan itu coba lakukan?"


"Dia ingin menggunakan 100.000 jiwa iblis untuk mengganggu Surga Keenam."


Dave menutup berkas itu, tatapan dingin terpancar di matanya. "Istana Keenam bermaksud menggunakan jiwa iblis untuk melemahkan kekuatan Kuil Leiyin dan Kerajaan Dewa, untuk memperluas wilayah mereka."


"Mungkin ada pengkhianat di dalam Kerajaan Dewa yang ingin menggunakan jiwa iblis untuk menebar kekacauan dan menggulingkan penguasa saat ini. Lagipula, pelarian Putri Dewa dari pernikahan sudah menunjukkan perpecahan internal di dalam Kerajaan Dewa."


"Mengenai Istana Dao jahat... Istana Dao Jahat selalu berusaha menangkap jiwa-jiwa yang kuat untuk dimurnikan menjadi Pil Pembunuh Jiwa. Seratus ribu jiwa iblis adalah bahan baku yang sempurna untuk mereka."


Wanita bercadar itu mengangguk. "Tuan. Analisis Anda benar. Tapi aku punya informasi lain yang mungkin berguna untukmu."


"Tadi malam, Pengawal Dewa Kerajaan Dewa tiba-tiba menyegel gerbang barat ibu kota Kerajaan Dewa, mengklaim mereka sedang melacak pencuri yang mencuri artefak suci Kerajaan Dewa. Namun, menurut mata-mata kami, Pengawal Dewa sebenarnya sedang mencari seorang kultivator yang dapat mengendalikan energi iblis. Orang itu tampaknya terhubung dengan Istana Dao Jahat."


Dave dan Matt Hu bertukar pandang, pikiran mereka sudah membentuk petunjuk.


Penyegelan gerbang Ibu Kota Kerajaan Dewa yang tiba-tiba oleh Pengawal Dewa pasti ada hubungannya dengan Lonceng Leiyin. 


Mungkin kultivator yang mengendalikan energi iblis tersebut adalah anggota Istana Dao Jahat yang bertanggung jawab untuk mengangkut Lonceng Leiyin.


"Tuan Hu, aku ingin pergi ke Kerajaan Dewa. Ketiga faksi tiba-tiba terhubung dengan Lonceng Leiyin, dan aku merasa ada yang tidak beres."


"Klan Dewa selalu sangat arogan dan seharusnya tidak mempraktikkan sihir jahat. Namun, Kepala Istana Keenam Istana Para Dewa tidak selalu seperti itu. Banyak anggota Klan Dewa di Istana Para Dewa yang tidak punya nyali."


"Jadi aku ingin memahami Kerajaan Dewa dan melihat apa yang terjadi. Jika Kerajaan Dewa, Istana Para Dewa, dan Istana Dao Jahat benar-benar terhubung, mengambil Lonceng Leiyin tidak akan mudah!"


Setelah meninggalkan Gedung Informasi, Dave berkata kepada Matt Hu!


"Terlalu berbahaya untuk pergi ke Kerajaan Dewa sendirian. Lagipula, Klan Dewa penuh dengan kultivator Klan dewa, semuanya sangat arogan. Kau akan langsung ketahuan jika kau pergi."


"Lagipula, jika kau pergi seperti ini, aku khawatir kau bahkan tidak akan bisa memasuki Kota Dewa. Mereka akan memandang rendah dirimu..."


Matt Hu berkata!


"Jangan khawatir, aku punya rencana."


"Mereka mencoba menangkap sang putri. Aku bisa membantu Kerajaan Dewa menangkapnya, lalu kita bisa masuk," kata Dave!


Mendengar ini, Matt Hu menjadi khawatir. "Apakah kau benar-benar akan menangkap Putri Kerajaan Dewa? Belum lagi dia mungkin memiliki penjaga tersembunyi di sekelilingnya. Bahkan jika kau menangkapnya, ibu kota Kerajaan Dewa dijaga ketat. Bagaimana mungkin kau bisa masuk dengan seorang putri yang begitu gigih?"


"Lagipula, kita bahkan tidak tahu di mana sang putri sekarang. Bagaimana kau akan menangkapnya?"


"Gedung Informasi seharusnya tahu. Aku bisa mendapatkan informasi dari mereka."


Setelah Dave selesai berbicara, ujung jarinya mengusap token yang diberikan Celeste. Lokasi pasti Putri Kerajaan Dewa segera muncul di benaknya.


Dave tersenyum tipis. "Gedung Berita baru saja mengirim kabar bahwa sang putri bersembunyi di Lembah Luoxia, selatan Kota Qingfeng. Dia sendirian di lembah, tanpa penjaga dewa."


"Soal memasuki Kerajaan Dewa, selama dia ada di tanganku, Kerajaan Dewa tidak akan mudah menyerangku." 


"Mereka ingin sang putri tetap utuh untuk pernikahan itu, dan mereka tidak akan membiarkan apa pun terjadi padanya."


Matt Hu masih merasa ragu, tetapi ia tahu tidak ada solusi yang lebih baik. Ia mengeluarkan beberapa jimat tembus pandang dari tas penyimpanannya. 


"Di sini, Lembah Luoxia memiliki penghalang spiritual alami. Jimat-jimat ini akan membantu menyembunyikan keberadaanmu."


"Jika tidak berhasil, jangan dipaksakan. Kita akan cari cara lain."


Dave mengambil jimat itu dan dengan santai menempelkannya ke tubuhnya, langsung menyatu dengan cahaya dan bayangan di sekitarnya. 


"Kau tetap di Kota Qingfeng dan pantau Gedung Informasi. Jika ada berita tentang Lonceng Leiyin, segera laporkan kepadaku."


"Aku akan melaporkan kembali dari Kerajaan Dewa paling lambat sepuluh hari."


Setelah mengucapkan kata-kata ini, Dave terbang ke udara, menuju Lembah Luoxia.


...... 


Lembah Luoxia sesuai dengan namanya. 


Saat itu senja, dan cahaya gemerlap membasahi lembah, menyinari bunga-bunga merah muda yang menghiasi lereng bukit dengan rona yang lebih cerah.


Di samping sungai di tengah lembah, sang putri dewa bergaun putih duduk di atas batu biru. Ujung jarinya menyentuh air dengan lembut, dan pola-pola emas dewa beriak di dalamnya. Dialah wanita yang telah diselamatkan Dave dan Matt Hu sebelumnya.


Dave, yang bersembunyi di balik pohon, mengamati kesedihan di wajah nya, tetapi ragu untuk muncul.


Baru setelah matahari benar-benar terbenam di bawah cakrawala, senja menyelimuti lembah, dan sang putri bangkit untuk pergi, Dave tiba-tiba menyerang.


Kekuatan spiritual keemasan langsung melilit pergelangan tangan sang putri, dengan kuat menahan kekuatan magisnya.


Sang putri berbalik kaget dan marah, melihat Dave muncul entah dari mana. Matanya dipenuhi kekhawatiran. 


"Kau! Apa yang kau inginkan?"


"Aku akan membawamu kembali ke Kerajaan Dewa."


Nada suara Dave datar, energi spiritualnya menegang di ujung jarinya. "Kerajaan Dewa sedang mencarimu. Daripada ditangkap dan dihukum oleh Pengawal Dewa, mengapa tidak ikut denganku? Setidaknya aku tidak akan melakukan apa pun padamu seperti yang mereka lakukan."


Sang putri berjuang untuk melepaskan diri, tetapi energi spiritual Dave sekuat penjepit besi. Ia memanggil kekuatan dewanya, dan pola-pola dewa keemasan bersinar di sekelilingnya, tetapi pola-pola itu langsung diredam oleh jimat penghancur kejahatan yang dilemparkan oleh tangan Dave yang lain. 


"Jangan buang energimu! Kekuatanmu lebih rendah dariku. Perjuangan lebih lanjut hanya akan membuatmu menderita."


"Ndas mu.... Mustahil! Kau hanya seorang kultivator tingkat pertama di Alam Manusia Abadi. Bagaimana mungkin kau bisa menjebak ku..." Sang putri terus meronta tak percaya!


Tetapi sekeras apa pun ia meronta, ia tidak bisa melepaskan diri.


"Sekalipun aku seorang kultivator tingkat pertama di Alam Manusia Abadi, kau bukanlah tandinganku. Ikuti saja aku!" kata Dave sambil tersenyum tipis!


"Aku lebih baik mati daripada kembali ke Kerajaan Dewa!"


Secercah tekad melintas di mata sang putri, dan ia hendak mengerahkan kekuatan dewanya untuk melukai dirinya sendiri.


Melihat ini, tatapan Dave menjadi dingin. Ia melangkah maju, mengulurkan tangan, mencengkeram ujung rok sang putri, dan bergerak untuk menariknya ke bawah. "Jika kau berani mati, aku akan menghancurkan kesucianmu sekarang."


"Apakah kau pikir Kerajaan Dewa masih akan memanfaatkanmu dalam pernikahan, seorang Putri Dewa yang telah kehilangan kesucian?"


"Saat itu, kau tidak hanya tidak akan mampu menyelamatkan diri sendiri, tetapi kau juga akan melibatkan orang-orang yang ingin kau lindungi."


Sang putri membeku, tekad di wajahnya digantikan oleh ketakutan.


Sebagai seorang Putri Dewa, ia telah diajari sejak kecil bahwa kesucian lebih penting daripada kehidupan. Jika reputasinya benar-benar hancur oleh seorang kultivator manusia seperti Dave, ia tak hanya akan menjadi bahan tertawaan di Kerajaan Dewa, tetapi ayahnya bahkan mungkin akan menggunakan kekerasan terhadap orang-orang di sekitarnya demi menyelamatkan muka.


"Kau... beraninya kau!"


Suara sang putri bergetar, tetapi ia tak berani melawan lebih jauh. Ia hanya bisa memelototi Dave dengan penuh kebencian: "Apa maumu? Aku akan ikut denganmu, tetapi jika kau berani tidak menghormatiku, aku akan membawamu turun bersamaku, bahkan jika itu mengorbankan nyawaku!"


Dave melepaskan tangannya, menarik kekuatan spiritualnya. Ia menarik tali dari tas penyimpanannya dan dengan lembut mengikat tangannya. 


Kelihatannya seperti menahan diri, tetapi sebenarnya, ia memberi ruang bagi sang putri untuk bergerak, mencegahnya terluka.


"Jangan khawatir. Aku akan melepaskanmu jika kau membawaku ke istana Kerajaan Dewa. Sampai saat itu tiba, sebaiknya kau patuh, atau aku akan menelanjangimu dan menidurimu. Mau ku rudal...?"


Dave berbicara kepada sang putri seperti orang barbar.


Sang putri langsung tersipu, kakinya tanpa sadar terkatup rapat. Ia tak menyangka Dave akan mengatakan hal-hal vulgar seperti itu.


Ia menggigit bibir, menatap tali di pergelangan tangannya, matanya dipenuhi rasa malu, tetapi ia tak berkata apa-apa.


Dave tak berkata apa-apa lagi. Ia membawanya ke udara, terbang menuju ibu kota Kerajaan Dewa. 


Setelah sekitar delapan jam melayang, dunia di depan tiba-tiba berubah.


Awan-awan tipis semakin padat, berkilauan dengan cahaya keemasan redup. 


Udara begitu pekat dengan energi surgawi sehingga praktis mengembun menjadi embun. Menghirupnya, dia merasakan sedikit kehangatan di pembuluh darah.


Di bawahnya, bukan lagi bebatuan bergerigi pegunungan biasa, melainkan dataran luas tak berbatas.


Bersambung.....


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)


Terima Gajih...☺️



Perintah Kaisar Naga : 5341 - 5344

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5341-5344




Dave dan Matt Hu bertukar pandang dan serentak membungkuk kepada kerumunan, "Selamat tinggal semuanya! Kami akan berangkat!"


Xavia menatap Dave, bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya, hanya sepatah kata yang terucap: "Kakak Senior, kau harus kembali dengan selamat."


Dave melihat air mata di matanya, hatinya melunak, dan ia mengangguk, "Tunggu aku."


Dengan kata-kata itu, energi spiritual mereka berdua melonjak. Mereka melepaskan aerobatik teknik pengendalian udara mereka semaksimal mungkin, berubah menjadi dua garis cahaya dan terbang ke langit.


Xavia memperhatikan sosok mereka yang semakin menjauh, air mata akhirnya mengalir di wajahnya. Ia menyeka air matanya dan berkata dalam hati, "Kakak Senior, aku akan berlatih dengan tekun dan menunggumu kembali."


Syllabus Mo, Syrion, dan Tywin menyaksikan kedua sosok itu menghilang di langit, mata mereka dipenuhi dengan kesungguhan.


Mereka semua tahu bahwa jalan menuju Surga Keenam jauh lebih sulit daripada Surga Kelima. Istana Keenam Istana Para Dewa dan istana utama Istana Dao Jahat, keduanya merupakan lawan yang sangat tangguh.


"Semoga mereka selamat," bisik Syrio.


Syllabus Mo mengangguk. "Dave adalah anak yang tangguh dengan keberuntungan yang luar biasa. Dengan bantuan Tuan Hu, dia pasti bisa mengatasi bahaya."


.......


Setelah meninggalkan Kota Suci Pedang, Dave dan Matt Hu melesat menuju Surga Keenam.


Di perbatasan antara Surga Kelima dan Surga Keenam terdapat pegunungan yang disebut "Punggung bukit Duanyun Awan Pecah".


Pegunungan itu menjulang tinggi ke awan, selalu diselimuti awan tebal. 


Lapisan awan ini dipenuhi dengan kekuatan spasial yang kuat, sehingga mustahil bagi para kultivator biasa untuk melintasinya. Bahkan mereka yang telah mencapai Tahap Ketujuh Alam Manusia Abadi pun hampir tidak dapat menahan dahsyatnya kekuatan spasial ini.


"Punggungan Awan Pecah ada di depan."


Dave menunjuk ke pegunungan yang tertutup awan di depan dan berkata dengan serius, "Konon, kekuatan spasial di dalamnya sangat kacau. Kita harus berhati-hati."


Matt Hu mengangguk, mengeluarkan dua jimat kuning dari tas penyimpanannya, dan menyerahkan satu kepada Dave. 


"Ini adalah 'Jimat Penstabil Ruang'. Jimat ini dapat membantu menstabilkan kekuatan spasial di sekitar kita dan mengurangi perlawanan."


Dave mengambil jimat itu dan menempelkannya ke tubuhnya.


Jimat itu langsung berubah menjadi cahaya kuning redup, menyelimutinya. Seperti yang diduga, ia merasakan kekuatan spasial di sekitarnya menjadi jauh lebih lembut.


Tanpa kata-kata lagi, mereka berdua melesat dan menyelinap ke dalam awan Punggungan Awan Pecah.


Begitu mereka memasuki awan, mereka merasakan tarikan kuat yang mengancam akan memisahkan mereka.


Ruang di sekitar mereka terus-menerus terdistorsi, dan retakan spasial hitam sesekali muncul, memancarkan aura yang menakutkan.


"Hati-hati dengan retakan spasial!"


Matt Hu berteriak, jimatnya terus-menerus melesat. Sinar cahaya kuning menyinari area di sekitarnya, menstabilkan retakan spasial untuk sementara.


Dave juga memfokuskan perhatiannya, waspada dan fokus, menyalurkan kekuatan naga dewa di dalam dirinya. Sisik emas menutupi lengannya, dan cahaya keemasan melonjak di sekelilingnya, melindunginya dari tarikan kekuatan spasial.


Pedang pembunuh Naga berdengung di sisinya, dan energi pedang menebas dari waktu ke waktu, memutus celah spasial yang mendekat.


Kedua pria itu berjuang menembus awan, telinga mereka dipenuhi desiran angin dan suara mendesis ruang yang melengking. 


Di depan mata mereka, awan yang terus bergeser dan celah spasial, setiap langkah merupakan tugas yang menakutkan.


Setelah waktu yang tidak diketahui, secercah cahaya akhirnya muncul di depan.


"Hei... Surga Keenam ada di depan!"


Mata Matt Hu berkilat gembira, dan ia mempercepat langkahnya.


Kedua pria itu bergegas menuju cahaya, melewati lapisan awan terakhir. 


Pemandangan di hadapan mereka langsung berubah.


Langit bukan lagi biru pucat seperti Surga Kelima, melainkan biru tua. Awan-awan melayang di udara bagai kapas, memancarkan aura surgawi yang kaya.


Di bawah mereka terbentang pegunungan yang bergelombang, diselimuti hutan lebat. Dari hutan sesekali terdengar raungan binatang iblis, aura mereka beberapa kali lebih kuat daripada Surga Kelima.


"Energi surgawi yang begitu pekat!" Matt Hu menarik napas dalam-dalam, raut takjub terpancar di wajahnya. "Setidaknya tiga kali lebih pekat daripada Surga Kelima! Berkultivasi di sini setidaknya akan menggandakan kecepatanku!"


Dave juga merasakan energi spiritual di udara dan diam-diam terkesima.


Konsentrasi energi surgawi di Surga Keenam memang jauh lebih besar daripada di Surga Kelima. Tak heran jika para kultivator di sana umumnya memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi daripada mereka yang berada di Surga Kelima.


Ini baru Surga Keenam. Pada saat Anda mencapai Surga Kesembilan, Surga Kesembilan Belas, dan akhirnya Surga Ketiga Puluh Enam, energi surgawi akan sangat padat dan substansial!


Di bawah langit biru, dua garis cahaya menembus awan, mendarat dengan mantap di hutan kuno yang lebat.


Dave menarik kembali cahaya keemasan yang mengelilinginya, ujung jarinya masih terasa geli karena kekuatan spasial melintasi Punggungan Awan Pecah. 


Matt Hu menarik napas dalam-dalam dengan penuh semangat, wajahnya dipenuhi keheranan.


"Wow, energi peri tingkat keenam ini bahkan lebih kaya daripada mata air spiritual surga kelima!"


Matt Hu mendecakkan bibirnya, energi spiritualnya mengalir ke seluruh tubuhnya, dan ia merasakan meridiannya menjadi lebih rileks. "Aku sudah lama terjebak di tingkat kesembilan Alam Manusia Abadi. Mungkin setelah beberapa bulan di sini, aku bahkan bisa mencapai Alam Dewa Surga!"


Dave tidak menjawab, matanya sudah mengamati sekeliling.


Hutan kuno ini benar-benar berbeda dari Pegunungan Angin Hitam di Surga Kelima. Pepohonannya begitu lebat sehingga membutuhkan lebih dari sepuluh orang untuk memeluknya, batangnya tertutup lumut emas pucat, memancarkan fluktuasi energi spiritual yang samar.


Kristal seukuran kepalan tangan menghiasi tanah, memantulkan sinar matahari dan berkilauan dengan cahaya yang berkilauan.


Raungan binatang iblis terpancar dari kejauhan, auranya cukup kuat untuk menakuti bahkan seorang kultivator di tahap awal Alam Manusia Abadi Surga Kelima.


"Hati-hati," kata Dave, sambil menekan Pedang Pembunuh Naga di pinggangnya. Pedang itu berdengung samar di sarungnya, seolah memberikan peringatan. 


"Binatang iblis dari Surga Keenam tidak hanya lebih kuat, tetapi mereka mungkin juga memiliki kemampuan aneh yang dipupuk oleh energi peri."


Saat ia selesai berbicara, sebuah "retakan" keras tiba-tiba terdengar dari hutan lebat di sebelah kiri, diikuti oleh embusan angin, menyapu dedaunan yang berguguran ke seluruh tanah.


Sesosok makhluk besar muncul dari balik pepohonan, seluruh tubuhnya tertutup sisik biru tua. Kepalanya menyerupai buaya raksasa, tetapi dengan tiga mata merah tua. 


Sepasang sayap daging yang patah tumbuh dari punggungnya. Air liur menetes dari taringnya yang tajam, langsung menggores tanah dan meninggalkan lubang-lubang kecil.


"Itu Binatang Bersisik Busuk Bermata Tiga!"


Ekspresi Matt Hu sedikit berubah, dan ia mengeluarkan dua jimat dari tas penyimpanannya. "Aku pernah melihat catatan dalam teks kuno Alam Surga Kelima bahwa sisik binatang ini dapat menahan serangan dari Manusia Abadi tingkat tujuh. Air liurnya sangat beracun, dan yang paling merepotkan, mata ketiganya mengeluarkan aura busuk yang menggores jiwa!"


Binatang Bersisik Busuk Bermata Tiga jelas mengira keduanya mangsa. Mata ketiga nya tiba-tiba bersinar merah, dan aura hijau tua melesat ke arah Dave seperti anak panah tajam.


Dave sedikit menggeser langkahnya, melepaskan Langkah Pengendali Api. Sosoknya menghilang menjadi bayangan, menghindari udara yang membusuk. 


Udara yang membusuk itu jatuh ke pohon kuno di belakangnya, langsung menghitamkan dan membusukkan batangnya. Dalam hitungan detik, pohon itu berubah menjadi genangan air hitam.


"Okey.... Tepat waktu!"


Matt Hu tertawa dan melemparkan jimat di tangannya. 


"Jimat Api!" 


Dua sinar api meledak di udara, berubah menjadi dua ular api yang meliliti binatang bersisik busuk bermata tiga itu.


Itu langsung mendesis saat menyentuh sisik-sisik itu, tetapi tidak dapat menembus pertahanan binatang itu, hanya meninggalkan dua bekas hangus.


Binatang bersisik busuk bermata tiga itu meraung kesakitan, membuka rahangnya dan menggigit Matt Hu.


Matt Hu tidak berani menghadapinya secara langsung. Ia segera memanggil Jimat Angin, melayang beberapa kaki ke belakang. 


Bersamaan dengan itu, ia melepaskan Jimat Pengikat. Rune kuning terjalin di udara, membentuk jaring besar yang menjerat anggota tubuh binatang bersisik busuk bermata tiga itu.


"Dave, Ambil tindakan woi.... seraaang....!" teriak Matt Hu.


Cahaya keemasan berkilat di mata Dave, dan kekuatan naga dewa di dalam dirinya bersirkulasi dengan ganas. Ia menghunus Pedang Pembunuh Naga, dan aliran energi pedang emas, yang dibumbui api yang berkobar, menebas.


"Tebasan Api Naga!"


Energi pedang menghantam punggung binatang bersisik busuk bermata tiga itu, sisiknya langsung hancur. Api menyebar, membakar dagingnya.


"Raungan!"


Binatang bersisik busuk bermata tiga itu menjerit nyaring dan berjuang untuk melepaskan diri dari jimat pengikat, tetapi Matt Hu telah menambahkan beberapa jimat lagi, mengencangkan rune dan mengikatnya dengan erat.


Api emas terus-menerus melahap vitalitasnya, dan auranya perlahan melemah hingga ia ambruk ke tanah, menjadi tumpukan daging hangus.


Dave perlahan melangkah maju, dan api pada Pedang Pembunuh Naga perlahan padam.


Ia mengamati bangkai binatang bersisik busuk bermata tiga dan menemukan kristal hijau pucat di tengkoraknya, memancarkan energi spiritual samar.


"Ini adalah 'Kristal Bersisik Busuk', mungkin bisa digunakan untuk memurnikan ramuan pengusir kejahatan."


Ia menyimpan kristal itu dan menoleh ke Matt Hu. "Sepertinya bahaya di Surga Keenam lebih besar dari yang kita perkirakan."


Matt Hu mengangguk dan menyimpan jimatnya. "Ayo pergi. Pertama, cari tempat yang banyak kultivatornya untuk menanyakan lokasi Kuil Leiyin. Dan selagi kita di sini, cari tahu tentang Kerajaan Dewa itu. Aku rasa itu bukan tempat yang sederhana."


Mereka berdua tidak berhenti dan melayang ke udara, keluar dari hutan kuno. Sepanjang jalan, mereka bertemu beberapa monster kuat, tetapi mereka dengan mudah mengalahkan mereka.


.......


Sekitar setengah jam kemudian, sebuah area terbuka muncul di depan. Sebuah kota kecil yang terletak di lembah. Sebuah papan kayu di pintu masuk bertuliskan "Kota Qingfeng."


Kota itu ramai dengan orang-orang, kebanyakan kultivator. Beberapa mengenakan jubah Tao, beberapa mengenakan baju zirah, dan beberapa membawa senjata besar. Aura terendah berada di tingkat ketujuh Alam Manusia Abadi.


Dave dan Matt Hu memasuki kota, langsung menarik perhatian yang cukup besar. Meskipun aura mereka telah jauh mereda, tekanan dari tingkat kesembilan Alam Manusia Abadi Matt Hu masih membuat para kultivator yang lebih rendah merasa tidak nyaman.


"Rekan-rekan Taois, apakah kalian baru saja mencapai Surga Keenam?"


Seorang kultivator paruh baya berpakaian abu-abu melangkah maju dengan senyum ramah. "Saya pemandu Kota Qingfeng. Nama belakang saya Wang. Jika Anda membutuhkan informasi atau akomodasi, silakan datang kepada saya."


Dave memandang Pemandu Wang dan menyadari bahwa ia baru berada di tingkat ketujuh Alam Manusia Abadi, namun ia berani mendekati dan berbicara dengannya.  cukup berani.


"Kami ingin menanyakan tentang lokasi Kuil Leiyin," kata Dave. "Juga, kami ingin bertanya tentang 'Kerajaan Dewa.'"


Wajah Pemandu Wang sedikit muram ketika mendengar kata "Kerajaan Dewa." Ia melirik sekeliling tanpa sadar dan merendahkan suaranya, "Rekan Taois, jangan bicara tentang Kerajaan Dewa di tempat terbuka!"


"Itu adalah kekuatan puncak Surga Keenam, yang hanya dihuni oleh para dewa, masing-masing arogan dan angkuh. Jika kita, para kultivator manusia, menyinggung mereka, paling banter kita akan kehilangan kultivasi, atau paling buruk, nyawa kita hilang !"


Matt Hu mengerutkan kening. "Sehebat itu? Apa hubungan antara Kerajaan Dewa dan Istana Para Dewa? Kudengar Istana Keenam Istana Para Dewa juga ada di Surga Keenam."


Pemandu Wang menghela napas dan membawa keduanya ke sudut kedai teh, tempat mereka duduk. 


Setelah memesan sepoci teh spiritual, ia perlahan berkata, "Kerajaan Dewa dan Istana Para Dewa, meskipun keduanya milik klan Dewa, mereka adalah dua hal yang berbeda."


"Kerajaan Dewa adalah Klan Dewa ortodoks, yang menempati 'Dataran Godfall' di bagian timur Surga Keenam. Para dewa di dalamnya semuanya terlahir dengan kekuatan dewa dan sangat kuat."


"Istana Keenam Istana Para Dewa kemudian menjadi terkenal, terletak di 'Ngarai Gelap'. Seni Dewa yang mereka praktikkan agak tidak ortodoks, dan konon mereka menangkap para kultivator manusia untuk menyempurnakan pengobatan mereka. Kerajaan Dewa membenci mereka, dan mereka, pada gilirannya, menolak untuk tunduk kepada Kerajaan Dewa, yang menyebabkan perselisihan terbuka dan terselubung yang terus-menerus selama bertahun-tahun."


"Sedangkan untuk Kuil Leiyin," lanjut Pemandu Wang setelah menyesap teh, "itu adalah salah satu dari sedikit kekuatan netral di Surga Keenam, yang dibangun di Gunung Leiyin. Kepala biara kuil, Taois Wallace, adalah seorang Manusia Abadi tingkat sembilan. Dia baik hati dan sering membantu para kultivator manusia, tetapi dia telah menghilang selama bertahun-tahun dan baru-baru ini muncul kembali. Dimulai dari Kota Qingfeng, perjalanan tiga ribu mil ke selatan, kita bisa melihat Gunung Leiyin sekarang."


Dave mengangguk, mengeluarkan batu peri dari tas penyimpanannya, dan menyerahkannya kepada Pemandu Wang: "Terima kasih, Saudara Wang, atas informasinya."


Pemandu Wang mengambil batu peri itu, senyumnya melebar. "Sama-sama, anda terlalu sopan, rekan Taois. Ngomong-ngomong, sepertinya ada sesuatu yang terjadi di Kerajaan Dewa baru-baru ini. Kudengar seorang tokoh terkemuka dari Klan Dewa melarikan diri, dan Kerajaan Dewa telah mengirim banyak orang untuk melacaknya."


"Jika kalian bertemu dengan kultivator yang mengenakan baju zirah perak dengan pola dewa bersayap di jalan, menjauhlah. Mereka adalah 'Penjaga Dewa' Kerajaan Dewa, dan kekuatan terendah mereka setidaknya berada di tingkat kedelapan Alam Manusia Abadi!"


Keduanya berterima kasih kepada Pemandu Wang dan meninggalkan kedai teh.


Saat mereka meninggalkan kota, Matt Hu angkat bicara, "Aku tidak menyangka Kerajaan Dewa begitu sombong. Dan Istana Keenam Istana Para Dewa itu terdengar lebih buruk daripada Istana Dao Jahat."


"Kuil Leiyin yang kita cari ada di tengah, dengan musuh-musuh kuat di kedua sisi. Perairan Surga Keenam jauh lebih dalam daripada Surga Kelima."

Dave menatap selatan dengan tatapan yang dalam. 


"Semakin berbahaya, semakin kita harus berhati-hati. Pertama, temukan Taois Wallace dan cari tahu situasi di Istana Keenam Istana Para Dewa, lalu buat rencana."


Saat keduanya hendak terbang, mereka mendengar suara pertempuran datang dari hutan lebat tak jauh dari sana, bercampur dengan erangan teredam seorang wanita.


Mata Matt Hu berbinar. "Wah....nampaknya ada yang menarik untuk dilihat... Ayo kita pergi untuk melihatnya!"


Dave tidak menghentikan Matt Hu. Ia juga merasakan aura aneh dalam suara-suara pertarungan. 


Itu bukanlah energi spiritual seorang kultivator manusia, juga bukan aura iblis atau binatang buas, melainkan kekuatan agung, agak mirip dengan yang digambarkan oleh Pemandu Wang, Klan Dewa.


Kedua pria itu diam-diam menyelinap ke dalam hutan lebat, bersembunyi di balik pohon tua. Mereka memandang ke arah suara pertarungan.


Di tempat terbuka itu, seorang wanita terlibat dalam pertempuran sengit dengan tiga biksu berbalut baju zirah perak.


Wanita itu mengenakan gaun putih panjang bersulam simbol-simbol dewa berwarna emas, rambut hitamnya yang panjang berkibar tertiup angin. Wajahnya sangat cantik, namun diliputi sedikit kesombongan yang dingin.


Ia tidak memegang senjata, melainkan mengayunkan kekuatan magisnya dengan tangan-tangannya yang halus. Cahaya keemasan bersinar melalui ujung jarinya, dan setiap ayunannya berhasil memaksa mundur seorang Pengawal Dewa.


Ketiga pengawal dewa itu menghunus tombak berukir simbol dewa sayap. Bekerja dalam harmoni yang sempurna, mereka membentuk formasi segitiga, menjebak wanita itu di tengahnya.


"Yang Mulia, menyerah lah !"


Pengawal Dewa yang memimpin berkata dengan dingin, "Yang Mulia telah memerintahkan agar nyawamu diampuni jika kau kembali dan mengakui dosa-dosa mu ! Jika tidak, kami akan membawamu kembali ke Kerajaan Dewa dengan paksa!"


"What... Mengakui dosa?"

" Ndas mu..."

Wanita itu mencibir, suaranya jernih namun bernada dingin. "Aku tidak melakukan kesalahan apa pun! Ayahku, demi bersekutu dengan Istana Para Dewa, ingin menikahkanku dengan putra Kepala Istana Ketiga. Aku tidak akan pernah kembali!"


Wajah Pengawal Dewa yang memimpin menjadi gelap. "Yang Mulia, ini masalah yang sangat penting bagi Kerajaan Dewa. Kau tidak bisa bertindak sewenang-wenang! Karena kau menolak untuk bekerja sama, jangan salahkan kami karena bersikap kasar!"


Dengan lambaian tangannya, dua Pengawal Dewa lainnya menyerang secara bersamaan, tombak mereka membawa aura tajam, mengincar titik-titik vital wanita itu.


Sekilas kepanikan melintas di mata wanita itu. Meskipun kultivasinya telah mencapai tingkat ketujuh Alam Manusia Abadi, ia secara bertahap kehilangan pijakan melawan tiga Pengawal Dewa tingkat kedelapan Alam Manusia Abadi.


Sebuah tombak menggores bahunya, meninggalkan jejak darah, langsung mengotori gaun putihnya hingga merah.


"Jika kita tidak bertindak sekarang, gadis kecil itu akan tertangkap," bisik Matt Hu, sambil mengeluarkan sebuah jimat. "Dilihat dari penampilannya, dia pasti anggota Klan Dewa bangsawan yang disebutkan oleh Pemandu Wang yang melarikan diri. Mungkin kita bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang Kerajaan Dewa dan Istana Para Dewa darinya."


Yang terpenting, Matt Hu menyukai kultivator wanita itu. Setelah menyelamatkannya, dia mungkin bisa bersenang-senang dan melepaskan ketegangan. Itu akan sepadan.


Dave melirik Matt Hu dan tentu saja memahami niat mesum tersembunyi nya.


Namun, wanita di hadapannya tampaknya berasal dari Kerajaan Dewa. Mungkin melalui wanita itu, dia bisa belajar tentang Kerajaan Dewa dan Istana Keenam Istana Para Dewa.


Jadi Dave mengangguk, "Bertindak!"


Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Matt Hu melemparkan dua jimat. 


"Jimat Pemecah Kejahatan!" 


Dua kilatan cahaya keemasan mendarat di tombak kedua Pengawal Dewa, langsung meredupkan pola dewa pada tombak mereka dan sangat mengurangi kekuatan mereka.


Dave melesat, melepaskan Langkah Pengendali Apinya dan langsung muncul di belakang Pengawal Dewa terdepan, Pedang Pembunuh Naganya mengarah langsung ke punggungnya.


"Hei... Siapa kau ?"


Pengawal Dewa terdepan, terkejut, berbalik untuk menangkis serangan itu. Namun, kecepatannya jauh lebih rendah daripada Dave. 


Energi pedang emas langsung menembus baju zirahnya dan menusuk bahunya.


Dia berteriak, darah menyembur keluar.


Bersambung.....


Buat para rekan Sultan Tao pengunjung blog yg mau nyawer, mendukung, atau traktir Mimin kopi atau quota ☺️☺️


Bisa kirim ke aplikasi DANA di link berikut :

https://link.dana.id/qr/4e1wsaok


Atau ke akun 

SeaBank : 901043071732

Kode Bank Seabank untuk transfer (535)


Terima Gajih...☺️



Perintah Kaisar Naga : 5442 - 5446

 Perintah Kaisar Naga. Bab 5442-5446 "Seperti yang diharapkan... kekuatan adalah segalanya." Dave bergumam pada dirinya sendiri. K...